Living legend dalam dunia sepakbola yang identik dengan sebuah negara ada Pele (Brazil), Van Basten (Belanda), Ronaldo (Brazil), Pirlo (Italy) dan Zidane (Prancis). Sedangkan bila kita bicara legenda hidup klub ada Paolo Maldini (Milan), Scholes (Man U), Raul (Madrid), Del Piero (Juventus), Muller (Bayer Munich) dan masih banyak lagi
Bahkan Cristiona Ronaldo (Portugal) dan Lionel Messi (Barcelona) sudah dianggap living legend yang masih bermain di jagat persepakbolaan dunia. Messi menurut daku baru layak disebut superstar dan legenda klub Barcelona, belum bisa disebut living legend sepakbola dunia. Sama halnya Paolo Maldini di AC Milan yang meraih banyak gelar klub tapi tanpa gelar bagi negaranya.
Living legend / legenda hidup merupakan seseorang yang memiliki status dan  konotasi positif serta umumnya dikaitkan dengan karakteristik terhormat, tetapi juga telah dikenal karena menggeluti keahlian tertentu yang melekat / identik pada dirinya. Pastinya masih hidup maka disebut legenda hidup.
Bila kita bicara drummer POP Musik maka yang ada di otak kita ialah Ringgo Star. Jika kita menonton basket di era saat ini dan kemudian pemain basket meloncat dan melakukan slam dunk, maka yang teringat Michael Jordan. Itu yang ada dalam alam bawah sadar kita, walaupun kita tidak menggandrungi apa yang digeluti ke-2 nya.Â
Adakah living legend di platform Kompasiana ? ada 2 paket yang bisa dibilang living legend yaitu Pepih Nugraha, dan paket duo Opa Tjiptadinata Effendi plus Bunda Roselina Tjiptadinata.Â
Hanya mereka bertiga yang layak diberi gelar living legend Kompasiana. Tapi itu baru menurut daku, entah menurut kalian para Kompasianers. Mungkin saja memang ada sosok lain yang memiliki pencapaian, loyalitas dan aktif menulis yang tidak diragukan lagi sama dengan paket duo Opa dan Bunda Tjip.
Kalau Pepih Nugraha tidak bisa ditolak, karena beliau memang yang membangun Kompasiana bisa seperti sekarang ini. Opa dan Bunda Tjip juga sama tidak bisa dibantah.
Banyak penulis jempolan yang menulis di Kompasiana selama 12 tahun terakhir. Namun, dengan berjalannya waktu banyak yang menghilang dalam rimba belantara penulisan. Dalam sebuah platform digital sudah bukan hal yang mengagetkan bila user datang dan pergi. Apa yang dicari sudah didapatkan (award), kebosanan, mendapatkan platorm baru, susah log-in dan berbagai alasan meninggalkan Kompasiana.Â
Bila ada yang bertahan, sangat mungkin dirinya cinta dan fanatik pada platform tersebut. Salah-satu sosok yang bertahan ialah duo Tjip yakni Opa dan Oma Tjip. Hal ini ditunjukkan oleh Opa Tjip dimana masih tetap bertahan d Kompasiana walaupun telah meraih gelar Kompasiana Of The Years 2014.
Kompasiana di tahun 2020 telah memilih kompasianers dengan capaian terbaik di gelaran Kompasianval 2020 yang diselenggarakan secara daring. Adapun kompasianers tersebut ; Specific Interest Kompasiana 2020-Ozy Vebry Alandika, Best Opinion Kompasiana 2020-Bobby Steven Octavianus, Best in Fiction Kompasiana 2020-Katedrarajawen, Best in Citizen Journalism Kompasiana 2020-Kartika Eka Hendarwanto dan Kompasianer of The Year Kompasiana 2020- Gaganawati Stegmann.
Selain itu kita mengenal ada sosok-sosok kompasaners yang merupakan Representasi Kompasiana. Bila para blogger non Kompasiana berbicara tentang Kompasianers, maka nama-nama ini yang keluar walaupun mereka juga menggunakan platform lain.
Beberapa diantaranya ; pakar dalam KBBI-Khrisna Pabichara, penulis spesialis balapan motor & Of The Years 2016-Yayat, penulis tema keluarga & Of The Years 2019-Agung Han, Spesialis penulis saham - Adica Wirawan, Bos Madyang - Rahab Ganendra, Spesific Interest Film - Dewi Puspa, Penjelajah Masjid Dunia - Tafuik Uiks, Sang juru foto-Almarhum Dian Kelana, penulis kawakan Gaper Sandy, penulis dunia misteri dan politik - Yon Bayu, pejuang buku-Thamrin Dahlan, penulis gizi - Listhia, Penggemar Turki - Muthiah dan masih banyak lagi.
Namun, nama-nama diatas menurut daku belum mencapai titik disebut living legend Kompasiana seperti Opa dan Bunda Tjip. Daku sangat yakin bila penulis-penulis hebat itu konsisten menulis, memiliki kecintaan dan tidak meninggalkan platform ini seperti Opa Tjip, akan pada waktunya mencapai sebutan living legend Kompasiana.
Kenapa Opa Tjip bsa disebut living legend Kompasiana? Daku (saya) pernah dimasukkan platform blog keroyokan selain Kompasiana dimana ada Opa Tjip disana, tapi dirinya masih konsisten menulis setiap hari di Kompasiana. Luar biasa bukan peraih Of The Years Kompasiana 2014 ini !
Bila kita bicara Opa Tjip, bisa daku bilang sebagai living legend bukan tanpa tiding aling-aling. Bayangkan Opa Tjip telah bergabung menulis di Kompasiana sejak 14 oktober 2012, 4 (empat) tahun setelah Kompasiana lahir.
Berdasarkan hasil pandangan mata, Rabu, 06 januari 2020, pukul 10.00 WIB, dirinya telah memperoleh label maestro dengan capaian 258.656 poin. Daku perhatikan baru dirnya yang memperoleh label Maestro dari Kompasiana. Jauh banget dengan daku yang telah bergabung di Kompasiana sejak 2010 yang hanya memperoleh label penjelajah.Â
Yang bikin geleng-geleng, beliau telah mengupload 5.260 artikel, 5.501.251 age view, 71.756 komentar, 106.159 rating, 557 headline dan 4233artikel pilihan. Buat daku, capaian Opa Tjip bikin ngeces aja.
Siapa yang tidak kenal dengan Opa Tjip di Kompasiana ? dirinya telah diikuti (follower) oleh 4.015 kompasianers. Itu yang mengklik tombol follow, yang sudah mengenal Opa Tjip lebih banyak lagi.Â
Bagaimana dengan Bunda Rose ? beliau sebelas - dua belas populernya dengan Opa Tjip. Dirinya merupakan pasangan sejati, sejiwa dan sehidup semati dari Opa Tjiptadinata Effendi.Â
Banyak tulisan Opa Tjip yang terinspirasi dari Bunda Rose dan kehidupan bersama keduanya. Jadi itu kenapa Opa dan Bunda Tjip tidak bisa terpisahkan, satu paket.
Bunda Rose memang secara pencapaian belum seperti pasangannya Opa Tjip. Wanita bersahaja ini telah menerbitkan 765 artikel, 634.001 page view, 12.065 komentar, 20.816 rating, 74 Headline dan 606 artikel pilihan.
Kompasianers yang telah bergabung menulis di Kompasiana sejak 12 januari 2013 ini memiliki follower sebanyak 1.367 kompasianers. Tentunya itu belum yang terhitung yang tidak mengklik tombol follow.
Kenapa daku sebut mereka berdua paket duo living legend Kompasiana ? bila kita bicara Kompasianers maka akan ada nama Opa dan Bunda Tjiptadinata yang disebut. Paket ini dikenal sebagai sosok Kompasianers sejati tidak hanya oleh penulis di platform Kompasiana tetapi juga penulis / blogger diluar Kompasiana.
Keduanya terlihat sekali menjadikan Kompasiana sebagai rumahnya di dunia online. Platorm UGC ini tetap menjadi pilihan utama walaupun Opa Tjip pernah daku lihat menulis di platorm lain. Aura Kompasiana di diri Opa dan Bunda Tjip begitu kuat melekat.
Setiap hari bagaikan tanpa jeda mereka menulis di Platform ini menggunakan gaya penulisan bertutur. Pengalaman, perjuangan, dan lika-liku hidup mereka berdua yang dibagikan bisa dijadkan pelajaran bagi teman-teman Kompasianers dan tentunya amat memberi arti.Â
Kecintaan pada platform ini begitu terlihat. Saat ada hari jadi Kompasiana dan Kompsianival, karangan bunga selalu hadir didepan gedung Kompas Gramedia, Pal Merah Jakarta atau di tempat acara Kompasianval. Karangan bunga itu berasal dari duo living legend ini.Â
Selamat merayakan hari pernikahan yang Ke-56, untuk Opa Tjiptadinata Effendi plus Bunda Rosselina Effendi. Semoga diberikan kesehatan, panjang umur, selalu diberikan inspirasi dan hidup berkah.
Sungkem Blogger Udik dari Cikeas- Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H