Plasticpay dan Keresahannya dengan Limbah Sampah Plastik
Sebelum para peserta workshop Plastic Recycling Workshop memulai pelatihan singkat membuat produk kratif dari kain daur ulang plastik, Arif menceritakan bagaimana sejarah Plasticpay.
Arif (29 th) merupakan salah-satu penggagas konsep di Plasticpay bersama rekannya yang lain di tahun 2019. Para pengkonsep di Plasticpay resah melihat kondisi sampah plastik di Indonesia.
"Jumlah sampah luar biasa banyak, Indonesia menjadi produsen sampah plastik terbanyak nomor 2 di dunia, dengan total 6,8 juta ton plastik pertahun yang terbuang"Â ungkapnya
Ia menampilkan sebuah data bahwa Indonesia hanya 10 % recycling rate dan 29 % managed disposal & dumpsite. Ternyata sampah plastik masih 61 % unmanaged waste, open burning, dumping on land, leakage into sea, rivers and lake.
Tambahnya, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ternyata 72 persen masyarakat kita kurang bertanggungjawab atas limbah yang mereka komsumsi, setelah makan dan minum limbahnya dibuang begitu saja di mana saja.
Dirinya tidak memungkiri plastik dibutuhkan manusia, saat ini manusia berdampingan dengan produk plastik dari casing handphone, pulpen, botol, gelas kopi, dan lain sebagainya.
"Plastik sudah memberikan banyak manfaat untuk manusia, tapi apakah manusia sudah bertanggung jawab atas plastik yang digunakannya" ? tanya Arif pada peserta workshop yang hadir.
Di tahun 2019, Arif dan founder Plasticpay menemukan paradoks yang lucu, dimana beberapa industri daur ulang malah sangat sulit memperoleh bahan baku sampah plastik untuk mereka daur ulang. Ia melihat ini sebagai missing link.
Sungguh mengherankan buat dirinya, sampah plastik banyak yang dibuang warga sembarangan diberbagai tempat, sungai dan laut, di sisi lain untuk daur ulang ternyata industri pengolah limbah plastik kekurangan pasokan mendapatkan sampah plastik.