Mungkin saat ini juga ada yang tidak tertanggung, ditambah pengeluaran sehari-sehari diluar kebutuhan pengobatan. Bahkan dari penglihatan dan pengamatan Ku terhadap caregiver lainnya, karena kebutuhan mengantar dan mendampingi, ada caregiver yang harus keluar dari pekerjaan berujung menjual rumah dan harta benda.
Daku pun sebagai caregiver sempat mengalami menggadaikan tabungan 50 gr perhiasan emas, menguras tabungan untuk menambah biaya perawatan Almarhum Kakak (Kanker) dan saat itu Almarhum Bapak (TBC ) juga sakit. Selain itu Daku harus berhutang ratusan juta untuk menutupi biaya perawatan selama 5 tahun mendampingi.
Agar kita benar-benar bisa menerima, ya ikhlaskan saja pengorbanan yang caregiver lakukan. Kita harus punya pikiran bahwa harta bisa dicari, kita memiliki harta tentu suatu saat akan kita lepas untuk keluarga yang sakit, bila tidak nanti harta tersebut diserahkan untuk membahagiakan keluarga, biaya pendidikan atau diwariskan.Â
"Patut diingat bahwa harta tidak dibawa mati"
Bila Anda (Caregiver) mampu mindset pikiran seperti itu, Daku yakin Anda bisa tidak berpura-pura tertawa, dan bisa mendapatkan tawa pada momen-momen lucu atau membahagiakan disaat duduk ngemper disudut-sudut rumah sakit.
_
2. Menangis'lah, Cari Teman Untuk Jadi Pendengar
Caregiver diawal-awal pendampingan akan ada yang berada pada situasi diam yang perlahan menghilang bersama cipta yang terpendam. Tidak semua orang  itu ekstrovet ada pula yang introvert sehingga belum tergabung dengan kelompok caregiver.
Daku ingat sekali bagaimana tangis pecah tersedu-sedu, saat itu Daku hanya tinggal memegang uang Rp.500.000,- di tangan dan sudah memiliki hutang dimana-mana untuk biaya perawatan, juga memiliki hutang untuk pengembangan toko yang kemudian bangkrut (tidak terurus karena menjadi caregiver), itu kebingungan yang dihadapi.
Bagaimana menjalani hari-hari ? bagaimana kedepannya ?Â