Bahasa memiliki peranan sebagai alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Hampir tidak ada kegiatan manusia modern yang berlangsung tanpa penggunaan bahasa.
Bahasa amat diperlukan dalam berbagai hal yang bertujuan memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Sebagai alat komunikasi verbal, bahasa juga digunakan sebagai sarana yang berfungsi sebagai media penyampai keinginan, gagasan, emosi, dan kehendak dari seseorang kepada manusia lainnya.
Dalam penggunaan Bahasa saat berkomunikasi dengan orang lain terdapat kata atau rangkaian kata yang memiliki makna. Saru dan Ora-Elok merupakan sebuah kata atau rangkaian kata yang memiliki pesan positif bagi Orang Jawa dan keturunannya.
Keduanya menjadi pengingat bagi Orang Jawa untuk berprilaku baik dari sisi kesopanan maupun menghormati hak orang lain. Namun, kedua kata ini saat ini mulai terkikis dengan budaya baru di era ini.
Pembelajaran hidup dari Almarhum Bapak dan Ibu masih berusaha daku (saya) coba pertahankan ialah tidak melanggar Saru dan Ora-Elok. Walupun kenyataannya dalam beberapa situasi, daku pun terpeleset melanggar Saru dan Ora Elok di era saat ini yang bercanda kebablasan.
Orang Jawa memandang pengertian Saru mengenai hal-hal tabu untuk dilakukan atau diucapkan. Kata saru sebagai ungkapan yang singkat atau perumpamaan terhadap makna yang luas. Saru lebih dekat dengan pelarangan terhadap tindakan atau ucapan yang mengarah pada seksual.
Kata saru disebutkan dengan mengingatkan orang lain jika terdengar tidak pantas, misal dengan menyebut alat kelamin atau sesuatu yang berhubungan dengan seksual. Bercanda yang menyerempet seksual entah kenapa seperti umum kita dengar di kota-kota besar.