Berbagai contoh 'Ora Elok' seperti ; nglungguhi bantal, engko wudunen' (Tidak baik menduduki bantal, nanti bisa bisulan) bila diperhatikan ini lebih kepada kesehatan karena celana bisa jadi terdapat bakteri / virus yang dapat menyebarkan penyakit.
'Ora elok dolanan beras, engko tangane kithing' (Tidak baik bermain beras, nanti jari tangannya bertumpang tindih). Maksud dari pernyataan ini agar jangan mempermainkan makanan agar tidak terbuang.
Kemudian 'Ora elok ngidoni sumur, mengko lambene guwing (Tidak baik meludahi sumur, nanti bibirnya sumbing), ini dapat diartikan apabila kita sakit akan dapat menyebarkan penyakit bila kita meludahi sumur yang digunakan orang lain.
Pantangan-pantangan tersebut, terdapat pesan moral yang ingin disampaikan. Apalagi orang Jawa identik dengan menyampaikan tidak langsung pada pokok dan inti permasalahannya. Orang Jawa mengungkapkan sesuatu dengan simbol-simbol / perumpamaan.
Banyak sekali hal-hal menarik dan unik yang dapat digali dari Jawa, salah-satunya berbau takhayul maupun mitos. Mitos adalah suatu cerita, pendapat, atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran menganai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa yang kebenarannya masih tanda tanya (Azizah dan Alee, 2014: 5).
Mungkin saja, orang Jawa terdahulu yang melahirkan Ora Elok dengan ucapan pantangan disertai akibat-akibatnya, sulit memberikan edukasi tentang dampak buruk sebuah perilaku. Akhirnya mitos dan tahayul dijadikan jalan agar banyak orang dapat melakukan hal yang lebih sehat.
----
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H