Mohon tunggu...
Djoko Nawolo
Djoko Nawolo Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pemerhati sosial

Sekedar menyalurkan hobi berceloteh tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Batman vs Superman

28 Maret 2016   11:37 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi-pagi baca berita, menemukan hal yang menarik

 

Mengingat semakin memprihatinkannya ancaman yang ditimbulkan oleh peredaran dan penyalahgunaan narkoba di negeri ini, Kepala BNN yang berkuasa dalam hal penanganan narkoba ingin mendorong TNI untuk maju lebih depan dalam memerangi narkoba, padahal beliau adalah seorang polisi aktif dan banyak yang menganggap bahwa penanganan narkoba itu adalah ranah atau domainnya kepolisian.

 

http://m.antaranews.com/berita/552188/budi-waseso-sudah-saatnya-tni-dilibatkan-langsung-tangani-narkoba

 

Saya jadi ingat lagi pendapatnya Hendardi beberapa waktu yang lalu yang mengesankan ke 'tidak legowo' an bila TNI ikut-ikutan memerangi narkoba.

 

http://m.inilah.com/news/detail/2280317/setara-tni-berantas-narkoba-tak-konstitusional

 

dan pendapat si tokoh itupun akhirnya saya lihat sering digunakan sebagai 'senjata' oleh pihak-pihak berkepentingan untuk menggugat TNI yang ikut-ikutan memerangi narkoba, apalagi ditambah dengan dipertanyakannya tahanan narkoba yang ditangkap oleh anggota Kodam I dan diserahkan ke salah satu Polres di Sumatera Utara, namun kemudian dilepaskan oleh Polres.

 

Dalam hal pemberantasan terorisme juga terjadi hal yang sama. Disatu sisi ada dorongan dari wakil-wakil rakyat untuk menempatkan TNI sebagai penjuru terdepan untuk memerangi terorisme

 

http://www.merdeka.com/peristiwa/dpr-minta-tni-jadi-garda-terdepan-tangkap-teroris-santoso.html

 

Namun, disisi yang lain ada wakil rakyat juga yang terkesan 'tidak legowo' bila TNI berperan lebih besar dalam pemberantasan terorisme.

 

http://m.merdeka.com/peristiwa/buru-santoso-tak-bijak-bandingkan-kekuatan-tni-polri.html

 

Melihat kenyataan itu, rasanya saya masih sedang menonton film Batman vs Superman: Dawn of Justice yang selama beberapa hari terakhir ini mendominasi layar bioskop di seluruh Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia.

 

Dua kekuatan 'pembela masyarakat' dari berbagai kejahatan sepertinya sengaja diadu oleh Zack Snyder, si sutradara, dengan menggunakan Lex Luthor sebagai katalisatornya. Kedua kekuatan super itu memang sedang pada top performance nya untuk membela kepentingan masyarakat luas dari berbagai kejahatan, dan memang itulah sebenarnya tugas mereka. Namun si sutradara kelihatannya sadar betul bahwa bila kedua kekuatan itu hanya dibiarkan saja melakukan tugasnya masing-masing, maka tidak akan ada yang menarik. Demikian juga bila keduanya digabungkan, masih belum memberikan daya tarik dan keuntungan bagi dirinya. Akhirnya, sutradara pun terlihat bekerja sangat keras untuk bisa 'mempertemukan' kedua pahlawan yang hidup di dunia yang berbeda itu, agar bisa berduel diatas satu panggung. Ini terlihat dari berputar-putarnya cerita hingga 'babak pertama' film terlewati, dan menghasilkan kebingungan bagi penonton untuk menebak kemana arah ceritanya.

 

Setelah melalui proses yang panjang dan membingungkan, akhirnya duel itupun tiba, walaupun hanya diberi porsi yang 'sangat singkat' dan berujung pada akurnya kedua pahlawan itu untuk menghadapi musuh besar dunia yang sama. Tontonan kemudian menjadi agak menarik dengan masuknya si seksi Wonder Woman ke tengah panggung dan membantu kedua pahlawan perkasa itu untuk memerangi monster ciptaan Lex Luthor.

 

Dalam film itu, yang terlihat adalah kepiawaian dan kelicikan Lex Luthor beserta anak buahnya yang mampu membalikkan pandangan publik, dan pada akhirnya menganggap Batman maupun Superman adalah penjahat yang telah menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan dan kematian. Hasutan demi hasutan telah menyebabkan kecenderungan masyarakat menaruh kecurigaan dan selalu melihat sisi negatif dari kedua pahlawan tersebut, walaupun mereka dengan tulus membasmi kejahatan. Memang perlu proses yang panjang dan isu yang tepat sebelum akhirnya si Lex Luthor mampu 'mengadu' kedua pahlawan tersebut, dan pertarungan pun hanya berjalan dengan sangat cepat, karena kedua pahlawan keburu menyadarinya. Namun sejatinya, kepiawaian untuk mempertemukan dan mempertarungkan kedua kekuatan super itu ada pada sutradara. Lex Luthor pun hanyalah sebuah alat atau sarana yang digunakan oleh sutradara untuk mencapai tujuannya.

 

Kembali kepada apa yang sedang terjadi di sekitar kita, sebagaimana berita-berita diatas, rasanya tidak berlebihan bila kita membuat asumsi bahwa ada 'sutradara' sekaliber Zack Snyder yang sedang mengatur sebuah skenario cerita untuk membuat dua kekuatan besar di negeri ini beradu kekuatan diatas panggung. Ibarat bagian awal dari film Batman vs Superman, si 'sutradara' sedang memutar-mutar cerita yang bisa membuat kedua kekuatan itu saling curiga dan saling membenci, sebelum pada akhirnya nanti akan dicarikan momentum untuk membenturkan keduanya secara massiv.

 

Kondisi yang sedang terjadi ini juga harus dilihat sebagai sebuah upaya dari Lex Luthor untuk memberikan ruang dan waktu bagi tumbuhnya monster kejahatan yang memiliki kekuatan luar biasa dan mampu melakukan penghancuran hebat terhadap peradaban manusia.

 

Semoga saja, Batman dan Superman di negeri ini benar-benar menyadari keberadaan dan kelicikan Lex Luthor, sehingga tidak terlambat menghadapi tumbuh berkembangnya si monster kejahatan, serta tidak terjebak dan terbawa ke atas panggung pertarungan yang justru akan memporak porandakan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun