Sejak peristiwa itu, de Vries mengagumi Westerling dan mencari tau sosoknya. Pada sebuah kejadian, seorang sosok pria paruh baya Indonesia yang diperankan oleh Lukman Sardi mengadu ke markas Belanda di Semarang tempat de Vries bertugas. Ia mengadu bahwa anak dan istrinya disekap pejuang Indonesia.
Namun, pemimpin satuan de Vries tak mendengarkannya aduan warga Indonesia tersebut. Akhirnya de Vries menuju rumah Westerling dan mengadukannya pada Westerling. Berujung mereka melakukan operasi senyap membebaskan puteri dan istri warga Indonesia tersebut.
Pada masa-masa agresi militer Belanda, pimpinan tentara Belanda melihat geliat perjuangan rakyat Indonesia masih membara, termasuk di Sulawesi.Â
Westerling pun ditunjuk untuk memimpin satuan khusus, salah satu tentara adalah de Vries. Sulawesi menjadi tempat penugasan Westerling dan de Vries.
Sulawesi menjadi tempat kebengisan Westerling. Ia memburu pejuang Indonesia sampai pelosok desa dan membantai rakyat Indonesia dengan keji. Tanpa pengadilan dan dengan seenak hati orang-orang Indonesia ditembak. Termasuk de Vries sempat menjadi eksekutor.
Melihat prilaku Westerling yang biadab batin de Vries menolak, kata hatinya berbicara merasa apa yang dilakukan Westerling sudah melebihi batas. Ia pun melawan perintah Westerling.
Film ini dibuat oleh insan perfilman Belanda, tentunya hal ini dapat dianggap sebagai pengakuan jika Belanda pernah melakukan kekejaman terhadap orang-orang Indonesia.
Pro dan kontra film The East akan terjadi. Apalagi penggambaran pejuang Indonesia sebagai perusuh, tapi mau bagaimana karena yang membuat Film ini dari pihak yang kalah ! eeehhh maaf sangat yaks the orange.
Terlepas dari pro dan kontra di Indonesia maupun di Belanda, yang jelas film ini merupakan film fiksi, ini bukan film biopik atau dokumenter yang jalan ceritanya asli 100 persen. Memang film ini mengambil tokohnya dari seseorang yang nyata.Â
Tokoh de Vries merupakan tokoh fiktif. Namun, penggambaran Raymond Westerling bisa dikatakan mendekati sosok aslinya bila kita baca di buku sejarah. Pembuat film ini, Jim Taihuttu dan tim melakukan riset selama empat tahun untuk film ini.