Idealis bermusik membuat Jay dan band Jay and the Others gagal di album kedua dan ketiga. Hanya lagu Simpang Siur yang benar-benar meledak.
Jay merubah genre Pop Rock Melayu sesuai idialis nya menjadi genre pop. Apa daya perubahan di album kedua itu tidak diterima oleh pasar. Masyarakat sudah mengenal Jay and the Others merupakan group band Pop Rock Melayu.
Film ini ingin bersuara bahwa jika suatu band ingin tetap memiliki api walaupun hanya api lilin, milikilah branding diri / citra. Jangan pula sudah dikenal mendayu-dayu malah ngepop atau rocker jadi melo.Â
Tidak semua band bisa menjadi Dewa-19 yang merubah genre ketika berganti vokalis, tapi contoh'lah SLANK yang tetap bertahan dengan genre-nya malah membuat menjadi legenda.
..
Tidak Mau Mengkuti Keinginan Label
Dulu cuma hasilkan satu lagu hit, lalu terlupakan tentu amat mengecewekan bagi musisi atau band. Kini, karir seorang musisi rupanya tetap bisa menyala dengan bermodalkan satu single catchy berkat adanya medsos.
Pundi-pundi dari youtube, dan ketenaran melalui medsos dapat membuat musisi dipanggil kemana-kemana untuk manggung. Jay sebagai musisi era 2005-an dalam film ini menolak update diri ketika label meminta dirinya aktif di medsos.
Label meminta patner duet Jay dalam bermusik yakni Nur untuk memiliki nama panggung tapi ditolak oleh Jay. Itupun Jay tidak menanyakan kepada Nur.
Dalam film ini ada sekitar  4 atau 5 label yang Jay datangi tapi dirinya menolak mengikuti keinginan label, salah-satunya meminta Jay dan Nur untuk bernyanyi dengan genre pop rock melayu.