The health of humans and the health of the environment are inextricably intertwined.
If both are not healthy, neither can be.
Hai masa depan ! pernahkah kita berandai-andai bila hutan tidak ada ? jika hutan di dunia musnah maka keseimbangan alam akan terganggu dan manusia akan merasakan dampaknya.Â
Tau tidak masa depan ! dijaman ku saat ini, hutan disebut sebagai paru-paru dunia. Hutan dengan vegetasi didalamnya dianugerahi kemampuan untuk melepaskan oksigen.Â
Nah, zat oksigen ini tentunya dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di seluruh dunia. Walaupun tidak semua hutan memiliki anugerah menjadi paru-paru dunia, tapi hutan hujan tropis yang berada di Indonesia tempat aku berada salah-satunya.
Kenapa hutan hujan tropis disebut sebagai paru-paru dunia ? karena hutan ini merupakan ekosistem darat dengan keanekaragaman hayati yang paling beragam dan produktif. Tidak bisa disangkal bahwa hutan merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran yang sangat vital bagi kelangsungan hidup organisme.
Aku memimpikan 50 tahun lagi hutan dunia masih lestari, agar generasi masa depan dapat hidup sehat dan masih bisa menikmati keindahannya. Dengan surat ini ku tujukan bagi masa depan, agar bisa menjadi pengingat bagi diri ku, Bumi yang ku pijak dan Hutan yang selalu ingin ku lihat.Â
Lalu, dari mana kita memulainya?
..
Pertama, Mulai dari Diri Kita Sendiri
Hai masa depan ! menurut pengalaman ku saat ini, mulailah dari diri kita sendiri. Jangan menunggu diajak atau tangan kita ditarik untuk berbuat. Sewaktu aku tahun 2012 membangun gerakan koin untuk pendidikan RSKO Jakarta, aku pun memulai dari diri sendiri. Ternyata bisa !
Sebetulnya cukup mudah memulainya, awalnya dengan mendukung orang / komunitas / yayasan / organisasi / pemerintah yang mengkampayekan pelestarian hutan, Alam Sehat Lestari, adopsi bibit pohon, adopsi pohon, dll.Â
Hai diri ku di masa depan ! bila kita mampu membantu dengan materi bantulah dengan materi, bila kita mampu bantu dengan tenaga & waktu bantulah dengan tenaga & waktu, bila kita mampu bantu dengan kampanye di media sosial bantulah dengan jari dan kuota mu.
Saat aku hidup saat ini, terdapat beberapa yayasan, organisasi atau lembaga yang berbuat dan beraksi untuk kelestarian hutan, beberapa diantaranya World Wide Fund for Nature (WWF), Greenpeace, sedangkan di Indonesia ada Alam Sehat Lestari (ASRI). Untuk itu, bila 50 tahun kedepan masih terdapat organisasi pelestari hutan....tetap didukung...
..
Kedua, Mulai dari Rumah Kita
Hai masa depan ! menjaga Alam Sehat Lestari dan hutan terjaga juga harus dimulai dari rumah terlebih dahulu. Bagaimana diri kita bisa merasakan dampak dari manfaat tumbuh-tumbuhan dan pepohonan ? jika diri kita tidak merasakan manfaatnya setiap hari.
Bahkan aku pun menanam pohon mangga dan pohon jambu air di muka rumah. Tau tidak masa depan ! dampaknya tukang sayur keliling lebih senang mangkal / berdagang didepan rumah ku yang asri. Jadi aku dan keluarga tidak perlu jauh-jauh belanja sayur ke pasar.
Asrinya rumah ku membuat setiap pagi hari dihadirkan udara yang segar dan pemandangan yang enak dilihat. Coba bayangkan, jika rumah kita asri ? tentunya akan membuat kita betah dan senang berlama-lama di rumah. Keasrian ini pastinya ingin juga dirasakan di tempat lain, salah-satunya di hutan.
..
Ketiga, Mulai dari Lingkungan Kita Berinteraksi
Hai masa depan ! bila rumah kita sudah asri tentunya akan memancing diri kita ingin membuat alam sehat lestari. Tapi itu tidak bisa kita lakukan sendirian. Kita juga harus bisa membuat orang-orang dimana kita berinteraksi melihat manfaat dari tanaman dan pepohonan.Â
Ingat masa depan ! lakukan dari diri kita sendiri dahulu, contohkan dengan adopsi bibit pohon, adopsi pohon, menanam bibit pohon atau tanaman dilingkungan luar rumah. Dengan begitu akan memancing orang lain untuk mengikuti.
Kebetulan seberang rumah ku merupakan ruang terbuka hijau dengan luas tanah 300 meter. Akan ku ingatkan kembali hai masa depan ! aku menempati rumah pertama kali di Cikeas Udik tahun 2012, dan kemudian Almarhum Bapak tinggal tinggal di rumah ku tahun 2014.Â
Pada tahun 2014, kami berdua menanam bibit pohon buah sebanyak 15 bibit dari mangga, sirsak, rambutan, duren, nangka, dan jambu. Bahkan kami pun menanam pohon beringin dan trambesi.Â
Akhirnya tetangga pun mengikuti dengan ikut menanam tanaman dan pohon buah di area terbuka hijau dari mangga, kelapa, singkong, pepaya, jambu biji, belimbing, dll.
Namun, apa daya karena kebutuhan akan ruang olahraga dan bangunan pertemuan warga, akhirnya berujung 60 % luas tanah digunakan untuk membangun fasilitas umum itu.Â
Banyak pohon yang ditebang dan dipindahkan. Sedih tapi kami tetap menjaga kawasan area terbuka hijau tetap asri dari luas lahan yang tersisa.
Jika pengelola bangunan / unit kerja sarana prasarana mempercantik kawasan dengan pepohonan ada baiknya kita dukung. Jangan kita kritik atau malah meminta pohon untuk ditebang.Â
Hai masa depan, ingat tidak ! aku selain ASN juga seorang blogger. Aku sangat mendukung gerakan green building. Sebagai seorang blogger, cara ku dengan menulis tentang adopsi hutan, urban farming dan green hospital (rumah sakit berhias) agar dapat dibaca banyak orang.Â
Baca juga : Kampung Naga Adopsi Hutan Adat demi Menjaga Keseimbangan Alam
Baca juga : Urban Farming, Konsep Pertanian Kota Masa Depan yang Menyehatkan
Tentunya, tempat kita berkerja bisa jadi terdapat puluhan orang bahkan ratusan bisa jadi ribuan. Ingat masa depan ! bila diri mereka merasakan manfaat dari tanaman dan pepohonan, tentunya mereka akan memberi dukungan alam sehat lestari dan pelestarian hutan.
Ajak orang lain mencintai tanaman dan pepohonan, selanjutnya mereka akan mencintai hutan.
..
Keempat, Mulai dari Mendukung Peningkatan Derajat Kesehatan & Ekonomi Kawasan Cagar Alam
Hai masa depan ! apabila diri kita sudah memulai, orang-orang disekitar kita sudah diberi contoh dan mulai tergerak, lalu selanjutnya apa lagi ? ya selanjutnya dengan mendukung peningkatan derajat kesehatan & ekonomi kawasan cagar alam.Â
Aku saat surat ini ditulis memiliki hobi traveling. Dalam beberapa kesempatan aku pernah mengunjungi kawasan cagar alam dan cagar budaya. Aku pernah mengunjungi Pulau Peucang, Pulau Sangiang, Kawasan Ujung Kulon dan kawasan lainnya tidak hanya sekali kunjungan.
Dalam perjalanan itu, aku melihat terjadi perubahan dalam infrastruktur, kebersihan kawasan, dan berkurangnya pengerusakan semenjak penduduk disekitar kawasan terlibat dalam pengelolaan kawasan cagar alam.Â
Pikiran ku berbicara, dengan terlibatnya mereka dalam kegiatan pariwisata dan pengelolaan kawasan, maka akan meningkangkatkan derajat ekonomi, sehingga mereka mau menjaga kawasan.
Aku pernah membaca tentang organisasi pelestari hutan bernama Alam Sehat Lestari (ASRI). Organisasi ini melihat problematika masyarakat hutan di tahun 90an.
Pendiri ASRI, dr. Kinari Webb, menemukan bahwa banyak masyarakat terpaksa menebang pohon untuk mendapatkan biaya berobat. ASRI hadir untuk menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan.Â
Klinik ASRI berupaya menyediakan layanan kesehatan terjangkau dan berkualitas untuk semua anggota masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi harus memilih antara kesehatan mereka dengan menebang pohon di hutan. Manusia tidak akan sehat tanpa alam yang sehat. Alam tidak akan sehat tanpa manusia yang sehat.Â
Pada 2018, ASRI mulai memberikan layanan kesehatan kepada sekitar 2000 penduduk di dua desa di Kecamatan Menukung, Kab. Melawi, yang hidup berdampingan dengan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.Â
Dari sisi peningkatan ekonomi, ASRI menginisiasi program Chainsaw Buyback (mesin penebang pohon)Â di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP)Â yang menawarkan mata pencaharian alternatif bagi logger (penebang kayu).Â
ASRI 'membeli' mesin penebang pohon dan menukarnya dengan modal usaha, pelatihan serta bantuan perencanaan bisnis. Chainsaw Buyback yang digagas sejak tahun 2013 dimana mulai digencarkan sejak 2017.Â
Hingga 2020, sekitar 143 logger telah bergabung menjadi mitra dan diperkirakan lebih dari 29,000 pohon besar sudah terlindungi, sehingga berkontribusi menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati di TNGP.Â
Apabila 50 tahun lagi ASRI masih ada, aksi seperti yang ASRI lakukan patut kita dukung dengan menjadi sahabat dan mitra ASRI.
..
Kelima, Mulai dengan Adopsi Bibit Pohon
Hai masa depan ! menjaga hutan tetap lestari tentunya dengan menjamin jumlah pohon dan tanaman didalamnya. Untuk itu kita juga patut melakukan aksi nyata dengan adopsi pohon untuk ditanam di hutan-hutan yang ada di Indonesia.
Kita dapat langsung membawa bibit pohon dan menanamnya sendiri. Tapi bila kita tidak memiliki waktu untuk menuju lokasi hutan yang jauh dari tempat tinggal, kita dapat menitipkan ke berbagai organisasi lingkungan hidup, salah-satunya ASRI.
Adopsi bibit pohon ini sama saja dengan Adopsi Hutan loooo !. Tentunya ini merupakan cara mewariskan paru-paru dunia kepada generasi selanjutnya dan tetap menjaga kesehatan generasi saat ini.
---
Hai diriku di masa depan ! aku telah melewati tahun-tahun dimana dapat menikmati oksigen, melihat pemandangan yang indah, menjejak beberapa hutan. Itu sangat menyenangkan berada di paru-paru dunia.
Aku mengharapkan, apa yang aku rasakan, bisa aku dan generasi mendatang rasakan juga 50 tahun lagi. Untuk itu aku saat ini akan tetap mendukung dan menjaga kelestarian hutan. Aku tidak sabar untuk membaca surat ini 50 tahun lagi..
Tertanda,
Aku yang bahagia menghirup oksigen yang berlimpah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H