Apakah warganet tau apa itu Anemia ? mungkin saja masih banyak yang belum tau. Ketika diri kita lemas sebuah anonim yang acapkali diucapkan ialah kurang darah. Sama seperti sakit jantung sering kali disamakan dengan angin duduk.
Bila kita bicara Anemia atau yang secara awam lebih dikenal dengan kurang darah, merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) di dalam sel darah merah.Â
Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jadi bila diri kita Anemia membuat kebutuhan oksigen jaringan tubuh tidak terpenuhi. Jadi bukan karena darahya yang kurang ya warganet !
Kerap kali kita maupun teman, keluarga, anak dan ibu hamil merasakan 5 L ; Lelah, Letih, Lunglai, Letoy dan Loyo tanpa diketahui sebabnya. Apakah itu mungkin karena Anemia ? bisa jadi iya. Untuk itu pun saya berusaha mencari tau.
Saya mendapatkan pembelajaran ketika menonton sebuah unggahan video youtube mengenai Anemia yang berjudul "Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas generasi" (DI SINI). Bukan kebetulan bahwa saya sendiri seorang Penyuluh Kesehatan Masyarakat jadi amat penting mendapatkan informasi ini.
Video ini di unggah di Youtube pada tanggal 1 Februari 2021 oleh akun Nutrisi Bangsa yang sering kali mengadakan webinar dan youtube live di masa Pandemi Covid-19 mengenai beragam topik menyangkut kesehatan. Ada 2 (dua) narasumber yaitu Dr.dr.Diana Sunardi, MGIZI, SpGK (Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesian Nutrition Association) dan Arif Mujahidin (Corporate Communication Director Danone Indonesia).
Ada 7 Info penting yang saya dapat mengenai anemia defesiensi besi dari video youtube tersebut. Apa saja ? yuks scroll
..
1. Anemia Defisiensi Besi Tidak Hanya Menimpa Orang Dewasa
Dr.dr.Diana Sunardi, MGIZI, SpGK (Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesian Nutrition Association) menyampaikan sebuah fakta dalam video yang berjudul "Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas generasi", berdasarkan data Riskesdas ternyata Anemia masih menjadi tantangan Pemerintah Indonesia karena angkanya masih tinggi.Â
Sedangkan untuk proporsi Anemia untuk Ibu Hamil terjadi peningkatan, dimana tahun 2013 persentasenya 37 ,1 % naik menjadi 48,9 % di tahun 2018. Dr. Diana pun terlihat resah dan menyampaikan sebaiknya Anemia tetap menjadi perhatian Pemerintah Indonesia.
Angka kasus Anemia tersebut akan mempengaruhi juga angka Stunting di Indonesia yang masih dikisaran 37 %. Yang patut diketahui menyangkut siklus Stunting berawal dari status gizi yang kurang baik pada remaja putri sehingga pada saat kehamilannya menjadi kurang baik.Â
Bila keadaan Anemia defisiensi besi pada ibu hamil terjadi ini akan berdampak risiko melahirkan bayi-bayi yang mengalami kurang berat badan sehingga berisiko anak dengan tubuh pendek / Stunting.
..
2. Pentingnya Peran Edukasi dalam Menyelesaikan Defisiensi Besi
Bila jumlah angka kasus masih tinggi, kedepannya Indonesia akan kesulitan mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing. Masalah gizi menjadi tantangan bagi negeri jamrud khatulistiwa ini dengan tingginya angka stunting, malnutrisi dan obesitas.
Untuk menyelesaikan masalah ini perlunya aksi berkesinambungan dengan kegiatan berkelanjutan. Defisiensi mikronutrean juga menjadi masalah salah-satunya anemia kurang zat besi. Penanganannya Pemerintah mensosialisasikan gerakan 1000 hari pertama kehidupan.Â
Suksesnya gerakan ini amat penting karena kedepannya dapat membekali masyarakat untuk masa depan yang lebih baik dan menjamin kemajuan bangsa. Dr.Diana mengungkapkan pentingnya keterlibatan peran swasta dalam penanggulangan Anemia defisiensi besi demi menjamin masa depan bangsa.Â
Lanjutnya, Danone Indonesia berkomitmen meningkatkan pengetahuan masyarakat menyangkut isu kesehatan dan nutrisi, bagaimana kesadaran publik mengenai gizi seimbang, dan mendorong kreatifitas dalam pola hidup sehat terutama dimasa pandemi Covid-19.
Arif Mujahidin menambahkan, Danone Indonesia fokus melakukan upaya perbaikan gizi melakukan edukasi dan inovasi produk yang mengandung zat besi. Danone Indonesia berkomitmen meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang isu kesahatan dan nutrisi, bagaimana kesadaran publik mengenai gizi seimbang, mendorong kreatifitas dalam pola hidup sehat terutama dimasa pandemi Covid-19.
..
3. Anemia Defisiensi Besi, Penentu Masa Depan Bangsa
Dr. Diana secara gamblang pemikirannya bahwa Anemia defisiensi besi merupakan masalah dan tantangan saat ini serta penentu masa depan bangsa Indonesia. Karena dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek dan jangka panjang.Â
Dokter Spesialis Gizi Klinis ini menyodorkan data-data angka kejadiannya yang membuat Anemia merupakan masalah yang amat serius. Anemia merupakan kondisi rendahnya kadar HB dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukkan kurangnya sel darah merah yang bersikulasi.
Dengan suara yang lembut, Dr.Diana menjelaskan bisa dinyatakan Anemia (ringan) dimana anak balita pada angka 10 mm/dl, dan untuk anak remaja (ABG) di angka 12 mm/dl sedangkan khusus ibu hamil batasannya di angka 10 mm/dl.Â
..
4. Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Anemia menjadi tantangan bagi bangsa untuk menyelesaikannya. Penyebab Anemia defisiensi besi dimana Jumlah kebutuhan zat besi tidak tercapai, yang utama ialah asupan makan atau bisa jadi ada penyakit atau penyebab lain.Â
Asupan makanan penduduk Indonesia menurut Dr.Diana masih didominasi pangan nabati, dan asupan energi dengan protein yang rendah, sehingga warga mengalami defisiensi energi, protein dan mikronutrient.
Terdapat beberapa faktor penyebab Anemia kurang zat besi baik dari faktor asupan, faktor demografik dan faktor sosial. Ada pun faktor asupan makanan pada Anemia defisiensi besi dapat ditimbulkan dari penyerapan zat besi yang rendah terutama besi heme, asupan vitamin C yang rendah, komsumsi sumber fitat yang berlebihan, komsumsi sumber tannin (kopi, teh) berlebihan, dan menjalankan diet yang tidak seimbang.
Penyebab Anemia defisiensi besi pada anak yang perlu diperhatikan, pertama pemilihan makanan yang kurang sumber zat besi, asupaan makanan yang tidak bervariasi, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan penyerapan, kondisi tertentu yang menyebabkan penyerapan zat besi rendah (alergi makanan sumber besi heme).
Jadi perlu diketahui bahwa zat besi heme yang bersumber dari protein hewani itu amat mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan asupan makanan besi non heme (sumber makanan nabati) harus melalui proses dimana dirubah dulu oleh tubuh agar mudah diserap.Â
Agar sumber makanan non heme mudah diserap perlu bantuan vitamin c, asam sitrat, dan komponen makanan-makanan yang lain. Terdapat beberapa kandungan unsur makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti fitat, tanin, polifenol, kalsium dan zinc.Â
Sedangkan untuk makanan nabati (MG/100 g) terdapat pada bayam, wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, asparagus, jamur, daun singkong, kecipir dan kacang buncis.
Agar sumber makanan sumber zat besi itu mudah diserap oleh tubuh, Anda sebaiknya mengomsumsi makanan yang mengandung vitamin C yang mudah didapat sehari-hari. Sumber vitamin C dapat diperoleh di paprika merah (190 mr/100 gr), jambu biji (108 mg/100 gr), mangga (41 mg/100 gr), jeruk (30-50 mg/100 gr).
..
5. Gejala Anemia Defisiensi Besi
Pertumbuhan pada anak dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari protein, vitamin, kabohidrat, kalsium dan termasuk zat besi. Bila kekurangan zat besi dapat mengakibatkan Anemia.Â
Sedangkan untuk ibu hamil gejala yang mudah ditemukan adalah mulai dari wajah, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat hingga kurang nafsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing dan mata berkunang-kunang.
..
6. Dampak Anemia Defisiensi Besi
Selain gejala pastinya ada dampak yang ditimbulkannya. Anemia memiliki risiko menimbulkan dampak jangka pendek dan jangka panjang. Serius tapi santai Dr. Diana menyebutkan dampak Anemia pada kehamilan ini cukup serius. Pesannya, oleh sebab itu sebaiknya menjadi perhatian bagi ibu hamil.
Dampak Anemia defisiensi besi pada ibu hamil mulai dari infeksi, gangguan pertumbuhan pada janin, prematur, kejang pada kehamilan, pendarahan pasca kehamilan, gangguan pertumbuhan janin, bahkan bila berlanjut lama maka akan dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung pada ibu.
Bagaimana dengan anak-anak ? gejala anemia pada anak akan membuat mereka menjadi rewel, lemas, pusing serta tidak ada nafsu makan. Kejadian tidak nafsu makan bukan karena tidak mau makan tapi karena anemia nya. Tidak hanya itu saja, si kecil akan merasakan gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cendrung mengantuk dan tidak aktif bergerak (Mager).Â
Warganet jadi tau kan bahwa Anemia dapat menimbulkan 5 L (Lelah, Letih, Lunglai, Letoy dan Loyo) !
..
7. Kolaborasi Memutus Mata Rantai Defisiensi Besi
Dalam memutus mata rantai Anemia defisiensi besi, Pemerintah sudah mencangkan upaya pendekatan masalah kesehatan berkelanjutan lintas usia. Pendekatan masalah kesehatan dari balita, anak-anak, remaja, ibu hamil dan usia pekerja semua dibuat berkelanjutan agar mata rantai malnutrisi dapat diselesaikan.
Adapun upaya penanganan Anemia pada remaja putri yang sudah dilakukan dengan berkolaborasi antara  Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, bersama persatuan orang tua murid dan organisasi lain yang bergerak dibidang pengentasan anemia.Â
Khusus untuk ibu hamil kerjasama tentunya diakukan antara Puskesmas, keluarga , masyarakat, Posyandu, pemantauan selama kehamilan dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil.
Sedangkan untuk anak-anak, Posyandu berkerjasama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, orang tua (edukasi anak-anak sebaiknya tidak mengomsumsi makanan tertentu), masyarakat, dan fortifikasi makanan (susu pertumbuhan untuk anak-anak dengan kandungan zat besi dan pemberian makanan tambahan).Â
Kolaborasi tidak hanya tugas Pemerintah saja, pentingnnya peran swasta untuk terlibat apalagi produsen susu pertumbuhan yang mengandung zat besi. Danone melalui Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin berkomitmen "Peran Danone Indonesia memenuhi komitmen Danone tidak hanya memikirkan masalah bisnis. Kami percaya kesehatan planet berkaitan dengan kesehatan masyarakat" tegasnya.
Lanjutnya, ekonomi sirkular buat Danone merupakan kegiatan penting, karena setiap makanan dan minuman yang diproduksi menggunakan kemasan. Adapun fungsi kemasan menjamin kualitas makanan dari mulai dari produksi hingga sampai di meja konsumen untuk dikomsumsi.Â
Arif Mujahidin menekankan bahwa kemasan harus memiliki sifat-sifat yang baik, baik untuk bisa melindungi kualitas makanan minuman didalamnya dan tidak bereaksi terhadap makanan minuman didalamnya.Â
Menurutnya, makanan yang baik itu tentu saja mengandung zat gizi yang baik, porsi nya baik, diolah dengan baik dan jangan lupa diserap tubuh dengan baik.Â
Tentu saja akan percuma bila bahan makanan yang mengandung zat gizi baik tetapi sulit diserap. Untuk itu Danone Indonesia berupaya membuat formula produk yang mengandung zat gizi yang mudah diserap oleh tubuh anak termasuk salah-satunya penyerapan zat besi.
..
Zat besi amat penting bagi tubuh agar kita terhindar dari Anemia. Untuk itu kita harus pastikan asupan makanan dengan tumpeng gizi seimbang sesuai dengan isi piring ku.Â
Apabila asupan makanan didominasi sumber besi non hame pastikan dikomsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi seperti vitamin C.
Fortifikasi (variasi) makanan merupakan salah-satu solusi dalam menghadapi masalahnya kurangnya asupan zat besi, baik itu di tepung terigu / beras, susu pertumbuhan, dan jangan lupa mematuhi komsumsi tablet penambah darah bila memang mendapatkannya.
Yuks sadar atas dampak Anemia agar kita tidak 5 L (Lelah, Letih, Lunglai, Letoy dan Loyo) dan dapat menyelamatkan generasi kedepan serta kemajuan bangsa.
Salam Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H