Kompasianers Senior dan militan, Reno yang di cap sang King of Kritik di Kompasiana pun menjelaskan bagaimana syarat akun Youtube kita bisa di monetize. Beberapa percakapan lain yang bergizi pun daku dapatkan, ketika daku mendengarkan opini dari Yon Bayu dan mbak Asita DK. Walaupun memang bukan topik yang kebiasaan daku simak (gosip artis).
Entah kenapa daku merasakan sesuatu yang berbeda dengan Kompasiana Nangkring kali ini. Sepertinya terjadi perubahan konsep yang berdampak pada keakraban itu terbatas.
Kali ini, Nangkring terasa nonton bioskop dengan layar besar dengan bangku berbaris, tidak seperti Nangkring-Nangkring sebelumnya yang terdiri dari meja-meja bulat dan nara sumber bisa dilihat secara jelas oleh seluruh Kompasianers yang hadir.
Tentunya konsep kali ini membuat keakraban para Kompasianers menjadi berkurang. Kompasianers yang pertama kali ikutan Nangkring tidak akan mendapatkan kehangatan percakapan para kompasianers yang sudah lama akrab.
Turut dihadirkan seorang Kompasianers yang masih menjadi mahasiswa Universitas Dian Nusantara, Fredericus Suni (maaf bila salah penyebutan). Dirinya menceritakan bisa mendapatkan pekerjaan dan membantu dirinya melanjutkan pendidikan kuliah karena menulis di Kompasiana. Tulisan-tulisannya ternyata membuat tertarik salah-seorang petinggi perusahaan sehingga dirinya memperoleh rezeki.
Ada sesuatu yang terasa baru, hadirnya para mahasiswa-mahasiswi magang di acara Kompasiana Nangkring kali ini. Daku sempat terkesima melihat mahasiswi magang memegang kamera sambil bahu kanannya mengendong dan mrngempit tas tangan (kagak ribet apa yaaa..), style kids jaman now.
_
Kompasiana Nangkring merupakan salah-satu Ikon yang tidak lepas dari Kompasiana. Daku mengapresiasi hadirnya event ini kembali.
Semoga setiap bulan Kompasiana Nangkring diadakan, tapi sebaiknya dikembalikan ke konsep awal karena ini Kopi darat (Kopdar).