Soekarno, sosok Bapak Bangsa yang penuh cerita. Bila kita membahas sosok Proklamator ini tidak ada habisnya. Dari cara pandanganya, gagasannya, peninggalannya dan kontroversinya.
Daku (saya) bersama 11 traveler Komunitas Pecinta Sejarah Budaya dan Old Building (PSBB), Sabtu, 24 Desember 2022 berkesempatan Journey of Soekarno di Diorama Arsip Presiden Soekarno Gedung Arsip Nasional yang terletak di Jl. Gajah Mada No.111, RT.1/RW.1, Krukut, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Nama resmi (nomenklatur) dari Gedung Arsip Nasional sejak Agustus 2022 menjadi Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan Presiden Pertama Republik Indonesia. Biar gampang penyebutan, sesuai brosur yang daku dapat menggunakan nama Diorama Arsip Presiden Sukarno.
Diorama Arsip Presiden Soekarno letaknya berada dibelakang persis Rumah Ex Gubenur Jenderal Belanda (Gedung Arsip Nasional RI) yang dikenal dengan sebutan "Amazing Huis De Klerk".
Daku berkesempatan berkunjung kembali ke Gedung Arsip Nasional RI ini. Perjalanan ini menjadi kali kedua, dimana sebelumnya mengunjunginya pada minggu, 6 Maret 2022 bersama komunitas PSBB.
Namun, saat itu daku lebih fokus memperhatikan bangunan peninggalan Gubenur Jenderal Belanda, karena Diorama Arsip Presiden Sukarno masih dalam tahap pembangunan, pengerjaan dan pemasangan sarana prasarana museum.
Jejak pertama ke Gedung Arsip Nasional bisa dibaca di sini : Menapak dan Mencium Aroma 'Ratu dari Timur' di Amazing Huis De Klerk
Apa yang daku jalani kali ini tujuannya melanjutkan perjalanan kisah Proyek Mercusuar Founding Father "Soekarno" yang dilaksanakan pada 22 Oktober 2022 bersama teman-teman Komunitas PSBB. Perjalanan kali ini (24 Desember 2022) diberi sebutan "Â Journey of Soekarno".
Baca juga : Proyek Mercusuar Soekarno, Seperti Apa Ceritanya?
Saat perjalanan sebelumnya (Proyek Mercusuar Soekarno), daku bersama Komunitas PSBB menjejak Stadion Bung Karno, Jembatan Semanggi, Hotel Indonesia, Patung Selamat Datang, Wisma Nusantara dan Sarinah Mall. Walaupun seharusnya rencana perjalanan berikutnya ke Monumen Nasional (Monas).
Memang menggali pengetahuan mengenai sosok Bung Karno bagaikan menimba air yang tidak pernah kering, karena berada di mana saja, baik di Indonesia bahkan di negara lain. Nah, kali ini daku bersama komunitas PSBB yang dipandu oleh leadernya Safari Desi dan Arsiparis ANRI, Hanif Aulia Rahman.Â
Keterangan dari mas Hanif, bila Anda ingin mengunjungi sendiri ke Gedung Arsip Nasional RI sebelum masuk kita harus melakukan reservasi terlebih dahulu.Â
Oh iya, untuk dapat menikmati jejak sejarah dan arsipnya, Anda harus memperhatikan jam operasionalnya, karena museum ini mulai dibuka pada Pukul 09.00 sampai dengan 15.00 WIB.
Kesan pertama daku terhadap museum ini bahwa citra "Gedung Arsip" yang cenderung dianggap tempat dokumen tua yang tidak terurus, lusuh, kusam, berdebu dan tidak menarik untuk dikunjungi, telah berubah.
Ternyata Diorama Arsip Presiden Sukarno yang berada dibelakang Gedung Arsip Nasional ini bisa dijadikan tempat wisata mengenal sejarah bangsa yang sangat menarik.
Diorama Arsip Presiden Sukarno membuat pengunjung dapat menyaksikan bagaimana arsip dan teknologi berkolaborasi membentuk karya seni yang menarik, modern, futuristik dan informatif. Bagi pecinta sejarah, seni lukis dan fotografi tentunya akan senang berada di Diorama Arsip Presiden Sukarno yang bisa dibilang galeri seni.Â
Apa yang tertampilkan didepan kami bisa menjadi wahana pembelajaran sejarah perjalanan Bung Karno dan tentu baik juga bila masyarakat, pelajar, mahasiswa maupun wisatawan asing mengunjungi Diaroma Arsip Sukarno plus bonus wisata ke rumah Gubenur Jenderal Belanda.Â
Diorama Arsip Bung Karno sejatinya menampilkan rangkaian sejarah perjalanan Bapak Bangsa dan Indonesia berdasarkan catatan arsip sejarah. Diorama yang sebetulnya museum ini terdiri dari 5 lantai dimana 4 lantai untuk pameran (display) dan 1 lantai untuk staff. Luas bangunan Diorama Arsip Presiden Soekarno seluas  1.500 m yang terbagi menjadi 4 hall.
Pertama kali menapakkan kaki di Diorama Arsip Presiden Sukarno, kami pertama kali diajak melihat berbagai lukisan di Paviliun lantai 1 yang terletak di belakang Rumah Utama Huis De Klerk. Berbagai lukisan dengan berbagai teknik ditampilkan, bahkan ada yang dibuat dengan bulpoint.Â
Pada saat berada di Ruang Pameran Arsip Presiden Sukarno, kami dipandu oleh mas Hanif. Kami para pecinta sejarah diajak menelusuri 4 (empat) hall, yaitu Aku Indonesia (kisah dari lahir hingga berpulang), Jalan Politik (perjuangan dan dedikasi politik), Patron Budaya (estetika dan peradaban), Kesejahteraan dan Kerakyatan (ekonomi dan kemandirian).Â
Setiap hall menampilkan petikan peristiwa dan episode tertentu perjalanan Bung Karno dan sejarah bangsa. Dimulai dari masa memulai menjadi manusia, perjuangan melawan penjajah (secara politik), kebangkitan nasional, proklamasi kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan dan revolusi, masa mengisi kemerdekaan, dan masa berpulang. Selain foto-foto dan arsip bersejarah pengunjung juga disuguhkan film perjuangan Bung Karno disetiap hall nya.
Hall 1-Aku, Indonesia
Hall ini menggambarkan tentang kisah Bung Karno dari lahir hingga berpulang. Hall 1 terletak di lantai 4, tersedia Lift untuk ke hall 1 yang berkapasitas 13 orang (1000 kg).
Terdapat beberapa informasi ditampilkan dari Biografi, Soekarno Tanpa Peci, Soekarno dari masa ke masa dan Apresiasi, Momarabilia, Keintiman Keluarga dan Berpulang.
Terdapat display yang memperlihatkan sosok Proklamator di usia 10an, 30an, 40an, 50an hingga 60an. Kita dapat melihat perubahan fisik Bung Karno hingga kebiasaannya menggunakan peci yang miring.
Daku baru mengetahui bahwa ternyata Bung Karno dilahiran di Surabaya bukan di Blitar. Mas Hanif menunjukkan arsip tersebut kepada kami. Walaupun saat itu akte lahirnya masih menggunakan tahun Jawa.
Ujung dari hall 1 dengan hall 2, kami dipertontonkan saat Bung Karno disemayamkan. Desain anterior berwarna abu-abu begitu mencolok dengan teralis berwarna hitam seperti dipenjara, buat daku terasa spooky.
Hall 2, Jalan Politik
Hall ini terdapat di lantai 3 dan lantai 4, dan merupakan hall dengan informasi terpanjang. Tergambarkan Presiden Sukarno sebagai orang besar di era nya. Pemikirannya tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kebhinekaan terpampang di hall 2.
Tercitrakan bahwa Soekarno memang anti imperialisme, anti neo-kolonialisme, dan anti kapitalisme. Beliau terlihat sebagai sosok Nasionalis.Â
Terdapat foto-foto ketika Putera Sang Fajar berpidato dan menjadi singa podium. Namun, anehnya daku tidak menemukan quote Jas Merah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah) yang begitu hits ketika orang-orang membicarakan tentang Sukarno. Apakah quote tersebut tidak pernah diucapkan Bung Karno ?
Terdapat pula replika kamar Bung Karno saat berada di penjara dengan toilet didalam dengan kasur lipat. Mas Hanif menyampaikan bahwa Bung Karno dipenjara sendirian di kamar tahanan tersebut dengan alasan politis.
Daku terkaget di hall ini ternyata ada foto arsip di tahun 1951 dimana lambang negara Garuda Pancasila belum memiliki jambul dibelakang kepala, masih terlihat botak.Â
Kemudian, Garuda Pancasila telah memiliki jambul terlihat pada foto di tahun 1955 ketika Bung Karno menerima kunjungan misi persahabatan Malaya.
Daku pun baru tau, sejak Indonesia diakui kedaulatannya oleh dunia Internasional pada 29 Desember 1949 pekik Merdeka sudah tidak lagi menggunakan mengacungkan lengan dengan jari menggenggam, tapi dengan lima jari dengan tangan terbuka. Hal tersebut ternyata sebagai simbol 5 Sila Pancasila ungkap Mas Hanif.
Futuristik itu yang bisa daku gambarkan pada hall 2 ini. Terdapat kaca transparan yang dapat menampilkan slide arsip-arsip Bung Karno, yang digerakkan menggunakan jari dengan menyentuh kaca transparan.Â
Selain itu juga terdapat pemutar video yang tidak perlu menyentuh, cukup dengan menggerakkan jari pada posisi berdiri yang sudah ditentukan.
Hall 3-Patron Budaya
Sosok yang terkenal dipanggil Bung ini merupakan pecinta keindahan. Dia memiliki jiwa seni, budaya dan estetik. Foto-foto di Hall 3 seperti bercerita tentang jiwa seni dan budaya menjadi pemersatu bangsa.
Hall 3 yang terletak dilantai 2 (dua) menyuguhkan berbagai informasi patron budaya. Mas Hanif bercerita bahwa Bung Karno memiliki koleksi lebih dari dua ribu karya seni dan ratusan patung.Â
Bung Karno sungguh pria berjiwa seni dan perlente. Terdapat berbagai foto Bung Karno begitu menyukai busana ala barat tapi tetap tidak melupakan peci yang dikenakan di kepalanya.
Tersajikan juga bahwa Sukarno menginisiasi pembuatan Buku Mustika Rasa yang menuliskan 1600 resep makanan Indonesia yang tidak hanya terkonsentrasi pada nasi saja. Mas Hanif bercerita bahwa buku ini dijual di e-commerce dengan harga diatas 1 juta rupiah.
Kami juga disuguhkan bagaimana Putera Sang Fajar sangat concern dengan arsitektur tata kota, kepemudaan, seni rupa, busana, literasi, pendidikan dan kebudayaan.
Hall 4 - Kesejahteraan dan Kerakyatan
Gambaran di Hall 4 menampilkan bagaimana Soekarno berusaha mensejahterakan rakyat dengan menasionalisasi perusahaan asing. Terpampang bagaimana dirinya menggunakan konsep Demokrasi Terpimpin.
Slogan berdikari menjadi jiwa di Hall 4 yang terletak di lantai 1. Berbagai tema tertampil, dari politik berdikari, rampasan perang, Pembangunan Semesta Berencana dan dekat dengan rakyat.
**
Ada yang terlihat unik pada Museum ini, untuk start kita harus naik dulu ke lantai 4 (hall 1) menggunakan lift. Ini juga unik, karena setiap pojok ruang terdapat berbagai fosil batang pohon yang telah diregistrasi.
Setiap hall (1 s/d 4) juga terdapat lukisan-lukisan yang membuat pengunjung pecinta seni akan terperanga, karena tidak semua museum modern menampilkan lukisan bercita rasa seni tinggi dengan satu tema yaitu Sang Proklamator.
Terdapat pula meriam jinjing yang digunakan di area koridor Museum dilantai 2, kalau sekarang mungkin bazoka. Pada koridor ini kita dapat melihat lapangan dan rumah utama Huis De Klerk.
Rencana akan datang di lantai 3 akan tersedia cafe untuk hang out bagi anak senja. Tentunya ini bisa menjadi cara nongkrong yang unik dan beda dengan lainnya, ngobras (Ngobrol Santai) di Museum.
Desain interior Industrial begitu kental terlihat dengan warna cat yang lebih banyak menggunakan tone Abu-Abu. Padahal tematik warna setiap masuk pintu masuk hall menggunakan warna yang berbeda-beda, hall 1 (merah), hall 2 (abu-abu), hall 3 (hijau), dan hall 4 (orange).Â
Entah kenapa dipilih warna abu-abu  ? Karena menurut daku terkesan darkness. Apalagi ditambah Diorama ini menggunakan pencahayaan layaknya studio seni.
Daku menyarankan, Diorama Arsip Sukarno ini sebaiknya dapat dipromosikan oleh ANRI ke berbagai fasilitas pendidikan untuk dapat dijadikan tempat study tour baik oleh pelajar, mahasiswa, rombongan diklat maupun masyarakat umum (AM).
**
Salam sehat Blogger Udik dari Cikeas
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan IÂ Instagram @andrie_gan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H