Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Harapan Badak Sumatera, Sirine Punahnya Satwa Endemik Indonesia

4 Januari 2025   20:15 Diperbarui: 5 Januari 2025   20:15 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harapan dalam Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 

Harapan nama yang diberikan untuk salah-satu Badak Sumatera (Rhinoceros sondaicus) yang dilahirkan di luar Indonesia. Badak Sumatera ini dilahirkan di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, pada minggu 29 April 2007.

Dia merupakan salah satu dari sedikit Badak Sumatera yang dilahirkan melalui program pembiakan di dalam penangkaran. Menjadikannya simbol dari harapan bagi kelangsungan spesies yang terancam keberadaannya di muka Bumi.

Mungkin ada maksud kenapa dia diberi nama harapan (hope), agar dirinya kelak bisa menyelamatkan spesiesnya badak Sumatera dari kepunahan.

Pada tahun 2015, si Harapan kemudian dipindahkan dari Amerika Serikat Kembali ke habitat alami di Indonesia untuk bergabung dengan program konservasi di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

Harapan Badak Sumatera di di SRS, Way Kambas, Lampung I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 
Harapan Badak Sumatera di di SRS, Way Kambas, Lampung I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 

Harapan dan Keberlangsungan Badak Sumatera

Pemindahan Harapan terlihat sekali memiliki niat yang bertujuan untuk mendukung upaya pembiakannya di habitat asli badak Sumatera di Indonesia.

Harapan memang menjadi bagian penting dari program pembiakan di penangkaran yang berfokus pada melestarikan genetik spesies ini dan meningkatkan populasi mereka.

Badak sumatera tidak seperti kucing, binatang introvert ini biasanya melahirkan satu anak setiap 3–5 tahun. Masa kehamilan badak sumatera sekitar 15–16 bulan atau 450 hari melebihi masa kehamilan manusia. Bisa terbayangkan !! secara alami sulitnya menghasilkan seekor badak Sumatera.

Harapan lahir dari badak Sumatera yang Bernama Emi. Ibu dari Harapan ini memiliki tiga anak badak hasil perkawinan dengan badak bernama Ipuh. 

Kedua orang tua Harapan (Ipuh dan Emi) merupakan badak Sumatera yang di translokasi dari sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat. Keduanya dipindahkan untuk membantu perkembangbiakan badak Sumatera di luar habitat di Sumatera, Indonesia.

Ayah Harapan ditranslokasi tahun 1990 saat masih berumur 20 tahun, sedangkan Ibu Harapan ditranslokasi tahun 1991 saat berumur 8 tahun. Hasil making love keduanya menghasilkan tiga anak, yaitu Andalas, Suci dan Harapan.

Kini dia sudah pulang kampung dan tinggal di Way Kambas, saat Harapan berusia 8 tahun. Perpindahan ini di tanggal 1-2 November 2015.

Harapan dalam Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 
Harapan dalam Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 

Harapan menyusul kakaknya Andalas kembali kepangkuan daerah tempat lahir Ayah dan Ibunya. Si badak yang menjadi Harapan dipulangkan ke Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

Kepulangannya ke Indonesia menjadi tanda badak terakhir yang meninggalkan Benua Amerika. Berita sedihnya Ayah, Ibu dan kakaknya Suci telah mati ketika Harapan sudah pulang ke Indonesia.

Suaka Rhino Sumatera (SRS) merawat dengan baik dirinya dan diharapkan ia dapat berkontribusi untuk meningkatkan populasi jalur genetik badak Sumatera.

Hadirnya Harapan di habitat aslinya akan menjadi simbol penting, dan optimisme serta dorongan semangat bagi para konservasionis yang bekerja di Way Kambas untuk mencegah spesies satwa ini dari kepunahan.

Badak Sumatera dan Nasibnya

Delapan tahun setelah kepulangan Harapan ke SRS, akhirnya Harapan berhasil memiliki anak dari hasil perkawinan dengan badak betina bernama Delilah. Anak dua sejoli ini diberi nama Indra.

Keberlangsungan badak Sumatera memiliki masa depan dengan suksesnya Harapan menghamili Delilah yang kemudian menghasilkan anak.

Harapan saat ini telah berusia 17 tahun, dirinya menjadi badak terbesar di SRS TNWK. Badak yang pulang kampong ini memiliki bobot mencapai 810 kg dengan kondisi sehat dan kuat.

Bila kita bicara tentang Badak, dua NGO yang peduli keanekaragaman hayati yakni National Geographic dan Yayasan Kehati amat concern dengan salah satu mamalia besar di Indonesia yang dapat dikatakan terancam punah. 

Di Indonesia hanya terdapat dua spesies badak yaitu badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan badak jawa (Rhinoceros sondaicus). Badak sumatera seperti Harapan, juga dikenal sebagai badak Asia berambut bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis). 

Harapan si Badak Sumatera yang memiliki bulu I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 
Harapan si Badak Sumatera yang memiliki bulu I Sumber Foto : Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia 

Satwa bercula dua dengan kulit yang tebal berbulu ini merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae, dan kerabat dari Harapan ini termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih dapat kita lihat sampai saat ini, tapi entah esok.

Ternyata badak Sumatera ini teridentifikasi sebagai badak terkecil. Tingginya hanya 112-145 cm sampai pundak, dengan panjang tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekornya 35–70 cm.

Beratnya berkisar antara 500 sampai 1.000 kg, dengan rata-rata 700–800 kg, meskipun ada suatu catatan mengenai seekor spesimen dengan berat 2.000 kg.

Sebagaimana spesies badak Afrika, si badak sumatera ini juga memiliki dua cula; yang lebih besar adalah cula pada hidung, biasanya berukuran 15–25 cm.

Saat saya membaca dari data dari International Rhino Foundation estimasi populasi dan status badak Sumatera di tahun 2024 hanya di kisaran: 34-47 ekor, sehingga satwa ini ditetapkan sebagai Satwa Sangat Terancam Punah.

Asian Rhino Specialist Group (AsRSG) telah melaporkan bahwa terdapat mencapai 4 (empat) populasi terisolasi dan sebanyak 10 subpopulasi badak Sumatera yang tersisa di Indonesia, sungguh menyedihkan.

Yang membuat ku juga sedih, diperkirakan hanya tinggal satu dari populasi liar saja yang berada di Gunung Leuser, yang diyakini memiliki cukup banyak badak untuk bertahan hidup.

Ketidakpastian menjadi kata kunci dari waktu ke waktu bagi para penyelamat badak untuk bisa melacak dan mengetahui jumlah pasti populasi badak Sumatera.

Karena spesies satwa penyendiri ini tampaknya semakin menghilang atau sulit ditemukan di hutan lebat. Penampakan secara langsung menjadi amat langka dan tanda-tanda jejak kaki badak Sumatera juga semakin sulit ditemukan.

Pemerintah Indonesia melaporkan bahwa jumlah badak Sumatera tidak lebih dari 80 ekor, sementara AsRSG hanya memperkirakan kurang lebih setengahnya.

Belum ada bukti perburuan liar badak Sumatera yang ditemukan selama lebih dari satu dekade ini. Tapi juga tidak ada bangkai yang ditemukan secara alami, membuat hilangnya spesies penyendiri ini menjadi misteri yang perlu dicermati.

Harapan bagi spesies ini badak berbulu ini adalah program pengembangbiakan di Suaka Badak Sumatera, fasilitas semi liar yang dilindungi di Sumatera.

Program pelestarian badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera (SRS) sejak 1998 telah melahirkan total 5 (lima) ekor badak Sumatera. Total jumlah badak Sumatera yang ada di Suaka Rhino Sumatera (SRS) berjumlah 10 ekor. 

Mereka terus berupaya melakukan pengembangbiakan untuk menciptakan populasi badak yang aman, dan perlu didukung oleh berbagai sektor.

Berkurangnya Jumlah Badak Sumatera Sirine Rusaknya Keanekaragaman Hayati

Krisis populasi badak Sumatera menunjukkan ada masalah dengan keanekaragaman hayati dan ini menjadi sirine bagi kita sebagai bangsa khususnya dan dunia pada umumnya.

Bisa jadi aktivitas manusia telah mengganggu kestabilan sistem alam yang merusak keanekaragaman hayati dan iklim, salah-satunya terus berkurangnya jumlah badak Sumatera.

Dalam “Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia”, 5 Desember 2024 dibeberkan Indonesia begitu dikenal sebagai negara megabiodiverse terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil 

Indonesia memiliki 22 tipe ekosistem alami, 75 tipe vegetasi, 211 unit cagar alam, 80 unit suaka margasatwa, 56 unit taman nasional, 134 unit taman wisata alam, 49 unit taman hutan raya, 27 unit KSA/KPA lainnya disampaikan datanya oleh Prof. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Terdidik diri ku bahwa keanekaragaman hayati di pulau terbesar ke-2 di Indonesia yaitu Kalimantan saja, setara dengan benua Eropa atau Australia.

Amat disayangkan, keanekaragaman hayati Indonesia sedang terancam. Deforestasi, perburuan, perdagangan, dan perubahan iklim, tentu akan mengancam keanekaragaman hayati secara langsung.

Imbasnya akan meningkatkan risiko penurunan populasi hingga kepunahan flora dan fauna di alam liar, seperti halnya badak Sumatera.

Rheza Maulana, S.T., M.Si menjelaskan pentingnya keanekaragaman hayati I Sumber Foto : Rheza Maulana
Rheza Maulana, S.T., M.Si menjelaskan pentingnya keanekaragaman hayati I Sumber Foto : Rheza Maulana

Dalam Forum Bumi Volume 3 Nat Geo, 5 Desember 2024 tersampaikan "Flora dan Fauna yang beranekaragam adalah kesatuan komponen alam dengan peran ekologis. Menyayangi mereka adalah dengan cara membiarkan mereka menjalankan perannya di alam" ungkap Rheza Maulana, S.T., M.Si.

Contohnya bagaimana Harapan saat masih berada di Amerika sebelum dikirim ke Indonesia mengalami kelebihan zat besi. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan pakan, terutama dari segi jumlah dan variasi. Ini menunjukkan badak butuh pakan yang beragam seperti di alam liar.

Keanekaragaman hayati ternyata menjadi faktor kesehatan bagi mamalia besar ini. Untuk itu heterogennya flora perlu dijaga. Melindungi dan menjaga kesehatan mereka satwa terancam punah adalah dengan cara membiarkan mereka dapat hidup bebas di alam liar.

Semakin marak upaya konservasi berupa penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepas liaran juga hal yang amat penting bagi satwa yang terancam punah. Hal tersebut tentu mendukung peningkatan populasi spesies terancam punah.

Tentu keberlangsungan mereka ini perlu dukungan dan partisipasi publik agar terlahir kesadaran bersama. Dibutuhkan pula keterlibatan multi-disiplin yang kredibel apakah itu pemerintah, NGO, akademisi, praktisi, sektor swasta, berbagai komunitas, dan masyarakat.

Harapan bukan hanya nama seekor badak Sumatera, tetapi nama yang disematkan itu memiliki niat agar satwa terancam punah ini bisa lestari.

Tapi tidak hanya fauna saja, flora juga perlu dijaga kelestariannya, demi anak cucu kita kelak, agar masih bisa melihat langsung secara nyata bukan hanya hasil Artificial Intelligence (AI) atau video Youtube dan Tiktok.

Cara sederhana dan mudah bagi kita sekarang generasi digital, dengan mempublish di sosial media dan platform lainnya pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. (AM)

**

Sumber Referensi

1. National Geographic ( DI SINI )

2. Yayasan Keanekaragaman Hayati ( DI SINI )

3. Yayasan Badak Indonesia ( DI SINI )

4. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkugan Hidup dan Kehutanan (DI SINI)

5. International Rhino Foundation (DI SINI )

**

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @agan_reborn & @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun