Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jelajah Museum Layang-Layang, Bukan Sekadar Menemukan Layangan Putus

23 Januari 2022   14:16 Diperbarui: 24 Januari 2022   03:46 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi layang-layang Mahabarata I Sumber Foto : dokpri

Drama series layangan putus beberapa bulan terakhir ngehits dikalangan kawula muda, emak-emak pecinta sinetron dan tentunya yang sebel dengan pelakor.

Web series ini menggunakan judul layangan putus tentunya karena berhubungan analogi dari kata tersebut. Layangan putus bisa diartikan terombang ambing entah kemana, sesuai kemana angin membawanya.

Layangan pun menjadi hal yang asyik untuk diperbincangkan karena web series yang viral itu, tapi apakah kita sudah cukup mengenal dengan layangan itu sendiri ?

Mungkin, masyarakat umum hanya mengenal layang-layang merupakan salah-satu permainan yang memberikan histori di masa kecil. Begitu pun dengan daku (saya), kenangan bermain layang-layang masih ada diingatan.

Tidak hanya di Indonesia saja, permainan layang-layang juga banyak dimainkan di beberapa negara. Pengetahuan ini, harus daku cari, untuk itu daku berkunjung ke Museum Layang-Layang Indonesia.

Deskripsi : Tampak muka, Museum Layang-Layang I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Tampak muka, Museum Layang-Layang I Sumber Foto : dokpri

9 Backpacker SEMU BPJ yg mengunjungi Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Deasy BPJ
9 Backpacker SEMU BPJ yg mengunjungi Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Deasy BPJ

Daku pun berkesempatan mengunjungi dan mengeksplore Museum Layang-layang Indonesia, yang terletak di Jalan H. Kamang, Pondok Labu, Jakarta Selatan bersama 9 orang dari Komunitas Backpacker Jakarta Group Sejarah dan Museum (BPJ SEMU).

Minggu, 23 Januari 2021 pukul 10.00 WIB, daku menjejak Museum Layang-Layang yang didirikan oleh Endang W. Puspoyo, seorang pakar kecantikan yang saat ini telah berusia 71 tahun.

Desy Safari ketua BPJ SEMU I sumber foto : Desy
Desy Safari ketua BPJ SEMU I sumber foto : Desy

Patung Sapi, di area taman Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Ade Dewijanti
Patung Sapi, di area taman Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Ade Dewijanti

Desy Safari (Ketua SEMU BPJ) menyampaikan bahwa Museum Layang-Layang salah-satu dari 3 museum di Jakarta Selatan yang dikelola secara mandiri,  yang lainnya Museum Hari Darsono dan Museum Tengah Kebun.

Saat berkunjung, kami harus membeli tiket masuk dengan biaya, Rp 20 ribu untuk anak-anak dan Rp 25 ribu untuk orang dewasa.

Harga tiket tersebut sudah termasuk nonton film dokumenter tentang sejarah layang-layang, tour museum, dan mengikuti workshop membuat layang-layang.

Koleksi layang-layang Mahabarata I Sumber Foto : dokpri
Koleksi layang-layang Mahabarata I Sumber Foto : dokpri

Endang W.Puspoyo mendirikan museum ini karena kecintaannya terhadap layang-layang sejak kecil. Museum ini didirikan tahun 2003 dan satu-satunya di Indonesia. Sejarah ini diceritakan oleh guide Museum Layang-Layang, Liza Adianty.

Museum ini merupakan museum Layang-layang pertama di Indonesia. Museum Layang-layang didirikan sejak tahun 2003. Ada fakta menarik, setelah Jepang, Indonesia yang kemudian menyusul memiliki Museum Layang-Layang.

Banyak ilmu yang kita dapat mengenai layang-layang. Selain kita akan dapat mengenal sejarah dan juga beragam jenis layang-layang dari berbagai penjuru, di sini ada pula beberapa aktivitas yang menarik.

Pengunjung, akan diajak untuk mempraktikan secara langsung cara membuat layang-layang. Kegiatan ini bisa jadi pilihan aktivitas yang menarik untuk dilakukan anak-anak saat berakhir pekan.

Tour museum layang-layang di mulai dari ruangan paling depan, yakni ruangan untuk menonton film dokumenter.

Di sini daku dan teman-teman BPJ Group SEMU  menonton film pendek dengan durasi sekitar 15 menit tentang sejarah dan juga jenis-jenis layang-layang yang ada di dunia.

Koleksi layang-layang Museum I Sumber Foto : dokpri
Koleksi layang-layang Museum I Sumber Foto : dokpri

Setelah itu, kami diarahkan untuk menuju ke ruangan museum.  Menurut Liza, ada sekitar 600 koleksi layang-layang yang dimiliki oleh museum ini.

Namun, hanya ada sekitar 200 layang-layang saja yang dipamerkan. Koleksi lainnya, dipamerkan secara bergantian karena keterbatasan ruangan.

Layang-Layang berukuran besar I Sumber Foto : dokpri
Layang-Layang berukuran besar I Sumber Foto : dokpri

Koleksi museum tidak hanya layang-layang berukuran kecil, di sini banyak juga jenis koleksi layang-layang yang berukuran besar.

Ada yang berukuran 2 meter, bahkan sampai 5 meter. Pada bagian luar museum, ada beberapa jenis layang-layang bermotif wayang.

Layanan motif Mahabharata I Sumber Foto : dokpri
Layanan motif Mahabharata I Sumber Foto : dokpri

Layang-Layang Pegasus koleksi Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Ade Dewijanti
Layang-Layang Pegasus koleksi Museum Layang-Layang I Sumber Foto : Ade Dewijanti

Terdapat juga layang-layang wayang yang khusus dibuat untuk merayakan anniversary hubungan kerjasama antara Indonesia dan India.

Sementara pada bagian dalam museum, terdapat berbagai koleksi layang-layang dari berbagai daerah.

Tapi ternyata layang-layang di beberapa daerah kerap dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu.

Setelah berkeliling, kami diajak untuk mengikuti workshop membuat layang-layang aduan. 

Ade Dewijanti memperlihatkan hasil karya membuat layangan I Sumber Foto : dokpri
Ade Dewijanti memperlihatkan hasil karya membuat layangan I Sumber Foto : dokpri

Hasil karya Mbak Untai BPJ I Sumber Foto : dokpri
Hasil karya Mbak Untai BPJ I Sumber Foto : dokpri

Aktivitas ini adalah yang paling digemari anak-anak. Sebab, di sini pengunjung bisa praktik secara langsung membuat layang-layang dan juga mewarnainya.

Museum ini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar tari dan karawitan. 

Museum ini, dibuka mulai pukul 9.00 WIB hingga 17.00 WIB.

----

Salam hangat blogger udik dari cikeas Andri Mastiyanto

Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun