Awalnya sebelum berkembang seperti saat ini, kedai Kopi Tiam 89 merupakan warung kecil yang hanya menjual kopi, nasi goreng kunyit dan buah lokal.Â
Kedai ini menjadi lokasi istirahat pecinta bersepeda (gowes) dari Jakarta, Pantai Indah Kapuk (PIK), dan Gading Serpong. Mereka mampir ke kedai ini setiap akhir pekan sebelum ke bogor kota. Yang jadi menu makanan favorit mereka adalah Nasi Goreng Kuning Bumbu Kunyit.Â
Kedai ini ramai pada hari sabtu-minggu, dan hari Imlek ke 8 dan 9. Tanggal 8 penanggalan Tionghoa semua orang keluar untuk sembahyang ke 8 vihara. Ramai lagi pada hari ke 15  penanggalan Tiongkok (Cap Gomeh). Sedangkan hari biasa hanya 1 atau 2 mobil atau dengan rombongan bus.
Ci Elis di hari Imlek ini murah senyum, daku pun merasakan kehangatan keluarga etnis Tionghoa ini. Kata Ci Elis hari pertama imlek, tidak boleh marah, tidak boleh mengumpat, dan mencaci maki.
***
Daku bersyukur dan berkesempatan bersama Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) mencicipi kuliner khas Tiongkok di Kopi Tiam 89. Kami ber sebelas kompasianer juga menjejak 3 (tiga) Vihara.
Tidak jauh dari kedai Kopi Tiam 89 sekitar 15 s/d 20 meter terdapat Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat atau yang lebih dikenal dengan Vihara Buddha Tidur.
Vihara kedua yang kami singgahi Vihara Naca. Lokasi Vihara ini sekitar 600 s/d 700 meter dari Vihara Buddha Tidur. Kami jalan kaki kesana melewati makam-makam etnis Tiongkok yang terawat rapih. Vihara Naca ini erat hubungannya dengan bunga teratai.