WAG ini membuat para Kompasianer ada yang lupa menulis di Kompasiana, lebih asyik dan memilih menuliskan kontennya di WAG. Kejadian ini ternyata juga terjadi forum-forum online lainnya. Berujung forum-forum ini menjadi sepi dan bahkan ada yang tidak bertahan.
Platform WhatsApps membuat komunitas-komunitas ini seperti memiliki rumahnya masing-masing, untuk mengobrol dan berkumpul. Mereka anggota komunitas akhirnya lebih terbiasanya berkomunikasi di WAG.
Ketika WhatsApps merajalela akhirnya muncul medium lainnya, yakni halaman Instagram yang menjadi rumah digital bagi para warganet. Medium baru ini juga yang menjadi salah-satu alasan komunitas-komunitas ini memindahkan media publikasi di halaman forum ke Instagram.
Dampaknya, setelah forum komunitas-komunitas ini pindah ke Instagram, membuat platform UGC kehilangan kekuatan indexing komunitas. Contohnya ketika mencari sebuah forum di UGC membuat user kesulitan menemukannya. Masalah tersebut menjadi background problem sebelum ada Temu Kompasiana.
Temu Kompasiana ini akhirnya pun rilis untuk menjadi solusi bagi para Kompasianer mencari komunitas yang cocok bagi mereka sesuai minat. Tentunya medium atau sistem ini akan bermanfaat bagi Kompasianer baru.Â
Masih banyak Kompasianer yang belum mengetahui ada lebih 50 komunitas yang ada di Kompasiana. Selain itu banyak Kompasianer baru yang bingung bagaimana untuk bergabung dengan komunitas? Bagaimanakah mekanismenya? Acaranya seperti apa? Mereka sulit mendapatkan infonya.
Sistem di Temu Kompasiana ini diharapkan dapat mengaktifkan komunitas-komunitas yang dulu vakum, karena dahulu belum ada rumahnya, ungkap Kevin.
Dari hasil riset teman-teman komunitas, didapatkan komunitas membutuhkan community group page yang bisa menjadi rumah berinteraksi. Selain itu dibutuhkan event system komunitas yang bisa menjadi tempat untuk pengumuman event yang lebih proper, karena komunitas biasanya masih menggunakan Google Form atau mendaftar langsung di WhatsApp itu tentunya cukup ribet bagi Kompasianer.
Keinginan komunitas-komunitas di Kompasiana juga untuk disediakan sharing file media. Ada juga yang diminta menyangkut customize community page yang memiliki fitur dapat melengkapi profil, banner.
Content from member juga diminta oleh komunitas agar anggota komunitas dapat menempatkan konten di halaman komunitas, dan juga bisa membuat sistem kolaborasi konten dari sesama anggota (Collaborative Stories).Â
Semua keinginan ini sebagian besar sudah diwujudkan di Temu Kompasiana lainnya pada tahap phase 2 yang sedang di development.