Tiga wanita berjalan di sisi segerombolan orang yang duduk sejajar. Mereka bertiga membawa sebuah kue yang diatasnya terdapat kumpulan lilin dengan api yang menyala.Â
Terlihat kue berbentuk bulat khas kue ulang tahun itu dibawa oleh seorang wanita berhijab berwajah syahdu (Denik-Ketapels) yang didampingi seorang wanita tanpa hijab yang murah senyum (Riap Windhu-Ladiesiana) dan wanita bersuara lembut (Dewi Puspa - Komik).
Kue ulang tahun itu dibawa kedepan ruangan, dimana dibelakangnya terdapat screen yang menampilkan gambar flayer bertuliskan silahturahmi dan bincang komunitas Event Spesial 9 tahun KETAPELS feat KOMiK dan LADESIANA, tertanggal 19 januari 2024 berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional (MUSKITNAS).
Lagu selamat ulang tahun pun berkumandang dan ikut dinyanyikan oleh seluruh anggota komunitas yang hadir, yang sebagiannya Daku kenal yang tak lupa ku salami satu persatu.
Sebelumnya perwakilan Museum Kebangkitan Nasional, Bapak Nur Khozin sebagai Penanggung Jawab Unit Museum Kebangkitan Nasional membuka bincang-bincang asyik bergizi ini.
Beliau membuka tabir bahwa Ibu Kita Kartini memiliki keterkaitan erat dengan Stovia (nama bangunan sekolah di Batavia (Jakarta) era Hindia Belanda untuk Museum Kebangkitan Nasional saat ini).
Dahulu Kartini bercita-cita dapat bersekolah di Stovia, ia ingin menjadi seorang dokter, namun kandas karena tidak adanya asrama wanita di Stovia untuk era tersebut. Wanita pada masa itu juga masih menjadi warga kelas 2 dalam hal menempuh pendidikan.Â
Pria murah senyum ini bercerita "dalam surat-surat Kartini ternyata 100 tahun lalu dirinya telah mengkritisi keberadaan opium, pandangannya sudah jauh kedepan, liat bagaimana merajalela peredaran narkoba saat ini ? " jelasnya.
Ada sejarah lain tentang Kartini terungkap, wanita mulia ini memperjuangkan ukiran Jepara untuk mendapatkan tempat laku dijual. Kartini juga ternyata seorang pelukis, pembatik dan juga penulis.
Selain kisah Kartini, Nur Khozin menancapkan ke otak puluhan orang yang hadir, bahwa tanpa gedung ini (Stovia) tidak ada Indonesia, sambil menunjuk ia berucap dari pojokan ruang asrama disanalah Indonesia dimulai.Â
Nur Khozin menyebutkan Soekarno dalam Indonesia Mengugat selalu mengutip tentang nasionalisme, sebuah kesadaran tentang persamaan, sebuah kesadaran untuk memulai perlawanan yang dimulai di asrama Stovia.
Penekanan suara terucap "karena ketika si Ambon, si Jawa, si Padang ngumpul disini mereka sepakat menanggalkan kedaerahan masing-masing. Kenyataan kita lihat kembali sekarang banyak semangat-semangat kedaerahan yang mengancam disintegrasi" jelasnya
Ia mengharapkan jangan sampai Indonesia sebagai negara seperti Uni Sovyet dan Yugoslavia yang bubar, untuk itu kita sebagai pemilik Indonesia jangan melupakan sejarah.Â
Tak disangka dan yang luar biasa, sejarah ke-Indonesiaan dimulai oleh anak-anak belasan tahun, karena pelajar-pelajar Stovia dimulai berumur sekitar Sekolah Dasar.
"Museum Kebangkitan Nasional menegaskan sebagai platform edukasi kebangsaan, bagi yang ingin merawat kebangsaan sangat dipersilahkan sekali, setiap pekan ada pekan komunitas, Kami mengharapkan benih-benih kebangsaan makin tumbuh, cinta tanah air terus tumbuh, dan semangat yang dibangun pelajar-pelajar Stovia tersalurkan sampai akhir jaman". undangan Nur Khozin bagi para pemuda Indonesia untuk datang ke Museum kebangkitan Nasional.
Ada sesuatu yang menarik lainnya dari kegiatan 3 komunitas Kompasiana kali ini yakni mengenai membuka wawasan pembuatan naskah film. Narasumber bernama Yovan Nainggolan yang membuat script film sejak 2013 dan juga pengulas film.
Sang pemberi pencerahan itu seorang pekerja film diberbagai TV Series diantaranya Jeng kelin, Oke Jak, Indonesia Kaya ; Goresan Jejak Web Series, The East dan Tetangga Masa Gitu ? dan penulis naskah Nightmare Side : Delusional.
Ia membongkar karakter Jeng Kelin yang merupakan ATM (Amati Titu Modifikasi) dari salah-satu tokoh film Hollywood. Tokoh film Hollywood ini hanya ngeselin aja, tapi tim kreatif menambahkan karakter yang unik dalam diri Jeng Kelin.
Terbuka juga ternyata tas besar yang digendolin Jeng Kelin merupakan property film yang ide dari Nycta Gina sendiri. Ia mengambil mengambil tas orang wardrobe yang lagi packing-in baju bekas pake, baju kotor, terus dia pakai property shooting, anehnya ternyata tas itu sulit ditemukan di toko fashion apapun saat itu.
Bahkan tercerita daru mulut Yovan, bahwa Nycta Gina bertahun-tahun tenggelam dan tidak bisa lepas dengan kharakter Jeng Kelin perempuan berwig dengan rambut bondol, riasan tebal, lipstik berbentuk love dengan suara cempreng ini.
Pria berbadan gempal amat senang menghadiri kegiatan yang digagas 3 (tiga) komunitas Kompasiana ini, karena dirinya resah melihat penulis naskah di Indonesia begitu minim. Harapnya Indonesia tersedia pemikir-pemikir dan penulis naskah baru.
Ia mempertanyakan mengapa perlu belajar membuat naskah film/series ? karena menurutnya Industri film Indonesia sedang ramai-ramainya dan sedang hive.
Potensi pekerjaan ini penulis naskah di Indonesia itu besar banget ada sekitar +/- 82 juta penonton film Indonesia, +/-65% dari jumlah penonton bioskop yang mencapai 126 juta. +/- 258 film Indonesia rilis sepanjang 2024 Jumlah OTT yang ada di Indonesia dan beberapa aktif memproduksi film dan series (Vidio, WeTV, KlikFilm, Prime, Netflix, dll).
Minimnya penulis naskah yang berimbas pada kurang variatifnya cara film bertutur. Ia berharap agar bisa lebih banyak penulis naskah yang berkualitas & paham cara penulisan naskah yang baik, itu kenapa ia bersedia membuat sessi kali ini.
Yovan membuka dengan film yang sebaiknya wajib tonton bagi para pemula untuk membuat naskah film. Ada 3 film yang direkomendasikan Yovan yaitu ; 12 Angry Man, City of Good dan Old Boy.
Edukasi dari Yovan, naskah film bisa untuk novel, cerita pendek (cerpen), film pendek, film cerita anjang, serial TV / web series, dan dokumenter.Â
Ciri-ciri naskah film memiliki cerita yang lengkap, berbentuk dialog atau hanya narasi, memiliki diskripsi latar tempat & waktu, memiliki format standar penulisan.
Ada yang istimewa di silahturahmi kali ini yaitu dipilihnya Bapak Sutiono Gunadi untuk meraih penghargaan sebagai valuable member community.
Menurut Daku, beliau terpilih karena keaktifannya berkomunitas baik secara offline dan online, dan termasuk Kompasianers yang garcep mewartakan kegiatan komunitas yang beliau ikuti.
Acara 3 (tiga) komunitas Kompasiana ini ditutup dengan tour Museum Kebangkitan Nasional. Banyak informasi yang didapat dari para guide yang mendampingi.
Bapak-bapak bangsa banyak yang lahir dari Stovia, dan perjuangan kemerdekaan yang menyatukan seluruh anak negeri dari berbagai etnis dimulai dari pojok-pojok asrama Stovia.
Hai Guys !! yuks ke Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas)karena akan membuka wawasan kalian bagaimana Indonesia dirintis dari bangunan sekolah yang dulu bernama STOVIA.
Selamat Ulang tahun ke 9 untuk KETAPELS, dan  acara kolaborasi seperti ini kedepannya perlu lah sering-sering....thanks juga untuk KOMiK dan LADIESIANA.
**
Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @agan_reborn & @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H