Geliat travelling (trip) mulai daku rasakan lagi. Beberapa komunitas travelling berbondong-bondong menyelenggarakan trip ke berbagai daerah dan negara, termasuk Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA).Â
Selama pandemi KOTEKA yang daku (saya) tahu hanya menyelenggarakan kegiatan online Zoom Meeting yang menghadirkan traveler luar negeri dan Kedutaan Besar diberbagai negara.
Alhamdulillah-nya, sudah 2 (dua) kali dalam sebulan terakhir ini KOTEKA menyelenggakan walking tour yaitu ke Kawasan Kota Tua dan Tiga Museum Kemerdekaan di sekitar Menteng, Jakarta.Â
Tujuan berikutnya, Purwakarta, sebuah daerah yang memiliki kemiripan nama dengan Purwokerto. Walaupun memiliki kemiripan nama tetapi secara dialek dan budaya amat berbeda. Purwakarta berdialek dan berbudaya Sunda sedangkan Purwokerto berdialek dan berbudaya Jawa.
Daerah tujuan KOTEKA trip kali ini adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Purwakarta terletak di Kecamatan Purwakarta dan berjarak kurang lebih 80 km sebelah tenggara Jakarta. Terbilang tidak jauh dari ibu kota dan kota-kota penyangganya seperti Depok, Bekasi, Karawang, Bogor, dan Cikarang
Kami dari Komunitas Traveler Kompasiana dengan nick name KOTEKA berkesempatan anjangsana ke Kabupaten Purwakarta. Sabtu, 24 September 2022. Sekitar 15 (lima belas) orang dari KOTEKA menjejak ke Purwakarta ditemani saudara kami Warga Kota (Warga Kompasianers Purwakarta).
Sebuah kehormatan bagi kami traveler KOTEKA sebelum keliling Kabupaten Purwakarta disambut langsung oleh Acep Yulimulya, (Kabid Pariwisata dan Ekraf) di gedung Disporparbud, Purwakarta, Jawa Barat.
Pak Acep, terlihat senang dan bahagia dengan kehadiran kami para traveler, karena sejak Pandemi Covid-19 dimana sektor pariwisata di Kabupaten Purwakarta sempat terpuruk.
Pengharapan Pak Acep dengan kehadiran kami agar para traveler KOTEKA dapat meramaikan kembali jagat dunia maya dan dunia nyata serta dapat mengembalikan kembali semangat para pelaku sektor pariwisata, Kabupaten Purwakarta, karena pada tanggal 27 September 2022 merupakan world torism day.
Kabid Pariwisata dan Ekraf, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Bapak Acep juga mengajak kami terlibat untuk memperkenalkan usaha kuliner dan oleh-oleh dari Purwakarta diantaranya yang turut hadir Momdi's Kitchen, Anyelir Cake Purwakarta, Perpustakaan Desa Sumurunggul, Pasmini, Nago Kacang Ciganea, Herblass Indonesia.
Kami kemudian mengunjungi beberapa museum dan bangunan yang memberikan informasi sejarah di Purwakarta dari Bale Panyawangan Diorama Nusantara, Bale Indung Rahayu, Galeri Wayang, dan Hidden Valley Hills.
Bale Panyawangan Diorama Nusantara
Pertama kali yang kami datangi yaitu Bale Panyawangan Diorama Nusantara yang berlokasi di Jalan. K.K Singawinata, Nagri Tengah, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purawakarta, Jawa Barat. Lokasinya museum ini sangat berdekatan dengan Taman Air Mancur Sri Baduga.
Harga tiket masuk Museum Bale Panyawangan Diorama Nusantara ini masih gratis. Bisa daku katakan museum ini sangat cocok untuk study tour sekolah di sekitar Purwakarta dan bisa juga untuk sekolah-sekolah yang berada di ibu kota Jakarta dan kota-kota penyangganya karena waktu tempuh yang hanya 3 jam dari Jakarta.
Museum Bale Panyawangan menurut daku tepat apabila di branding sebagai tujuan wisata edukasi di Purwakarta yang diintergrasikan dengan wisata kuliner sate Maranggi.
Sebagai sebuah museum, bangunannya sendiri tidak seperti bangunan museum pada umumnya yang saya jumpai. Museum ini secara desain bangunan dan desain interior sudah kekinian.
Museum ini mengajak Anda mengenal lebih jauh tentang Purwakarta dan juga sejarah dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Bahkan yang membuat daku salut didalam museum ini terdapat patung sosok Gajah Mada yang sedang melakukan sumpah palapa.Â
Sosok maha patih kerajaan Majapahit ini bagi orang Sunda berkaitan erat dengan peristiwa Perang Bubat yang tidak akan terlupakan.
Museum Bale Panyawangan memiliki dua tema khusus yakni Diorama Purwakarta dan Diorama Nusantara. Adapun untuk Diorama Purwakarta, pengunjung akan memperoleh informasi tentang sejarah Purwakarta, yang dikemas secara modern denngan teknologi terkini.
Diorama Purawakarta menyajikan dua bale yakni: Bale Prabu Maharaja Linggabhuana yang memberikan kita informasi tentang sejarah dari tatar sunda, dan Bale Prabu Niskala Wastukancana berisikan para pemimpin Purwakarta tau biasa disebut hall of fame sosok pemimpin Purwakarta.
Sedangkan untuk Diorama Nusantara terdiri dari beberapa ruangan, bale, atau hall, yakni; Hall Masa Prasejarah, Hall Masa Kerajaan, Hall Akulturasi Budaya, Hall Bahari Nusantara, Hall Kekayaan Nusantara, dan Hall Digjaya Purwakarta Istimewa. Tidak hanya menyajikan diorama terdapat pula koleksi wayang.
Bale Indung Rahayu
Museum berikutnya yang kami kunjungi adalah Bale Indung Rahayu yang terletak di Jalan RE Martadinata No. 10, Purwakarta, Jawa Barat. Museum Bale Indung Rahayu buka hari Selasa - Minggu pukul 09.00 - 16.00 Wib. Anda bisa masuk secara gratis.
Entah kenapa di depan tulisan Bale Indung Rahayu muncul dibenak daku untuk menanyakan kenapa Purwakarta menggunakan tagline Purwakarta Istimewa? Di mana kata "istimewa" sangat identik dengan Yogyakarta.
Daku pun coba menanyakan kepada Pak Fadlie yang mendampingi kami dari Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta.
Pendapat pribadi pak Fadlie kenapa pakai kata istimewa "Istimewa itu cita-cita kita (Purwakarta), bagaimana daerah kita menjadi Istimewa. Pengejawantahan kita di pemerintahan segala macam pelayanan kita harus istimewa sekarang bukan lagi bicara Standart Operasional (SOP), tempat-tempatnya harus istimewa, inovasinya juga harus istimewa"
Kami berdua berdiskusi sambil berjalan menyusuri lorong mengarah ke sebuah Hall di Bale Indung Rahayu. Menurutnya, Sunda itu bila dilihat lebih jauh merupakan peradaban.Â
Pariwisata itu kuat dan bertahan apabila kita punya karakter. Bila wisata tidak memiliki karakter, paling juga tidak lama. Bila karakternya kuat dan apalagi adanya budaya asli ditonjolkan akan bertahan lama.
Museum ini dapat daku katakan sama seperti Museum Bale Panyawangan Diorama Nusantara yang menonjolkan sisi edukatif dan tentunya menarik untuk dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara pecinta sejarah dan budaya.
Traveler dapat belajar kebudayaan Sunda dan perjalanan hidup manusia. Bale Indung Rahayu bila ditranslate dapat diartikan Tempat Kemuliaan Ibu.Â
Kita (pengunjung) melihat berbagai diorama yang bertutur tentang proses kelahiran manusia dan peran seorang ibu dalam merawat anak-anaknya dengan sentuhan budaya sunda.Â
Perjalanan bagaimana anak itu tumbuh besar, permainan yang dilakukan, pola hidup manusia, makanan, rumah hingga kematian. Filosofi dasar Sunda sebagai nilai yang memiliki ajaran tentang falsafah hidup dan lingkungan bisa Anda temukan di Museum Bale Indung Rahayu
Kehidupan dan perjalanan hidup manusia di alam sunda ditampilkan dalam bentuk seni relief, patung, lukisan, pahat, dan bentuk. Terdapat beberapa quote dengan aksara Sunda didalam museum ini.
Terdapat beberapa hall tematik di museum ini, dari Bale Kelahiran, Bale Kaulinan (permainan khas Sunda tempo dulu dipamerkan), Bale Arsitektur (Arsitektur sunda), Bale Kabuyutan (tempat yang dikeramatkan masyarakat sunda), Bale Pawon (Terdapat berbagai macam-macam alat-alat tradisional zaman dahulu dan juga kuliner-kuliner khas sunda), Bale Musik (menampilkan beragam musik tradisional khas Sunda).
Galeri Wayang
Tempat lain yang mengedukasi berada di sekitar Alun-Alun Purwakarta. Daku ketika berada di sana memberikan 4 (empat jompol). Alun-alun didesain asri, rapi, hijau, dan menawan. Tentunya ini akan memberi insight tersendiri bagi traveler yang datang ke alun-alun yang tidak hanya berupa padang rumput atau tugu/monumen.
Terdapat sebuah museum /galeri yang mengedukasi dan mengenalkan budaya di kawasan Alun-Alun Purwakarta yang memiliki beragam koleksi wayang nusantara.Â
Traveler dapat mengunjungi Galeri Wayang yang berada di kompleks Pendopo Kabupaten Purwakarta, Jl. Ganda Negara No. 11A. Di sini, kamu bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai sejarah wayang nusantara. Terdapat mulai dari wayang betawi, wayang suket, wayang cepak, wayang klitik surabaya dan masih banyak lagi.
Tidak hanya memamerkan berbagai wayang, galeri ini juga menampilkan panggung pertunjukan wayang, lengkap dengan alat musik pengiringnya. Terdapat sebuah tunggu yang dipenuhi oleh topeng, yang disusun makin keatas makin tinggi kedudukannya.
Hidden Valley HillsÂ
Terakhir spesial pakai telor berada di Purwakarta yang amat cocok bagi para traveler pecinta sejarah dan budaya ialah Hidden Valley Hills.Â
Lokasi ini bukanlah museum ataupun galeri, tapi merupakan tempat wisata alam. Dapat dibilang destinasi wisata ini sangat menarik karena tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, tapi juga mengedukasi pengunjungnya.
Hidden Valley Hills memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga dapat membuat pengunjung merasa betah berlama-lama di tempat wisata ini. Memang dulunya tempat wisata ini tempat istirahat bagi keluarga Hendry Chandrawinata yang kemudian dijadikan tempat wisata.
Dibangunnya tempat wisata ini terinspirasi dari adanya sebuah tugu Belanda Kuno yang bertuliskan 1898 M yang berada di lokasi tempat wisata ini dibangun. Arsitek sekaligus ide dari pembuatan Hidden Valley Hills adalah Hendry Chandrawinata sendiri .
Destinasi wisata ini terletak pada ketinggian 362 mdpl yang sama dengan ketinggian gunung Cupu. Hidden Valley Hills menawarkan pemandangan spektakuler dari pucuk bukit tertinggi dari pegunungan di mana traveler dapat melihat dar kejauhan danau bendungan Jatiluhur.Â
Landmark yang terhampar di hadapan Hidden Valley Hills Resort diantaranya Gunung Parang,Gunung Cupu, Gunung Bongkok, dan Sungai Citarum.Â
Bentang alam tersebut merupakan batas abadi dari Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh Purba sejak 670 Masehi atau Abad 7 Masehi, sehingga pantaslah lokasi ini layak disebut Great Heritage of Hidden Valley Hills.
Tagline dari destinasi wisata ini A Piece of Hidden Paradise Purwakarta atau dapat dikatakan sebagai serpihan surga yang tersembunyi di Purwakarta.
Bagi para traveler yang ingin menikmati destinasi wisata bersejarah dengan pemandangan yang memukau ini dapat menginap di hotel yang tersedia.Â
Berdasarkan keterangan pengelola resort, M Candra Turmudzi (Manager Operasional) Terdapat 47 kamar dari berbagai tipe di Hidden Valley Hills Resort dari 635.000 s/d 3 jutaan. Adapun tiket masuk 35.000 (dewasa) dan 25.000 (anak-anak), tersedia layanan untuk berenang dengan tarif Rp.25.000 (dewasa) dan Rp.15.000 (anak-anak).
Selain ke museum, galerii, dan lokasi bersejarah, traveler KOTEKA diajak berfoto didepan Taman Air mancur Sri Baduga, mengunyah sate maranggi di Kampung Maranggi, menengok Sentra Kerajinan Keramik di Plered dan menikmati keindahan danau Bendungan Jatiluhur.
Yuks datang ke Purwakarta.
_
First impression daku (saya) ketika setelah selesai keliling ke Purwakarta itu bersih, elok yang keren museumnya modern dan instagramable. Tentunya bagi daku membuat senang, karena bukan kebetulan daku termasuk pecinta bangunan bersejarah dan museum bankan sering ikut walking tour Pecinta Bangunan Bersejarah dan Museum.
Salam jejak kaki Blogger udik dari Cikeas
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Instagram @andrie_gan I Twitter @andriegan I Tiktok @andriegan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H