Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Pecinan Glodok Jakarta, Seperti Apa Kisah Mu?

8 Januari 2023   19:34 Diperbarui: 8 Januari 2023   19:50 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantjoran Tea House Glodok I Sumber Foto : Aan

Kawasan Glodok Pancoran, China Town Jakarta itu tulisan yang terpampang bercat merah yang ku lihat dan ku baca di sebuah gerbang gapura berbahan batu bercorak etnis Tionghoa.

Gapura ini dibawahnya dapat dilewati kendaraan satu arah. Bangunan berukiran bergaya Tiongkok ini terletak persis di samping toko penjaja kuliner "Pantjoran Tea House".

Buat daku (saya) dan beberapa teman-teman dari Komunitas Pecinta Sejarah Budaya dan Old Building (PSBB) Gapura ini begitu menarik perhatian. 

PSBB didepan Gapura China Town Jakarta I Sumber Foto : Deasy Safari
PSBB didepan Gapura China Town Jakarta I Sumber Foto : Deasy Safari

Kami ber 6 orang ( Deasy, Andri, Aan, Chaerul, Ubay dan Prabu) menjejak Desa Wisata Pecinan Glodok Jakarta ini pada hari Minggu, 8 Januari 2023 dengan titik kumpul di Pantjoran Tea House.

Toko kuliner yang bisa dibilang kafe ini terletak di samping gapura ini terlihat begitu unik dan berbeda dibandingkan dengan bangunan-bangunan sekitarnya yang berdesain modern.

Pantjoran Tea House sepertinya menjadi salah-satu bangunan old building yang tersisa di kawasan Kota Batavia Lama. Bangunan ini menjadi pembeda dan vintage, amat klop digunakan untuk nongkrong bareng ala-ala masa lalu bagaikan di rumahnya Wong Fei Hung.

Pantjoran Tea House Glodok I Sumber Foto : Aan
Pantjoran Tea House Glodok I Sumber Foto : Aan

"Pantjoran Tea House ini bernuansa chinese. Awal mulanya memang dibangun oleh etnis Tionghoa (1900an). lalu di tahun 1928 dibuatlah apotek. Baru di tahun 2015 dialih fungsikan menjadi tempat minum teh" Cerita Leader Tour PSBB, Deasy Safari (8/1/2023).

Tambahnya, tradisi minum teh di Pantjoran Tea House dengan menyediakan air teh di dalam delapan teko yang diberikan secara gratis setiap pukul 08.00 s/d 18.00 WIB kepada siapa pun yang berkunjung di lokasi ini

Gubenur Jenderal VOC Membuat Pecinan Jakarta

Deasy Safari sebagai tour leader menerangkan hadirnya Pecinan di Jakarta (Batavia) bukan tanpa sebab. Penduduk etnis Tionghoa dihadirkan oleh VOC dibawah kepemimpinan Gubenur Jenderal VOC, J P Coen.

Saat itu J P Coen menjalankan aksi pintar dengan mengangkat Souw Beng Kong menjadi Kapiten (Kapitein) Tionghoa, 11 Oktober 1619, yang sebelumnya bermukim di Banten.

Souw Beng Kong lalu mengajak 400 orang etnis Tionghoa ke Batavia. Kemudian lambat laun laju pertumbuhan penduduk etnis Tionghoa meningkat tajam.

Tahun 1620 tercatat jumlah populasi Tionghoa di Batavia bertambah 2 kali lipat menjadi 800 orang. Setahun berikutnya bertambah lagi menjadi 2.100 orang. Bahkan pada tahun 1627 jumlah warga Tionghoa di Batavia menjadi 3.500 orang.

Pertumbuhan makin meroket, dimana tahun 1679 populasi pemukim Tionghoa di Batavia sudah mencapai 16.695 orang (Mona Lohanda dalam 'Menjadi Peranakan Tionghoa' 2009).

Penambahan jumlah Etnis Tionghoa ini disebabkan juga dengan didatangkan langsung dari Tiongkok. Mereka yang direkrut dan di bawa ke Batavia ialah tenaga terampil seperti tukang kayu, tukang batu, dan tukang bangun untuk membangun Batavia termasuk tembok kota Batavia.

Namun, pada saat itu orang-orang etnis Tionghoa tinggal masih terpisah-pisah, salah-satu nya berlokasi di Mangga Besar yang berasal dari Macao.

Ilustrasi pembataian Etnis Tionghoa 1740 I Sumber Foto : tirto.id/gery
Ilustrasi pembataian Etnis Tionghoa 1740 I Sumber Foto : tirto.id/gery

Pada tahun 1740 terjadi peristiwa yang bisa dikatakan sebagai genosida (pembantaian). Aksi keji Belanda ini diperkirakan merenggut nyawa lebih dari 10.000 orang keturunan Tionghoa.  Ketika itu Gubernur Jenderal VOC dijabat Adriaan Valckenier.

Setelah Gubenur Jenderal VOC diganti oleh Baron van Imhoff di Batavia, warga etnis Tionghoa dipusatkan di satu tempat di luar Benteng kota yang sekarang disebut Glodok. 

Posisi Glodok sekitar 3 km dari tembok kota dan dapat terjangkau dengan meriam, dan ini menjadi titik tolak berkembangnya Glodok sebagai Pecinan di Jakarta saat ini.

Glodok menurut Deasy kemungkinan diambil dari bahasa Sunda oleh warga sekitar ketika mendengar bunyi glodok-glodok yang keluar dari pancoran air jaman itu. 

Deasy mengatakan bahwa ada juga yang mengartikan kata Glodok berasal dari tempat para wanita mencuci pakaian di kanal yang dahulu ada di lokasi ini.

Apa yang disampaikan Deasy 11-12 dengan buku ‘Betawi Queen of the East’ (2002) karangan Alwi Shahab, kata Glodok berasal dari ‘grojok’, onomatopi bunyi pancuran air. Karena etnis Tionghoa sulit mengucapkan kata grojok akhirnya berbunyi Glodok.

Sedangkan dari referensi lain dari Kepala Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan ahli arkeologi Profesor Agus Aris Munandar menyebutkan bahwa Glodok-Glodok merupakan suara roda pedati di daerah yg saat ini dikenal sebagai Glodok.

Ada juga menyebut Glodok konon katanya memiliki arti pintu masuk rumah. Pada zaman kerajaan dahulu kala, Glodok menjadi pintu masuk ke daerah Sunda Kelapa yang di era VOC menjadi Batavia.

Saat ini Glodok sebuah kawasan yang menjadi kelurahan di kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Glodok sempat mengalami masa jayanya sebagai salah-satu pusat bisnis. Deasy membuka tabir bahwa Glodok dulu dikenal sebagai pusat perdagangan dolar gelap.

Desa Wisata Pecinan Glodok Jakarta Bersolek

Deasy sebelum mengajak kami melangkahkan kaki memberi tau bahwa Pecinan Jakarta terpilih sebagai salah-satu penerima Anugerah50 besar desa wisata terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Vihara Dharma Jaya I Sumber Foto : dokpri
Vihara Dharma Jaya I Sumber Foto : dokpri

Desa wisata Pecinan Glodok Jakarta merupakan hasil kolaborasi antar etnis yang sudah terbentuk selama ratusan tahun dari Tionghoa, Jawa, Sunda, Betawi, dan lainnya. 

Pecinan Glodok yang sedang bersolek memiliki potensi wisata di bidang sejarah, old building, kesenian, kebudayaan, dan keagamaan. Bahkan wisata kesehatan dapat dengan mudah kita temui dekat dengan Gapura Pecinan Jakarta berupa toko-toko obat dan apotek.

Kuliner khas Cirebon yang tersedia di Desa Wisata Pecinan Glodok Jakarta, Petak 6 I Sumber Foto : dokpri
Kuliner khas Cirebon yang tersedia di Desa Wisata Pecinan Glodok Jakarta, Petak 6 I Sumber Foto : dokpri

Selain itu terdapat juga potensi wisata belanja yang begitu terasa dengan kuliner yang beragam di petak 6 (enam). Berbagai variasi kuliner amat mewakili keanekaragaman di Indonesia. Chinese Food memang jagoannya, tapi pengunjung juga bisa menemukan variasi makanan lain, seperti makanan khas Betawi dan Jawa.

--

Perjalanan kami (PSBB) amat menarik dari sisi sejarah dan memberi pembelajaran dari depan Gapura Pecinan, Pantjoran Tea House, Vihara, Gereja, Klenteng, Jalan Pecinan, Petak 9 dan Petak 6. Memang ada beberapa hal yang sensitif yang tidak bisa saya tuliskan. Tapi saya jadi tau kalau Glodok itu masih masuk kategori Desa.

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun