Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Architecture of Love", Kisah Cinta Penulis yang Mengalami Writer Block

1 Mei 2024   09:54 Diperbarui: 2 Mei 2024   01:25 1967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Architecture of Love | Sumber Foto: StarvisionPlus

Kesulitan menuliskan kata-kata (menulis) tentu pernah dialami oleh semua penulis. Bila ada yang mengatakan tidak pernah, pasti dia sedang ngegombal. 

Begitupun yang dialami oleh Raia (Putri Marino) seorang penulis novel yang tiba-tiba macet dalam menuangkan kata-kata bercerita di novel berikutnya.

Kisah Raia seorang penulis yang mengalami writer block ini tervisualisasikan dalam film The Architecture of Love (T.A.O.L).

Film romantis ini diadaptasi dari novel hits best seller yang memiliki judul yang sama hasil karya Ika Natassa.

Film T.A.O.L yang berdurasi 110 menit ini telah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 30 April 2024.

Film menampilkan Putri Marino dan Nicholas Saputra sebagai pemeran utama wanita dan pria. Teddy Soeriaatmadja ditunjuk sebagai sutradara sedangkan Chand Parwez Servia sebagai produser.

Bagi pecinta film romansa Indonesia dan para penulis (writer, blogger dan content writer) tentu sayang untuk mengeyampingkan film ini.

Ditengah membanjirnya film horor dan komedi, hadirnya film Indonesia romantis yang berkualitas akan menjadi pilihan menarik.

Film produksi StarvisionPlus ini mengangkat sosok Raia seorang penulis yang mengalami trauma pernikahan karena diselingkuhi suaminya di rumahnya sendiri saat peluncuran novel terbarunya.

Raia pun mengasingkan diri ke kota New York yang dikenal sebagai city of hope. Ia pun di kota itu berusaha memperoleh inspirasi kembali untuk menulis. 

Walaupun sudah di New York, Raia belum juga memulai karya terbarunya yang sudah ditunggu penerbit.

Pada suatu momen pesta di kediaman temannya, Raia bertemu dengan River (Nicholas Saputra), seorang arsitek dengan wajah serius. Raia mengalami pertemuan dengan River itu setelah keluar dari toilet di sebuah koridor.

River seorang pria kalem yang suka seni melukis realisme dengan teknik arsir menggunakan pensil. Sosoknya begitu mesterius seperti menyimpan luka dalam dirinya.

"Memory jelek itu akan menghantui kita seumur hidup, seberapa jauh kita melangkah kedepan kita tidak akan tau apakah kita akan bisa melupakan masa lalu" ucap River ke Raia

Pertemuan mereka pun berlanjut ke pertemuan berikutnya di sebuah taman kota di New York. Itu pun tanpa disengaja, River dengan kaos kaki warna hijau belang idolanya memutuskan dengan setia bertemu dengan Raia untuk menjelajahi kota New York sambil menceritakan sejarah bangunan-bangunan di sana.

Dari perjalanan intens berdua, mereka mendapatkan inspirasi untuk karyanya masing-masing. Raia dengan tulisannya sedang River mendapatkan inspirasi untuk sketsanya. 

Lambat laun aktivitas bersama itu menjadi rutinitas sehari-hari mereka sampai diri mereka memiliki tanda tanya apakah dia memiliki rasa?

Tapi ternyata Raia karena kharakternya dan senyumnya yang manis membuat banyak pria terpikat kepada dirinya. Bahkan tanpa disadari orang terdekat dari River dan Raia sendiri pun menyukai dirinya.

"Tidak semua yang kosong harus di isi, bisa jadi kekosongan itu untuk menghapus memory yang ada" ungkap River kepada Raia

Namun, River tidak mampu mengungkapkan rasa karena memiliki cerita masa lalu yang memenjarakan dirinya. Sedangkan Raia sudah mendapatkan ungkapan cinta dari beberapa pria yang dia juga kenal dekat. Bagaimanakah akhirnya?

Film ini akhirnya mempertemukan kedua aktor papan atas ini. Nicholas Saputra dan Putri Marino menampilkan akting yang bagus. Bahkan Nicholas Saputra beberapa kali melakukan adegan ciuman tidak hanya dengan Putri Marino. 

Namun adegan ciuman ini tidak akan memorable seperti Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Sepatutnya karena banyaknya adegan ciuman, film ini sebaiknya tidak diberi kode R 13 +, apakah adegan ciuman bagi budaya Indonesia saat ini sudah dianggap hal yang biasa?

Yang menarik dari film ini, New York menjadi lokasi utama dalam film The Architecture of Love sesuai dengan novel. Penonton akan diajak menyusuri Brooklyn sampai Queens di New York.

T.A.O.L bertabur bintang. Selain Putri Marino dan Nicholas Saputra, hadir juga sederet aktor ternama lainnya di film ini. Mereka adalah Agla Artalidia (Andara), Arifin Putra (Alam), Imelda Therinne (Muthia), Jeremie J Tobing (Paul), Jerome Kurnia (Aga), Jihare Almira (Erine), Lydia Kandou (Ibu River), Refal Hady (Harris) dan Omar Daniel (Diaz).

The Architecture of Love tak hanya membahas bagaimana seorang penulis yang mengalami writer block, tapi juga tentang apakah seorang wanita bisakah mengungkapkan cinta? dan juga mengangkat soal seni arsitektur serta sejarah bangunan-bangunan di kota New York.

Rate : 8 / 10


_

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun