Yayasan MWK berharap seni ukir Suku Kamoro dapat lebih dikenal seperti seni ukir suku Asmat. Kedua suku ini merupakan saudara, bisa diibaratkan kakak adik, walaupun masing-masing suku mereka merasa yang paling tua.
Suku Kamoro dan Suku Asmat memiliki kebudayaan yang sama, hanya saja beda dalam penyebutan contohnya Asmat menyebut ukiran tameng itu yames sedang kan Suku Kamoro menyebutnya yamate. Selain itu, hasil ukiran Suku Kamoro lebih tegas dan tajam sedang Suku Asmat lengkungannya lebih halus.
Apa yang diharapkan oleh PT Freeport Indonesia dan Yayasan MWK dalam melestarikan dan menjaga sustainable (keberlangsungan) budaya Suku Kamoro, sesuai dengan keinginan Presiden RI bahwa setiap produk buatan dalam negeri yang dihasilkan itu harus memiliki nilai lebih (valuable).
Salam hangat Blogger udik dari Cikeas -- Andri Mastiyanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H