Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Wisata Gastronomi: Menjejak Penjual Kopi Bubuk Tertua di Bogor, Bah Sipit

30 Juli 2023   12:01 Diperbarui: 31 Juli 2023   13:50 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pagi yang cerah itu, Daku duduk di sudut teras rumah bergaya vintage dengan jendela nako, menikmati secangkir kopi hangat buatan tangan ku sendiri

Aroma kopi menggoda dari uap yang naik menusuk hidungku. Zodiak Gemini ini bagaikan merasakan pelukan hangat dari keluarga. Tak sabar Daku menikmati tetes demi tetes dari gelas karton berwarna gelap berlogo kacamata bertuliskan Bah Sipit, dan menyeruputnya sedikit demi sedikit.

Kopi bah Sipit I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Kopi bah Sipit I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Rasa pahit kopi begitu menyatu dengan rasa manis yang menggoda, ciptakan harmoni sempurna di lidahku. Setiap tegukan sari hitam itu membawa kenikmatan yang tiada duanya, seolah mengajakku untuk melupakan segala kepenatan dan kebisingan.

Pikiran Daku menerawang sambil menatap cairan hitam di dalam gelas karton itu. Rasanya seperti berada dipinggir danau menunggu sang surya tenggelam, di mana waktu seperti berjalan lebih lambat dan hidup terasa begitu indah.

Suasana teras rumah begitu hangat dengan obrolan ringan teman-teman Kompasianer menambah kesan bahagia dan menyenangkan.

Sekali lagi, sambil berbincang, Daku membenamkan bibirku ke dalam gelas karton itu, menyisakan sedikit cairan di dasarnya bersama bubuk kopi yang mengental.

Daku ingin menikmati setiap tetesnya hingga tetes terakhir. Ketika Daku akhirnya meneguk tetes terakhir cairan gelap itu, rasanya seperti momen perpisahan dengan sosok dirindukan yang akan kembali kudatangi esok hari. Tak ku sangka menghabiskan dua gelas.

Kopi bukan sekadar minum rutinitas bagiku, tapi semacam perayaan kecil yang membantu semangat menjelang siang. Setiap hari pukul 11 siang, Daku seperti diberi alarm untuk meminum cairan hitam itu. Tegukan menyeruput kopi menjelang tengah hari adalah momen kenikmatan, mengendurkan tegang di wajahku.

Pagi itu bersama teman-teman di Kedai sederhana itu, Daku hanyalah peminum kopi, tapi merasa terhubung dengan semua pecinta kopi yang datang. Seakan Daku menjadi bagian dari komunitas spesial yang mengagumi keajaiban biji kopi.

Menikmati kopi bukan hanya mengejar rasa, tapi juga tentang mengalami setiap momen dan mendapatkan kebahagiaan dari hal-hal sederhana.

Daku tahu, esok hari akan datang, seperti hari-hari sebelumnya berjibaku dengan tantangan dan kesibukan, namun akan ada kenyamanan dalam pikiranku bahwa kopi selalu ada untukku, siap menyambut hari-hari yang akan datang, pukul 11 siang.

Di tengah kebisingan dunia yang seringkali penuh dengan tuntutan, menikmati kopi adalah cara yang sederhana untuk merenung, menikmati hidup, dan mengapresiasi indahnya momen-momen kecil dalam hidup ini.

Sebab sesungguhnya, kebahagiaan sering kali hadir dan ditemukan dalam secangkir kopi yang hangat dan aroma uap nya yang menenangkan.


Apa yang daku rasakan ini merupakan jejak rasa dari wisata gastronomi di kedai kopi salah-satu yang tertua dan legendaris di Bogor "Bah Sipit" di waktu itu , sabtu, 29 Juli 2023.

Daku bersama 16 Kompasianer lainnya mendatangi kota Bogor yang udaranya seperti menyambut kami, dingin tidak, panas pun tidak.

Sepertinya, ini kali kedua daku merasakan wisata gatronomi, yang pertama di Desa Bilibante, Lombok yang kedua di kota hujan Bogor, Kedai Kopi Bah Sipit tempatnya.

Kota Bogor tidak hanya dikenal karena destinasi wisata alamnya yang menakjubkan dan juga indah, tetapi juga karena kekayaan kuliner lokalnya yang menggugah selera dan membuat lidah berdansa.

Bila ditelisik wisata gastronomi dapat dikembangkan di kota ini yang menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi para pecinta kuliner dan penjelajah rasa. Kedai Kopi Bah Sipit bisa saja dikembangkan sebagai tujuan Wisata Gastronomi.

Wisata gastronomi saat ini telah menjadi tren yang semakin populer di kalangan para wisatawan yang mencari pengalaman baru, dan menyenangkan yang terkait dengan kuliner, tidak hanya menikmatinya saja.

Para penikmat wisata gastronomi cenderung tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang budaya makanan, teknik memasak atau mengolah kuliner, menyentuh bahan-bahan lokal, dan warisan kuliner yang dimiliki.

Wisata gastronomi juga dapat melibatkan kegiatan edukasi mengenai sejarah, bagaimana usaha kuliner dijalankan, dan ikut terlibat dalam menyiapkan bahan, mengolah dan menyajikan kuliner.

Itu yang Daku rasakan saat menjejak di teras rumah Bah Sipit dan kedai kopi yang sudah ada sejak 1925 di Jalan Empang no 27, Bogor.

Sabtu itu, seorang perempuan berwajah oriental berambut pendek menyambut kami. Ia mengenakan pakaian bermotif broken white dengan menggunakan bawahan seperti celemak.

Pengelola Kedai Kopi Bah Sipit I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Pengelola Kedai Kopi Bah Sipit I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Perempuan ini memperkenalkan diri bernama Nancy Yusuf Wahyuni yang merupakan cucu dari Bah Sipit. Ia yang saat ini bertanggung jawab mengelola Kedai Kopi Bah Sipit.

Nancy bercerita, Bah Sipit mulai berdagang sejak 1925 tapi awalnya tidak mengkhususkan menjual Kopi, tapi juga kebutuhan pokok dan barang kelontong. Dengan berjalannya waktu, Kopi menjadi dagangan unggulan di tokonya.

Bah Sipit merupakan panggilan dari orang-orang dilingkungannya, nama aslinya Yoe Hong Keng. Nama warung atau toko ini akhirnya menggunakan nama panggilannya.

Lingkungan di mana kedai kopi ini berada ditinggali warga keturunan arab yang amat menyukai minum kopi. Itu kenapa kedai kopi yang dulunya toko ini masih mampu bertahan hingga saat ini.

Bah Sipit memulai bisnis pengolahan kopi bubuk menggunakan merk "Kopi Bubuk Bah Sipit" dengan cap kacamata sebagai logo. Bukan sebuah kebetulan bah Sipit berkacamata.

Mompreneur ini mengkisahkan bahwa 2 (dua) tahun lalu bisa saja Kedai Kopi Bah Sipit ditutup. Waktu itu Nancy sudah memiliki pekerjaan dan tinggal di tangerang sedangkan saudara kandungnya menetap diluar negeri.

Legacy, yang membuat Kedai Kopi Bah Sipit tetap bertahan, mungkin bukan karena legacy keluarga bisa jadi kedai kopi ini tidak dipertahankan. Usaha ini peninggalan keluarga yang membanggakan karena diapresiasi sebagai kopi legendaris.

Banyak hal yang dibahas oleh Nancy, Ia juga menerangkan saat ini sudah ada kurang lebih 15 jenis varian yang dimunculkan. Produk pertama Bah Sipit yang menggunakan kertas coklap bercap masih tetap dipertahankan.

Kang Bugi (Kompasianer) meracik kopi secara manual I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Kang Bugi (Kompasianer) meracik kopi secara manual I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Setelah berbincang-bincang dengan kami (17 Kompasianer Vlomaya & KPK Kompasiana) di teras rumah, Nancy mengajak untuk melihat bagaimana meracik kopi secara manual sambil dirinya menerangkan prosesnya. Salah seorang Kompasianer, Kang Bugi dilibatkan dalam meracik kopi, dan hasil buatannya pun kami cicipi.

Belum banyak memang wisata berbasis wisata gastronomi ditemukan. Jenis wisata ini tentunya akan selalu ada penikmatnya, yang ingin mendapatkan insight selain sekedar mencicipi kulinernya saja.

Self experience menyajikan kuliner, mengenal sejarah, mendapatkan edukasi tentunya akan ada yang mau membayarnya. Karena acapkali hobi dan pengetahuan membuat orang tidak segan mengeluarkan kocek yang dalam.

__

17 Kompasianer Vlomaya dan KPK Seruput Kopi Bah Sipit I Sumber Foto : Yayat
17 Kompasianer Vlomaya dan KPK Seruput Kopi Bah Sipit I Sumber Foto : Yayat

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun