Sayangnya aksinya tidak tergambarkan begitu dalam, padahal aksi spionase merupakan plot yang begitu menarik penonton. Kisahnya lebih fokus ke sisi percintaannya dengan navigator pembom B-17, Harry Crosby (sang memoarnya yang menjadi sumber buku Masters of the Air).Â
Kisah mata-mata berwajah imut dengan rambut ikal sepunggung ini terakhir kali terlihat berjalan di jalan di Paris yang diduduki Jerman, kemudian menghilang sepenuhnya dan nasibnya tidak diketahui sampai akhir series.
Muncul juga Penerbang Tuskegee P-51 Mustang berkulit hitam di beberapa episode terakhir. Beberapa dari mereka berakhir di kamp penjara bersama tahanan tentara lain berkulit putih. Sama dengan mata-mata wanita, sepertinya pilot berkulit hitam ini dimasukkan dalam scene sebagai penambah cerita.
Terdapat peristiwa seorang pilot yang pesawatnya tertembak, dia turun di sebuah ladang dengan parasutnya. Lokasi tersebut ternyata sedang terjadi pertempuran.
Pilot ini akhirnya diselamatkan oleh Rusia dan pada saat perjalanan menuju titik penjemputan melihat kamp konsentrasi yang ditinggalkan Jerman yang dipenuhi mayat.Â
Tokoh utama berpusat pada pilot Buck Cleven (Austin Butler) dan Bucky Egan (Callum Turner), yang merasakan pengalaman berliku sebagai penerbang pesawat pengebom B-17.Â
Mereka berdua sebagai leader pesawat pembom yang ditawan, sayangnya peristiwa di mana Buck Cleven pesawatnya tertembak dan jatuh tak tergambarkan. Tiba-tiba Buck bertemu dengan Bucky di kamp penahanan para tentara sekutu.
Austin Butler dan Callum Turner sebagai pemeran utama berakting dengan baik, dan mereka sangat bagus untuk ditonton di episode awal, saat kelompok penerbang tempur USAF 100th Bomb Group tiba di Inggris, dan memulai misi pertama pengeboman yang membawa bencana.
TV series ini dirangkai sesuai "true story" tetapi entah kenapa kurang dari sisi dramatis. Andai saja jika episode awal diceritakan bagaimana para awak pada masa tua sedang mengenang peristiwa Perang Dunia II, tentu akan lebih ada jiwanya sebagai serial true story.