Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kers Grebek! Mencicipi Kuliner Halal Tionghoa Saat Imlek di Bojong Gede

23 Januari 2023   18:33 Diperbarui: 24 Januari 2023   08:33 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ci Elis bersama Ibunda mengelola Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

"tidak perlu takut bagi muslim makan dan minum di sini, dijamin halal" ucap Ci Elis pemilik kedai Kopi Tiam 89

Nasi berwarna kuning diatas daun pisang tersaji dihadapan ku. Topping nasi berwarna kuning ini berupa telur dadar, bawang goreng, mentimun dan sambal. Tampilan yang sederhana namun tetap mengugah selera. Natural itu yang membuat daku (saya) tertarik mencicipinya.

Daku pun mencicipi kuliner ini. Rasanya 11 -12 dengan nasi kuning yang biasa disajikan bila ada acara hajatan. Tapi ternyata ini bukan nasi kuning tapi Nasi Goreng Kunyit Mama Na Lun Nio.

Dibandingkan nasi kuning pada umumnya, tektur nasi goreng bumbu kunyit ini lebih kering. Sepertinya jenis beras yang digunakan berbeda dengan nasi kuning yang dimasak dengan cara di tanak. 

Daku menikmati nasi goreng bumbu kunyit ini bertepatan dengan hari perayaan Imlek, 22 Januari 223, tidak jauh dari Stasiun Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Lebih tepatnya di sebuah kedai sederhana bernama Kopi Tiam 89.

Lokasinya sekitar 15 meter dari pintu masuk Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat. Vihara ini begitu dikenal dengan sebutan Vihara Buddha Tidur yang beralamat di Jl.PWRI Kampung Jati, Jalan Raya Parung, RT 2/RW 6, Tonjong, Tajur Halang, Kabupaten Bogor.

Nasi Goreng Bumbu Kuning ala Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Nasi Goreng Bumbu Kuning ala Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Nasi goreng bumbu kunyit ini merupakan kuliner tradisional khas disekitar Jabodetabek. Jaman dahulu, kuliner ini menggunakan lebih banyak rempah-rempah tidak hanya kunyit saja, seperti daun mengkudu, lempuyang, kencur dan segala macam.

Khusus penggunaan daun mengkudu dan herbal lainnya pada kuliner ini bila ada permintaan khusus dari pelanggan kedai. Bumbu-bumbu tersebut merupakan tanaman obat tradisional. Nasi goreng kuning dengan resep jaman dahulu disantap saat sarapan oleh wanita yang baru melahirkan.

Saat ini, kedai Kopi Tiam 89 telah memodernisasi resepnya agar disukai semua kalangan dengan mengurangi cita rasa pahit pada menu masakan ini. Para pengunjung kedai dapat menikmati Nasi Goreng Bumbu Kunyit dengan harga Rp.20.000,- saja.

Kopi Tiam 89 setiap hari menyediakan berbagai menu. Adapun ciri khas makanan Imlek di kedai ini selain Nasi Goreng Bumbu Kunyit juga menyediakan Pangsit Kuah. 

Kenapa menu ini menjadi hidangan khusus Imlek ? karena pangsit bagi etnis Tionghoa sebagai lambang kekayaan. Kepercayaan bila semakin banyak makan pangsit dapat menambah pundi-pundi kekayaan. Pangsit bentuknya seperti mata uang kuno Tiongkok. 

Pansit Kuah ala Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Pansit Kuah ala Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Pangsit kuah yang disajikan begitu lembut, dan kuahnya begitu terasa khas masakan Tionghoa, lidah ku ini langsung paham bahwa kuahnya tidak menggunakan bumbu instan. Satu porsi pangsit kuah (5 pcs pangsit) dapat dinikmati dengan harga Rp.22.000,-

Pemilik kedai, Ci Elis berucap "membuat kuah kaldu tidak semua orang bisa, bagaimana membuat kuah kaldu yang enak ? caranya menggunakan tulang-tulang paha ayam yang dimasak dengan api kecil tapi lama" ucapnya.

Bakmi Ayam khas Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Bakmi Ayam khas Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Tambahnya, selain tulang paha ayam ditambahkan juga kaldu jamur, garam dan merica serta juga minyak wijan. Selain menu Pangsit kuah juga terdapat menu Bakmi Ayam menggunakan bakso. Potongan daging ayam pada menu Bakmi Ayam tidak seperti mie ayam pada umumnya, dagingnya kering.

Tidak hanya itu saja, tersedia pula tahu kunyit bogor dan nasi goreng kecap khusus bagi vegetarian. Biasanya menu tersebut diminati oleh pengunjung Vihara yang vegetarian.

Kedai ini juga menawarkan bakpau, kue keranjang dan lapis legit. Lapis legit juga kuliner khas Imlek karena teksturnya yang berlapis melambangkan kekayaan bertambah-bertambah. 

Ci Elis didepan Bakpao yang dijual di kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Ci Elis didepan Bakpao yang dijual di kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Walaupun Kedai ini khas Tionghoa tapi kuliner yang disajikan Halal, termasuk Bakpau yang dijual tidak menggunakan daging babi. Bakpau itu artinya daging yang dibungkus. Di Indonesia sendiri, bakpau telah dimodifikasi dengan banyak varian, dari daging ayam, kacang hijau, dan ketan merah. Bakpau yang dijual di kedai Kopi Tiam 89  ini halal.

"Makan disini jangan takut, tidak pakai minyak-minyak lain, hanya minyak bawang putih dan daging menggunakan daging ayam tanpa campuran protein lain, tanpa mechin / MSG pakai kaldu jamur" terang Ci Elis

Selain menu makanan, tersedia pula menu minuman, salah-satu yang khas adalah jus markisa. Dibelakang kedai, Ceu Lis menanam pohon markisa yang buahnya digunakan untuk menjadi salah-satu menu spesial di kedai ini. 

Setiap masa panen, buah markisa di press lalu di frozen. Saat akan disajikan baru dibuka dan diproses menjadi minuman yang menyegarkan.

Saat daku menyeruput jus markisa begitu menyegarkan saat kondisi cuaca panas terik,  segar sekali dengan rasa manis yang tidak terlalu berlebihan dan aroma markisa yang khas.

Kopi Tiam berasal dari bahasa hokkien yang berarti warung kopi. Kopi yang dipakai jenis robusta dan arabica. Untuk kopi robusta berasal dari kopi Sidikalang, Medan.

Bakpao, jus markisa dan es kopi di Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Bakpao, jus markisa dan es kopi di Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Ada juga kopi Gayo Aceh, kopi Medan, kopi Bogor. Menu Kopi Gayo Gula Aren menggunakan gula aren yang langsung diambil dari pengerajin lokal. Kopi Tiam 89 tidak membelinya dipasar. 

Gula aren yang digunakan berasal dari dataran tinggi Leuwiliyang. Rahasia terungkap dari mulut Ci Elis, gula aren yang asli itu cepat meleleh (cepat cair). Harga gula aren beratnya sekitar 1.3sampai 1.5 kg harga jual antara 70rb sampai 80rb.

Ci Elis bersama Ibunda mengelola Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri
Ci Elis bersama Ibunda mengelola Kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : dokpri

Usaha kedai Kopi Tiam 89 sudah dijalankan oleh 5 generasi. Keluarga pengelola Kopi Tiam 89 sudah mengalami pencampuran budaya dan agama, bahkan ada keluarga yang mualaf (muslim) dan beragama katholik. 

Kopi Tiam 89 sudah dijalankan selama 10 tahun (2012) di lokasi yang sekarang, tapi usaha kuliner ini sudah ada sejak 15 tahun lalu. Kopi tiam 89 masih menjalankan tradisi Tiongkok dimana ketika menutup toko itu harus selama 3 hari, dan hari ke 4 baru bisa dibuka. Menurut kepercayaan Etnis Tionghoa pada hari ke 3 merupakan hari bakar sampah.

Awalnya sebelum berkembang seperti saat ini, kedai Kopi Tiam 89 merupakan warung kecil yang hanya menjual kopi, nasi goreng kunyit dan buah lokal. 

Kedai ini menjadi lokasi istirahat pecinta bersepeda (gowes) dari Jakarta, Pantai Indah Kapuk (PIK), dan Gading Serpong. Mereka mampir ke kedai ini setiap akhir pekan sebelum ke bogor kota. Yang jadi menu makanan favorit mereka adalah Nasi Goreng Kuning Bumbu Kunyit. 

Kompasianer yang tergabung Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) didalam kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : Rahab Ganendra
Kompasianer yang tergabung Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) didalam kedai Kopi Tiam 89 I Sumber Foto : Rahab Ganendra

Kedai ini ramai pada hari sabtu-minggu, dan hari Imlek ke 8 dan 9. Tanggal 8 penanggalan Tionghoa semua orang keluar untuk sembahyang ke 8 vihara. Ramai lagi pada hari ke 15  penanggalan Tiongkok (Cap Gomeh). Sedangkan hari biasa hanya 1 atau 2 mobil atau dengan rombongan bus.

Ci Elis di hari Imlek ini murah senyum, daku pun merasakan kehangatan keluarga etnis Tionghoa ini. Kata Ci Elis hari pertama imlek, tidak boleh marah, tidak boleh mengumpat, dan mencaci maki.

***

Daku bersyukur dan berkesempatan bersama Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) mencicipi kuliner khas Tiongkok di Kopi Tiam 89. Kami ber sebelas kompasianer juga menjejak 3 (tiga) Vihara.

Saya berada di Vihara Buddha Tidur I Sumber Foto : dokpri
Saya berada di Vihara Buddha Tidur I Sumber Foto : dokpri

Tidak jauh dari kedai Kopi Tiam 89 sekitar 15 s/d 20 meter terdapat Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat atau yang lebih dikenal dengan Vihara Buddha Tidur.

Vihara Naca I Sumber Foto : dokpri.
Vihara Naca I Sumber Foto : dokpri.

Vihara kedua yang kami singgahi Vihara Naca. Lokasi Vihara ini sekitar 600 s/d 700 meter dari Vihara Buddha Tidur. Kami jalan kaki kesana melewati makam-makam etnis Tiongkok yang terawat rapih. Vihara Naca ini erat hubungannya dengan bunga teratai.

Vihara San Ji Po I Sumber Foto : dokpri
Vihara San Ji Po I Sumber Foto : dokpri

Kemudian kami menuju Vihara ke 3 yaitu Vihara Sian Ji Po. Kami harus jalan menurun menuju vihara ini. Sepertinya vihara ini berada di sebuah cekungan. Vihara ini terletak lebih tinggi dari tanah lapang, seperti sengaja ditinggikan.

*

Salam Maknyus Blogger Udik dari Cikeas

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan

Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) I Sumber Foto : KPK
Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) I Sumber Foto : KPK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun