Industri hulu Migas sendiri merupakan industri yang kegiatannya terintegrasi. Cakupan kegiatannya meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan lapangan migas, produksi/ eksploitasi, lifting minyak bumi atau gas alam.
Usaha peningkatan produksi tahun 2020 dan 2021 mendapat tantangan baru ketika terjadi pandemi Covid-19 dan mulai fokusnya Pemerintah pada industri energi alternatif dan terbarukan.
Dalam rangka menghadapi tantangan dan kebutuhan akan peningkatan produksi migas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencanangkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
Pencanangan tersebut sebagai tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia. Jika target tersebut dapat tercapai, maka produksi migas Indonesia akan setara 3,2 juta barel per hari. Tentunya itu akan mencetak sejarah baru.
Namun untuk menggapai target tersebut dibutuhkan perubahan mindset. Selain itu wajib melakukan upaya-upaya yang baru dan tidak biasa "Not Business As Usual".
SKK Migas tidak sendirian dalam mencapai target tersebut. Dalam Konvensi 2020Â International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas yang diadakan akhir tahun 2020, di Jakarta, semua pemangku kepentingan terlibat, antara lain Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, SKK Migas, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS), dan Indonesian Petroleum Association (IPA).
Para pemangku kebijakan amat mendukung pencapaian target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030. Apalagi, dalam dua tahun terakhir, besarnya impor migas disebut menjadi beban dalam neraca dagang dan turut memperlebar defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Keynote Speech Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat pembukaan IOG Convention, Desember 2020 secara virtual menyatakan sektor migas perlu tumbuh lebih dari dua kali lipat. Pemerintah sadar betul industri hulu migas memegang peranan strategis untuk mendukung program pertumbuhan ekonomi. Namun tidak hanya sumber penerimaan tetapi juga sebagai lokomitif pergerakan perekonomian.
"Industri migas setiap tahun berinvestasi sebesar US$ 10 milliar dengan faktor multiplier effect yang bisa mencapai 1,6 kali dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi. Sebagai sumber energi dan bahan baku, industri migas memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan industri di Indonesia," ungkap Airlangga.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif dalam Keynote Speech IOG Convention, Desember 2020 secara virtual menyampaikan peran sub sektor migas tidak hanya pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi dan kelistrikan namun juga berperan dalam bahan baku pengembangan industri.
Lanjut Arifin, perlu disadari bahwa industri migas memerlukan investasi yang besar, teknologi yang tinggi dan resiko yang tinggi pula. Berbagai kebijakan mendukung industri hulu migas telah disusun dan diimplementasikan.