Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Kolaborasi Freeport, Plataran Indonesia, dan Yayasan Maramowe Hidupkan Seni Ukir Suku Kamoro Papua

5 November 2021   06:00 Diperbarui: 5 November 2021   07:10 6376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Kamoro, Papua menampilkan tari daerah di Hutan Kota by Plataran, 29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Papua, daerah yang berada di ujung timur Indonesia yang memesona. Mereka hadir di Jakarta (27 -29 Oktober 2021) ingin menunjukkan bahwa Papua memiliki seni budaya yang agung dan layak diapresiasi.

Daerah ini dikenal karena keindahan alamnya seperti Raja Ampat dan memiliki ragam suku serta budaya yang unik dan otentik. Keragaman budaya ini menjadi identitas Papua di Indonesia maupun di mata dunia.

Beberapa suku asli Papua sudah begitu dikenal seperti Suku Dani, Suku Asmat ada juga Suku Kamoro. Kabupaten Mimiki menjadi lokasi dimana Suku Kamoro berada berdampingan dengan Suku Amungme. Kamoro adalah salah satu suku dari 255 suku di Papua.

Suku Kamoro menetap di beberapa wilayah di daerah pantai atau dataran rendah. Lahan yang ditinggali oleh suku Kamoro masuk ke dalam lingkup area pendukung operasi penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI).

PT Freeport Indonesia (PTFI) pun berkomitmen melestarikan budaya dan berupaya hidup berdampingan, serta memberi manfaat dengan melakukan berbagai program pengembangan.

Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) merupakan partner PT Freeport Indonesia dalam menjaga budaya dan seni Suku Kamoro.

Seorang perempuan berambut sebahu, berkulit kulit sawo matang dan bersuara renyah bercerita, bahwa kehadirannya di Jakarta untuk memperkenalkan karya seni Suku Kamoro, Mimika, Papua.

Sesi diskusi seni
Sesi diskusi seni "Kearifan lokal dalam karya seni"di gelaran Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 29/10/2021 I Sumber Foto : dokpri

Perempuan itu bernama Luluk Intarti, founder Yayasan Maramowe Weaiku Kamorawe (MWK) yang membuka wawasan di sebuah sesi diskusi seni yang bertajuk  "Kearifan lokal dalam karya seni".

Pada sesi tersebut hadir pula Asha Smara Darra, (perancang busana dan pemilik lini busana Oscar Lawalata Culture), dan Ghea Panggabean (Perancang busana dan pemilik lini busana Ghea Fashion Studio).

Diskusi seni ini didukung oleh PT Freeport Indonesia berkolaborasi bersama Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) dan Plataran Indonesia.

Ngobrol santai yang bergizi tersebut berlangsung pada, Jumat, 29 Oktober 2021 bersamaan dengan penyelenggaraan Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota by Plataran, 27-29 Oktober 2021.

Kolaborasi antara PT Freeport Indonesia, Yayasan MWK, dan Plataran Indonesia ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang turut menghadiri pembukaan pameran seni ini mengatakan; kolaborasi ini tidak hanya mampu melestarikan budaya Kamoro, namun juga membantu transformasi industri pariwisata Papua di tengah pandemi dampak COVID-19.

Luluk Intarti, founder Yayasan Maramowe Weaiku Kamorawe (MWK)  I Sumber Foto: Freeport
Luluk Intarti, founder Yayasan Maramowe Weaiku Kamorawe (MWK)  I Sumber Foto: Freeport

Luluk Intarti mengisahkan bahwa Yayasan Maramowe Weaiku Kamorawe (MWK) awalnya merupakan salah-satu unit PT Freeport Indonesia yang kemudian berdiri sendiri.

Nama Yayasan yang Luluk dirikan begitu sulit diucapkan bagi Kita yang bukan orang kelahiran dan tinggal di Papua. Nama yayasan ini ternyata memiliki arti dan makna yang berarti seniman ukir muda berpengaruh dari Suku Kamoro.

Yayasan MWK yang Luluk dirikan memajang sejumlah karya seni yang unik, otentik, dan bermutu tinggi dari Suku Kamoro di Hutan Kota Plataran, Senayan.

Seni ukir Suku Kamoro, Papua yang ditampilkan di Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 27-29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokpri
Seni ukir Suku Kamoro, Papua yang ditampilkan di Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 27-29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokpri
Karya seni yang menjadi ikon kebudayaan Suku Kamoro dihadirkan seperti Yamate (perisai), Po (dayung), Paru/Pekoro (mangkuk sagu), Eme (gendang), dan Mbitoro (totem leluhur). Selain itu juga ada noken, anyaman tikar, tas , dll.

Salah satu ukiran yang unik hasil cipta warga Suku Kamoro adalah Mbitoro merupakan patung yang dibuat dari batang dan akar pohon bakau.

Ukirannya berbentuk manusia yang memegang tameng dan memiliki sayap bermotif awan. Patung ini digantung di atas karapau dengan bagian akar bakau berada di bagian atas dan batang bakau berada di bagian bawah.

Ukiran ini memiliki makna mengenai hubungan manusia dengan spiritual (leluhur). Setiap sosok/figur memiliki nama dalam ukiran mbitoro, dimana ada bagian manusia, pirisai, dan sayap.

Ukiran ini berhubungan dengan hubungan antar manusia dan hubungan dengan alam (spiritual). Mbitoro umumnya diletakkan didepan rumah teruntuk warga Suku Kamoro yang memiliki pengaruh/jasa.

Benda seni Suku Kamoro, Papua, yang dipamerkan di Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 27-29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokpri
Benda seni Suku Kamoro, Papua, yang dipamerkan di Kamoro Art & Exhibition di Hutan Kota Plataran, 27-29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokpri

Benda seni ukir yang dikirim dari Mimika sebanyak 194 item dan lebih dari 70-an diambil dari tempat penyimpanan di Tangerang. Benda seni ini tidak hanya dipamerkan tapi juga dijual bagi masyarakat yang berminat.

Luluk menjelaskan bahwa Yayasan MWK bersama PT Freeport Indonesia berusaha melestarikan, menjaga, membangunkan dan memberdayakan masyarakat Suku Kamoro.

Berdasarkan keterangan Luluk, Yayasan MWK (saat itu masih unit terpisah dari PT Freeport Indonesia) selama 25 tahun ikut terlibat untuk berjuang membangkitkan semangat ketika Suku kamoro mengalami penurunan (degradasi) mencipta karya seni.

Saat masa degradasi itu tidak ada makna, tidak ada semangat untuk mengukir sehingga karya seni ukir Suku Kamoro di era 90-an rentan hilang.

PT Freeport Indonesia (PTFI) kemudian menyetujui, memberikan dukungan dan mendanai gelaran event Kamoro Kakuru (Festival Kamoro).

Hadirnya Festival Kamoro itu ternyata bisa meyakinkan para seniman Suku Kamoro bahwa karya mereka memiliki nilai, makna, dan harga. Orang-orang yang mau membeli karya seni mereka itu karena menghargai. Hal itu yang membuat semangat mereka untuk bangkit kembali muncul.

Tidak hanya itu, agar ukiran serta seni budaya Kamoro lebih dikenal masyarakat luas, Yayasan MWK memperkenalkan karya seni Suku Kamoro melalui berbagai event budaya, baik di dalam dan luar negeri.

Akhirnya, pelan-pelan motif-motif ritual yang sempat hilang dapat dilahirkan kembali sampai sekarang. Karya seni itu bisa kita nikmati saat ini, diapresiasi dan dikenal publik.

Dirinya bersyukur dalam 10 tahun terakhir Suku Kamoro telah bangun dari tidurnya menghasilkan karya seni, salah-satunya seni ukir.

Setiap karya seni Suku Kamoro memiliki cerita dibaliknya apakah itu legenda, mimpi, atau apa yang mereka lihat semisal sungai. Bagi Suku Kamoro simbolisasi sungai merupakan Ibu bagi mereka.

Luluk memiliki pemikiran kedepan, bagaimana motif-motif, kearifan lokal dan bahan-bahan alami Suku Kamoro bisa diangkat agar dapat memiliki nilai lebih (valuable).

Suku Kamoro, Papua menampilkan tari daerah di Hutan Kota by Plataran, 29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
Suku Kamoro, Papua menampilkan tari daerah di Hutan Kota by Plataran, 29 Oktober 2021 I Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Apa yang dirinya dan Yayasan MWK lakukan sejauh ini bukan sekadar promosi tapi perbadayaan dan menjaga, karena bila tidak dijaga akan habis.

Tidak hanya valuable saja, pentingnya pemberdayaan dan update skill dari 500 seniman agar karya seni Suku Kamoro sustainable.

PT Freeport Indonesia amat mendukung, sehingga Yayasan MWK dapat berkolaborasi dengan Plataran Indonesia. Karena dengan bersinergi membuat karya seni Suku Kamoro dapat dikenal dan terus dilestarikan.

Asha Smara Darra (Oscar Lawalata) yang turut menjadi pembicara di sesi diskusi seni melihat kekuatan fashion Indonesia itu budayanya, kita punya identitas keragaman suku dan budaya.

Ketika berkunjung ke Papua saat terlibat di event PON PAPUA 2021, Oscar melihat di Papua karya seninya bagus-bagus dan identitasnya sudah terbentuk.

Pandangan dari Oscar, sustainable itu berkaitan dengan lifestyle, untuk itu sebuah produk perlu kacamata dari designer agar diterima oleh pasar dan identitasnya tidak hilang.

Fashion designer lain yang terlibat di sesi diskusi seni, Ghea Panggabean, menyampaikan bahwa pentingnya keterlibatan insan kreatif membantu mengabsorpsi motif-motif suku Kamoro dan kebudayaannya ke dalam kehidupan modern agar sustainable.

Yayasan MWK berharap seni ukir Suku Kamoro dapat lebih dikenal seperti seni ukir suku Asmat. Kedua suku ini merupakan saudara, bisa diibaratkan kakak adik, walaupun masing-masing suku mereka merasa yang paling tua.

Suku Kamoro dan Suku Asmat memiliki kebudayaan yang sama, hanya saja beda dalam penyebutan contohnya Asmat menyebut ukiran tameng itu yames sedang kan Suku Kamoro menyebutnya yamate. Selain itu, hasil ukiran Suku Kamoro lebih tegas dan tajam sedang Suku Asmat lengkungannya lebih halus.

Apa yang diharapkan oleh PT Freeport Indonesia dan Yayasan MWK dalam melestarikan dan menjaga sustainable (keberlangsungan) budaya Suku Kamoro, sesuai dengan keinginan Presiden RI bahwa setiap produk buatan dalam negeri yang dihasilkan itu harus memiliki nilai lebih (valuable).

Salam hangat Blogger udik dari Cikeas -- Andri Mastiyanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun