Pria asli Betawi ini berawal menjadi Marbot ketika direkrut oleh salah seorang Ulama dan ASN RSKO Jakarta yang bernama Haji Sukirno Taufik. Dayat merupakan murid mengaji Haji Kirno dan direkrut pasca lulus SMA. Pria berpostur tinggi ini mengurusi Masjid RSKO Jakarta dari pagi hingga petang.
Selain sebagai seorang Marbot dirinya juga acapkali menjadi Imam Masjid dan Khotib Sholat Jumat sejak tahun 2015. Dirinya mengaku melakukan itu awalnya karena ketidaksengajaan.
Â
Hal itu berawal saat Khotib yang dijadwalkan oleh Pengurus Masjid RSKO Jakarta berhalangan hadir, kemudian terpaksa dirinya menjadi pengganti Khotib.
Setelah kejadian tersebut dirinya dijadwalkan setahun 2 s/d 3 kali. Sejak Pandemi Covid-19, ia memperoleh jadwal sebulan sekali menjadi Imam dan Khotib Sholat Jumat oleh pengurus Masjid RSKO Jakarta. Â
Dayat menyadari menjadi Imam dan Khotib Sholat Jumat memang harus punya ilmu. Imam dan Khotib Sholat Jumat pun harus mengetahui rukun dan syarat. Salah-satu syarat tidak dapat dipenuhi maka tidak bisa menjadi seorang Khotib Sholat Jumat.
Ia mengungkapkan bahwa Sholat Jumat bagaimana pun harus terlaksana. Ia memberanikan diri karena ada sebuah quote Islami bahwa untuk menyampaikan sesuatu yang baik tidak perlu menunggu menjadi orang yang sangat baik.
Terdapat hadist Nabi "sampaikan dari ku walaupun satu ayat" dari hadist ini dirinya tergerak.
Sebelum naik mimbar, materi khutbah diserahkan terlebih dahulu kepada salah seorang Ustad RSKO Jakarta Ustad Syarifuddin Satar untuk dibaca, apakah materi dapat dikomsumsi oleh jamaah atau tidak ?
Ustad Syarifudin menjadi rujukan Dayat, karena Beliau memiliki pengetahuan tentang Ilmu Agama dan memahami rukun-rukun menjadi seorang Khotib. Sang Ustad percaya bila Dayat mampu dan bisa.
Dayat mencari bahan khutbah Sholat Jumat dari Nahdatul Ulama dan Khutbah Indonesia. Ustad Syarifuddin bertugas membaca draft khutbah dari awal sampai akhir, sekiranya ada yang kurang menurut Ustad Syarifuddin akan ditambahkan, jika ada yang salah akan dicoret.