Mohon tunggu...
Djoko Nawolo
Djoko Nawolo Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pemerhati sosial

Sekedar menyalurkan hobi berceloteh tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kumbo Karno mutung

3 Juli 2015   14:16 Diperbarui: 9 Juli 2015   04:51 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengetahui kemarahan adiknya itu, Dosomuko ngeri juga. Walaupun dia raja wayang yang sakti mondroguno, tetapi Kumbo Karno yang dalam keadaan marah bukanlah tandingan yang ringan. Kumbo Karno telah banyak menimba ilmu di luar negeri atas biaya kerajaan, sehingga kemampuannya mungkin sudah setara dengan pendekar Bu Kek Siansu dari China dalam cerita komik Khoo Ping Ho. Dosomuko memilih untuk bersembunyi karena takut nggak bisa menjawab kalau Kumbo Karno marahnya pakai bahasa Inggris. Disuruhnya patih Prahasto meredam kemarahan Kumbo Karno.

“Alamak, dia yang berbuat kok gue yang udah mau pensiun dari wayang ini disuruh ngadepin...” Prahasto nggrundel dalam hatinya.

Akhirnya, dengan agak takut-takut tapi berusaha pede, Patih Prahasto menghadapi dan membujuk Kumbo Karno

"Anakku Kumbo Karno, walaupun ente marah-marah, tapi ente harus ingat satu hal. Ente adalah wayang yang sakti mandraguna. Bumi saja bisa ente telan bila ente mau. Tapi ente juga harus inget pada wong (wayang) cilik yang tak bersalah, yang juga bisa jadi korban kemarahan ente, jika ente tak mau mengendalikan diri?“ Prahasta memulai diplomasinya.

“Secara badaniah, ente memang wayang raksasa. Tapi ane tahu, jiwa ente adalah satria sejati, maka berpikir dan bertindaklah sebagai satria yang selalu melindungi wong (wayang) cilik... Untuk urusan kematian Gunawan, biarlah nanti DPW (Dewan Perwakilan Wayang) membentuk Pansus untuk menyelesaikannya, mumpung para anggota DPW yang baru dilantik masih hoby membentuk Pansus.......” bujuk Prahasto.

”Lha, ane kan jagoan di kampung ini, kalo ane diem-diem aja, ntar publik menilai ane sebagai jagoan wayang yang tidak propesional dong Pak Patih,” kata Kumbo Karno

”Ah, ente kaya nggak tau aja, rakyat kita kan masih bodo-bodo, ntar kita bikin masalah ini jadi tambah ruwet dan membingungkan. Akhirnya rakyat akan bosan dengan sendirinya dan melupakan masalah ini, gitu aja kok repot.” jawab Prahasta sambil mengedip-ngedipkan sebelah matanya.

”Kalo ente mau nurut untuk duduk manis aja, ntar ente dikasih jabatan sebagai Panglima TKW (Tentara Kerajaan Wayang), mau nggak.....?” lanjut Prahasto setengah berbisik karena takut didengar oleh KPK.

”Lha kalo ketahuan gimana dong...?” tanya Kumbo Karno.

”Santai aja lageee...... paling-paling dipenjara sebagai formalitas. Karena ente orang terkenal dan banyak duit, ente kan bisa dapat berbagai fasilitas mewah di dalam lapas. Nggak ada yg nggak bisa diatur di Republik Wayang kita ini....” jelas Prahasto mencoba meyakinkan Kumbo Karno.

”Ngawur aja sampeyan itu Pak Patih, ane ini ksatria sejati, jangan dipaksa untuk melakukan hal-hal yang melawan hukum. Kalo ane ngikut sampeyan, ntar pak dalang dan penonton bisa marah. Kalo tetep maksain, ntar sampeyan tak sunati lagi lho.....” Kumbo Karno mencoba mempertahankan idealismenya sebagai ksatria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun