Akhirnya muncul pertanyaan? kok bisa alat musik  ini ada di Jawa Tengah? tapi kenapa saat ini bisa ada di Kalimantan dan Thailand? Apakah dulu Borobudur pusat musik dunia?
Kemudian mereka mencoba membuat alat musik tersebut, tapi mereka tidak pernah tau dahulu kala bunyi alat musik ini seperti apa? dalam bayangan mereka bisa jadi senar alat musik petik belum tentu dari kawat bisa jadi dari rambut kuda.
Pembuatan alat musik pun mengacu dari gambar yang ada, walaupun ada pertanyaan berapa ukurannya? skalanya? macem-macem pertanyaan pun muncul.Â
Alat musik yang dibuat saat ini merupakan interpretasi pada jaman sekarang. Pembuatan alat musik ini dipercayakan kepada Ali Gardy Rukmana, seniman muda dari kota Situbondo, Jawa Timur.
Suara yang dihasilkan dari alat musik kemudian dibuatkan notasinya (dipatenkan), sehingga kapan pun bisa dimainkan. Suara yang terdengar menjadi sesuatu yang baru, menarik dan mencirikan Indonesia.Â
Diskusi bersama Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ditutup dengan pesan dan harapan ketiga musisi ini. Tri Utami mengharapkan Borobudur bisa lebih kaya dan dapat menjadi tempat seni pertunjukkan.Â
Dirinya ingin mengembalikan Borobudur sesuai marwahnya, bagaimana menarik keluar relief Borobudur untuk  hidup kembali, dan menampilkannya secara kekinian. Pandangannya Borobudur itu perpustakaan, dimana sebaiknya Sound of Borobudur tidak hanya sekedar gagasan dan kajian tapi dapat dibuktikan.
Kenapa dirinya peduli dengan Borobudur ? karena dirinya menetapkan diri untuk melayani Candi Borobudur.Â
Dengan pernyataan yang singkat Dewa Budjana mengatakan bahwa titik pusatnya Jawa itu di Borobudur. Ia mengharapkan Borobudur menjadi learning center. Musisi petik ini memimpikan di dekat kawasan Borobudur ada sekolah musik tempat mempelajari alat musik yang berasal dari relief-relief Borobudur.