Bahkan, sebelum Danar peserta X-Factor pencipta lagu 'DULU' yang begitu identik dengan anak senja, masih kalah duluan dengan Usmar Ismail yang tergambarkan dalam bait-bait puisi yang dinarasikan dalam script di film ini.
3. Diskusi Bersama Keluarga Usmar Ismail dan Mimin KOMIKÂ
Menyambut Hari Film Nasional tidak selalu harus nonton film saja, tapi kalau ditambah dengan diskusi pastinya lebih bergizi. Itu yang dibawa oleh Museum Penerangan dan KOMIK dengan menghadirkan keluarga Usmar Ismail, yakni Nureddin Ismail (Anak) dan Badai Saelan (Cucu).
Tentunya bagi kami yang berada di ekosistem film, mencintai film tidak hanya sekadar menonton saja. Mengenal sosok para sineas dan apa yang melatarbelakangi sebuah film merupakan sesuatu yang menarik.
Hadirnya kedua sosok tersebut mengkisahkan bagaimana kehidupan Usmar Ismail (Bapak Perfilman Indonesia), tentunya sesuatu yang amat spesial. Pahlawan Nasional Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 20 Maret 1921 dan tutup usia terbilang muda menurut keterangan sang putra, Nureddin di tanggal 2 januari 1971.
Bagi anak-anaknya menurut cerita Nureddin, sosok Bapaknya merupakan pria yang bertanggung jawab dan sayang keluarga. Dalam beberapa kali pembuatan film, anak-anaknya sering diajak ikut hanya untuk liburan.
Tambahnya, Usmar Ismail saat masih tinggal di Sumatra sudah terlihat mencintai film, hampir setiap akhir pekan dirinya menonton film. Dari hobinya ini, berujung dirinya menjadi seorang yang berkarya di industri perfilman.
Saat berkarya di film Darah dan Doa bukan tanpa halangan, biaya menjadi salah-satu faktor utama. Selain itu, isu yang diangkat dalam film Darah dan Doa mengenai seorang tentara yang melakukan perselingkuhan menjadi pro dan kontra dan buah bibir di era itu. Perselingkuhan merupakan masih sesuatu yang tabu untuk diumbar.
Ada hal yang menarik dikisahkan Nureddin bahwa tentara aktif (masih bertugas) dilibatkan dalam pembuatan film ini. Bahkan senjata dan alutsista yang digunakan bukanlah replika tapi senjata asli.