Di sudut sebuah ruangan yang dindingnya penuh kreasi, terdapat kumpulan meja berbentuk lingkaran yang diatasnya terdapat kain daur ulang plastik berwarna abu-abu, kain khas Bali dan berbagai alat jahit.Â
Tiga puluhan orang menggerakkan tangan sambil memegang jarum dan kain, mereka sedang menjahit kreasi tempat tissue sambil mengejar dua jam waktu yang ditentukan.Â
Mata mereka fokus agar tidak tertusuk jarum, dan jari-jari begitu telaten mengarahkan jarum dan benang menembus kain daur ulang plastik dan kain Bali, membentuk sebuah pola jahitan.
Hari itu, sinar matahari menyelinap melalui jendela kedalam ruangan, menciptakan suasana hangat yang sempurna untuk menjahit. Dua pasang mata memperhatikan para peserta workshop menjahit kreasi daur ulang plastik.
Pria berpostur tinggi dengan muka bersahaja yang memperhatikan kami bernama Arif Rahman Abidin (Business Development Manager Plasticpay dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award Tingkat Provinsi 2023) dan perempuan yang murah senyum Esti ( founder Craftopia Bali). Mereka berdua menjadi pengisi Plastic Recycling Workshop, 24 Oktober 2024, Galeri Astra, Menara Astra-lantai 5.
Arif menyumbangkan buah pikirnya di PT.Plasticpay Technologi Daurulang yang berlokasi di The Prominance Office Tower, 16A Alam Sutera, Jl. Jalur Sutera Bar. No.15, RT.002/RW.003, Panunggangan Tim., Kota Tangerang, Banten 15143.
Workshop ini merupakan bagian dari exhibition 15th SATU Indonesia Award 2024 dengan tema besar Bersama-Berkarya-Berkelanjutan. Arif  mewakili Plasticpay melatih para peserta workshop cara mengubah limbah plastik menjadi produk kreatif dan bermanfaat.
Arif mengajak patner UMKM dari Plasticpay, Esti dari Craftopia Bali untuk melatih para peserta yang sebagian besar para warga kota, bagaimana memanfaatkan kain daur ulang plastik yang diproduksi Plasticpay menjadi tempat tissue.
..
Plasticpay dan Keresahannya dengan Limbah Sampah Plastik
Sebelum para peserta workshop Plastic Recycling Workshop memulai pelatihan singkat membuat produk kratif dari kain daur ulang plastik, Arif menceritakan bagaimana sejarah Plasticpay.
Arif (29 th) merupakan salah-satu penggagas konsep di Plasticpay bersama rekannya yang lain di tahun 2019. Para pengkonsep di Plasticpay resah melihat kondisi sampah plastik di Indonesia.
"Jumlah sampah luar biasa banyak, Indonesia menjadi produsen sampah plastik terbanyak nomor 2 di dunia, dengan total 6,8 juta ton plastik pertahun yang terbuang"Â ungkapnya
Ia menampilkan sebuah data bahwa Indonesia hanya 10 % recycling rate dan 29 % managed disposal & dumpsite. Ternyata sampah plastik masih 61 % unmanaged waste, open burning, dumping on land, leakage into sea, rivers and lake.
Tambahnya, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ternyata 72 persen masyarakat kita kurang bertanggungjawab atas limbah yang mereka komsumsi, setelah makan dan minum limbahnya dibuang begitu saja di mana saja.
Dirinya tidak memungkiri plastik dibutuhkan manusia, saat ini manusia berdampingan dengan produk plastik dari casing handphone, pulpen, botol, gelas kopi, dan lain sebagainya.
"Plastik sudah memberikan banyak manfaat untuk manusia, tapi apakah manusia sudah bertanggung jawab atas plastik yang digunakannya" ? tanya Arif pada peserta workshop yang hadir.
Di tahun 2019, Arif dan founder Plasticpay menemukan paradoks yang lucu, dimana beberapa industri daur ulang malah sangat sulit memperoleh bahan baku sampah plastik untuk mereka daur ulang. Ia melihat ini sebagai missing link.
Sungguh mengherankan buat dirinya, sampah plastik banyak yang dibuang warga sembarangan diberbagai tempat, sungai dan laut, di sisi lain untuk daur ulang ternyata industri pengolah limbah plastik kekurangan pasokan mendapatkan sampah plastik.
Di situlah para founder Plasticpay mencoret-coret dan membuat suatu ide, bagaimana caranya bisa ada peran serta masyarakat dan warga dapat teredukasi, berpartisipasi, kemudian sampah plastik terkelola dengan baik, terpilah dengan baik kemudian di daur ulang.
Mereka pun terinspirasi dari negara lain yang lebih maju dalam pengelolaan limbah sampah plastik. Arif menceritakan bagaimana negara-negara Scandinavia, dan Australia, dibeberapa titik lokasi di negaranya terdapat Deposit Return System (DRS) untuk  botol plastik.
"kalau disana pemilahan sampah dilakukan sudah baik dan benar. Itu bisa ningkatin rycling rate 13 x lipat" ungkapnya
Menurut keterangan Arif, di negara Australia untuk Deposit Return System (DRS)Â ada peran Pemerintah, ketika warga membeli air mineral, mereka dipaksa mendepositkan uang, misal membeli air mineral Rp.5000, yang dibayar Rp.8000, depositnya Rp.3000.
Setelah air mineralnya dikomsumsi, kemudian botol dikembalikan ke mesin DRS, lalu uang deposit Rp.3000,- dikembalikan ke warga yang menyetor botol plastik. Di negara-negara yang sudah menerapkan DRS, para warga dengan mengumpulkan 5 botol plastik pulang bisa membeli telor sekilo.Â
Plasticpay akhirnya mencoba meniru solusi masalah sampah plastik dari negara-negara tersebut. Awalnya dengan mengedukasi masyarakat merubah perilaku warga bahwa dari sampah plastik bisa menerima manfaatnya.
Terbentuklah gerakan sosial berbasis platform digital Plasticpay di tahun 2019, yang mengajak masyarakat untuk merubah sampah plastik yang merusak lingkungan menjadi bermanfaat dan membawa kebaikan.
Sampah plastik yang nantinya terkumpul akan ditukarkan menjadi Plasticpay Poin, kemudian di daur ulang lalu mengubahnya menjadi butiran, Recycled Polyester Staple Fiber ("Re-PSF"), benang dan kain.Â
Hasil dari daur ulang adalah Eco-friendly fiber dan kain daur ulang yang memenuhi semua standar kualitas tinggi yang dapat digunakan untuk boneka, bantal, tempat tissue, tas, tempat tidur, karpet, furniture, interior otomotif dan produk non-woven / woven.
..
Hilirisasi Sampah Plastik Menjadi Produk Bernilai Ekonomi
Untuk mewujudkan seperti negara-negara yang telah berhasil dalam pengeloloan sampah plastik, Â Plasticpay berkolaborasi bersama masyarakat dan private sector untuk merubah perilaku masyarakat. Ia tidak menampik, tantangan Plasticpay adalah merubah perilaku, karena perubahan perilaku itu kunci gerakan sosial ini.
Ide mereka pun diwujudkan dengan membuat Reverse Vending Machine (RVM), infrastruktur daur ulang sampah, dan juga melakukan edukasi kepada masyarakat.
Plasticpay merasa bahwa edukasi dan pendekatan mengenai sampah plastik tidak cukup dengan pengumuman jangan buang sampah sembarangan, dan akan diberikan denda bila buang sampah sembarangan, karena pengumuman dan denda itu kurang efektif, dan patut dipertanyakan keefektifannya.
Mereka membalik caranya, dengan memberikan apresiasi bagi warga yang mengumpulkan sampah botol plastik yang nantinya di daur ulang oleh Plasticpay.
Tidak hanya apresiasi, Plasticpay membangun dan merubah habit warga dimana mengumpulkan sampah plastik menjadi kebanggaan, kesenengan, dan ketika membawa botol plastik ke mall untuk dimasukkan di RVM itu memberikan rasa bangga karena berstatus warga peduli lingkungan.
Tiap sampah plastik yang ditukarkan berarti telah berkontribusi untuk mengurangi jejak karbon, serta menyelamatkan fauna laut dari cemaran plastik Indonesia.
Selain merubah habit, dari sampah botol plastik yang terkumpul juga memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat. Sampah botol plastik yg sudah dikumpulkan akan memberi manfaat, dan akan terdaur ulang.
Diharapkan warga dapat berubah minset-nya, mereka dapat menukarkan sampah botol plastik dengan poin di mesin 100 % produk Indonesia yang dinamakan "Reverse Vending Machine (RVM)" yang berada dibeberapa titik lokasi yang telah tersedia.Â
Saat ini terdapat 486 titik lokasi penukaran botol (mini collection point) yang dapat dilihat di web dan aplikasi Plasticpay, diantaranya berlokasi di Jabodetabek, Bali, Bandung, Banyuwangi, Kerawang, Serang, Srabaya, Mojokerto, Malang, Merak, Yogyakarta, bahakn saat ini telah tersedia di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pengguna aplikasi Plasticpay dapat mengetahui lokasi mini collection point terdekat dari rumah atau aktivitas keseharian dengan mengakses aplikasi dengan terlebih dahulu mendownload dan registrasi, kemudian baru bisa digunakan fitur-fiturnya.
Sampah plastik yg ditukarkan di mesin RVM nanti menjadi plasticpay poin yang bisa di tukarkan ke uang elektronik, bisa berupa pulsa dan sebagainya. Mesin RVM memiliki kapasitas penampungan sebanyak 700 botol sekitar 12 s/d 15 kg.
Plasticpay Point merupakan reward dari setiap penukaran botol yang dapat digunakan untuk berbagai hal seperti Donasi, Redeem menjadi GoPay/LinkAja/OVO, Transfer Bank dan Voucher belanja dengan puluhan mitra plasticpay.
Nilai penukarannya, tiga sampai dengan lima kali lebih besar dibandingkan pemulung mendapatkan uang dari pengumpul untuk tiap botolnya. Pemulung pun akhirnya menerima manfaat dari program Plasticpay.
Sampah plastik akan dibawa ke pusat daur ulang untuk dirubah menjadi kain, kemudian dari kain akan diarahkan dengan mitra UMKM untuk dibuatkan produk-produk yang dapat dijual dan digunakan warga.Â
Ada lebih dari 10 UMKM di Jabodetabek dan 1 UMKM dari Bali yang bermitra dengan Plasticpay. UMKM ini dari usaha sablon, pengerajin tas dan lain sebagainya.
Tidak hanya UMKM yang diajak bermitra, teman-teman binaan Difabel, Disabilitas, Sekolah Luar Biasa (SLB) pun juga, dimana hasil karya mereka diserap oleh perusahaan-perusahaan yang berkerjasama dengan Plasticpay.
Mitra UMKM pun yang berkerjasama dengan Plasticpay yang membuat produk kreasi dari kain daur ulang plastik pun akan menerima manfaat, karena produk-produknya dibeli dan dipakai oleh pelanggan.
Contohnya, sebuah produk tempat tissue ukuran 20 x 30 cm terbuat dari 2 Â botol plastik ukuran 600 ml dipatok dengan harga Rp.35.000,-. Dengan daur ulang ada kenaikan value yang terjadi, apa yang dilakukan Plasticpay itu enabling social economy per plastic.
Istilah keren saat ini apa yang dijalankan Plasticpay terhadap sampah plastik layaknya hilirisasi yang sedang diusung oleh pemerintah Bapak Prabowo Subianto.
Hilirisasi ini bukan berasal dari sumder daya alam (SDA) tapi dari bahan daur ulang yang bila dibiarkan bisa menjadi masalah lingkungan. Dapat dikatakan apa yang dilakukan oleh Plasticpay mengadopsi Moving Circular Economy Together.
..
Masalah sampah dengan hadirnya Plasticpay dapat membantu pemerintah Indonesia mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke tanah, sungai dan laut.
Selain itu apa yang dijalankan Plasticpay mentransformasi perilaku masyarakat yang tadinya buang sampah sembarangan, sekedar memilah sampah menjadi lebih dari itu mengarahkan sampah langsung untuk bisa di daur ulang, dan mereka pun menerima manfaatnya.
Plasticpay juga menjadi bagian menggerakkan ekonomi negara dengan bermitra dengan UMK, teman difabel dan disabilitas serta anak-anak Sekolah Luar Biasa (SLB).
Harapan Arif untuk Plasticpay kedepannya akan lebih banyak titik mini collection point, dan dapat mendaur ulang berbagai macam sampah.
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia
**
Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H