"kami ingin konsep dasar Pulauku Nol Sampah bukan lagi mimpi, melainkan Master Plan penanggulangan sampah di Kepulauan Indonesia".
- Mahariah, Penggerak Kampung Berseri Astra, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu -
Inspirasi bisa datang dari mana saja. Dunia digital pun dapat memberi peran menginspirasi banyak orang. Bahkan dapat menyediakan ruang yang tidak terbatas untuk memperlihat sosok inspiratif beserta karyanya.
Dunia digital adalah sumber inspirasi dan referensi bagi semua orang di era digital ini. Begitu pun dalam pengelolaan sampah dimana kita tidak perlu datang ke lokasi, tetapi bisa mendapatkan informasinya yang kemudian dapat dipraktekkan.
Untuk itu tulisan saya ini mengambil sumber inspirasi dari produk digital platform Youtube. Platform pengunggah dan pemutar video ini dapat menjadi sumber referensi berbagai hal positif, termasuk contohnya pengelolaan sampah yang dirintis oleh swadaya masyarakat.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan negara dengan garis pantai terpanjang ke-2 setelah Canada. Indonesia memiliki panjang garis pantai yang mencapai 54.716 kilometer. Permasalahan sampah ternyata dihadapi pula oleh masyarakat pesisir dan kepulauan.Â
Adapun video yang saya pakai sebagai sumber referensi, pertama video berjudul 'Berseri ; Pulauku Nol Sampah' (DI SINI) dan 'Kampung Berseri Astra Atasi Problem Sampah' (DI SINI).
..
Kampung Berseri Astra ' Pulau Pramuka'Â
Sampah menjadi salah-satu masalah terbesar sehari-hari manusia. Bagaimana tidak ! bisa Anda bayangkan bila sampah-sampah tidak dikelola secara baik, itu akan dapat menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan pola hidup manusia.
Kepulauan Seribu merupakan salah-satu daerah yang juga memiliki masalah sampah. Kepulauan yang berada di utara Jakarta ini setiap harinya memproduksi 40 ton sampah. Pulau Pramuka yang menjadi bagian dari Kepulauan Seribu pun berkontribusi menghasilkan sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Akhir Bantar Gebang.
Sebagai bagian terluar dari provinsi DKI Jakarta, Pulau Pramuka masih harus berkerja keras untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Kepulauan nan indah ini mendapatkan sampah baik dari yang terseret arus hingga terbawa ke bibir pantai, sampah warga, dan sampah wisatawan yang berkunjung.
Pulau Pramuka menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra pada tahun 2015 yang merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra. Program ini diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu ; Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan & Kewirausahaan.
Pada bidang lingkungan kegiatan berfokus pada pengolahan sampah dan ketersediaan air bersih. Kegiatan yang dilakukan antara lain ; pengelolaan bank sampah, dan pengumpulan sampah non organik yang menghasilkan pemanfaatan daur ulang botol plastik. Nantinya botol plastik ini diolah agar menjadi bata ramah lingkungan atau eco brick.
Kampung Berseri Astra, Pulau Pramuka merupakan 1 dari 116 Kampung Berseri Astra (KBA) yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Pulau Pramuka ditetapkan pada tahun 2015 oleh Astra.
Terdapat sosok bernama Mahariah kelahiran Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yang menjadi panutan atas kepeduliannya terhadap lingkungan hidup di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Mahariah menginisiasi gerakan Pulauku Nol Sampah di Pulau Pramuka.
Sebagai seorang guru wanita, Mahariah tidak memiliki bekal mempuni tentang pelestraian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Tapi dirinya aktif membaca dan mencari peraturan daerah mengenai lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Kemudian, ia pun menggerakkan masyarakat mengelola sampah di Pulau Pramuka dari 2009 sampai dengan sekarang.
..
Rumah Hijau ; Bengkel Penggiat Lingkungan Pulau Pramuka
Mahariah sejak 2005 aktif sebagai penggiat lingkungan. Dirinya merupakn pendiri Rumah Hijau yang merupakan bengkel penggiat lingkungan dalam mengelola sampah. Bengkel ini lain tidak bukan merupakan nama lain bank sampah yang memiliki nilai lebih.Â
Rumah Hijau melaksanakan pengelolaan sampah berupa penyortiran, pemilahan dan daur ulang sampah oleh anggota komunitas menjadi beraneka ragam kerajinan.
Sementara sampah yang tidak bisa dimanfaatkan akan dijual ke pengepul sebagai tabungan bagi nasabah bank sampah. Baginya bengkel ini menjadi jawaban masalah sampah di lingkungannya
Rumah Hijau menfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Menurut Mahariah aksi positif ini tidak bisa dikerjakan oleh satu dua orang saja. Dibutuhkan keterlibatan semua orang.
Dalam setiap kegiatan Rumah Hijau melibatkan ibu-ibu dan anak muda Pulau Pramuka. Bengkel penggiat lingkungan ini merupakan gerakan berbasis rumah tangga untuk melestarikan lingkungan.
Ada 3 (tiga) kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Hijau ; memilah sampah dari rumah, menanam tanaman yang bisa mereka makan, dan belajar membuat prakarya yang bernilai ekonomi.
Mahariah menceritakan sebelum gerakan ini ada, berdasarkan catatan teman-teman petugas TPS setiap hari ada sekitar 200 gerobak motor (germor) sampah dari rumah tangga, lebih banyak lagi diwaktu akhir pekan. Semenjak hadirnya Rumah Hijau jumlah sampah menurun hingga 140 germor / hari atau setara 1 (satu) ton sampah.
Awalnya Mahariah tergerak mengatasi masalah sampah karena sebuah kejadian ditahun 2008. Saat itu terjadi banjir di Jakarta yang memberi dampak pada Kepulauan Seribu.
Sampah-sampah dari Jakarta mengotori bibir pantai dan merusak pohon mangrove Kepulauan Seribu. Teluk Jakarta memang menjadi hilir dari 13 sungai yang air dan muatannya berujung ke laut.
Pada tahun 2009, dengan semboyan 'Laut Bukan Tempat Sampah' kemudian Mahariah dan komunitasnya tergerak untuk membersihkan pantai Pulau Pramuka dan laut disekitarnya.
Anak-anak dan pemuda Pulau Pramuka yang berjumlah 60 orang diajak oleh Mahariah mensukseskan gerakan ini. Dirinya membuat kegiatan setiap hari minggu dimana anak-anak diajak untuk membersihkan pantai, memilah-milah sampah, lalu hasilnya dikirimkan ke rumah daur ulang.
Ada momen dimana Mahariah dan komunitasnya sedang angkut-angkut sampah dari laut, ternyata seorang wanita warga Pulau Pramuka buang sampah sembarangan ke laut.
Sejak itu Mahariah berfikir bahwa  tumpukan sampah akan selalu ada, karena masalahnya juga berasal dari orang pulau nya sendiri.
Lalu dirinya berniat untuk membuat gerakan membersihkan sampah dari laut dan bagaimana pulau bersih dari sampah dan daur ulang sampah mempunyai nilai ekonomi, sehingga warga berfikir panjang bila ingin membuang sampah ke laut. Kali ini yang disasar ialah para ibu-ibu Pulau Pramuka.
Akhirnya lahirlah gerakan 'Pulauku Nol Sampah' di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Rumah Hijau merupakan bagian dari gerakan Pulauku Nol Sampah.
Dahulu sebelum gerakan ini ada, banyak warga yang berfikir sampah yang mereka buang akan dikirim ke negara antah berantah. Tapi, ternyata sampah yang mereka buang ke laut kembali ke Pulau Pramuka.
Jika hasil dari sebagian ibu rumah tangga yang berkumpul hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia. Beda dengan ibu-ibu yang terlibat dalam gerakan Rumah Hijau dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Ada Pekerjaan Rumah bagi Mahariah, wisatawan yang datang masih banyak yang berfikir bahwa ke Kepulauan Seribu tidak menyediakan apa-apa termasuk makanan. Sehingga mereka datang ke Kepulau Seribu membawa makanan yang berbungkus plastik, tentunya ini akan menambah jumlah sampah plastik di Pulau Pramuka.
TPS di Pulau Pramuka belum ada sistem pengelolaannya baik dari alat dan prosedur. Mahariah dan komunitasnya bermimpi memiliki alat pengolahan sampah supaya bisa dikelola di Pulau Pramuka, misal ; mesin pencecah, dan komposter.
Eco Ranger, Komunitas Pencari Sampah di Lautan
Selain Mahariah ada juga Lupus yang menjadi penggerak penyelamatan lingkungan. Dalam video yang berjudul 'Berseri ; Pulauku Nol Sampah' (DI SINI), Mahariah memperkenalkan Lupus.
Lupus menggerakkan masyarakat untuk menanam mangrove dan mengajak para nelayan untuk mengambil sampah dipermukaan, dan dasar laut disekitar Pulau Pramuka.
Terang Lupus, penanaman Mangrove amat penting untuk menahan abrasi pantai. Kebersihan pantai dari sampah amat penting menjaga pohon mangrove. Pohon penahan abrasi ini baru akan memiliki akar yang kuat setelah berumur 5 tahun keatas.
Penanaman mangrove dilakukan secara rutin sekali seminggu atau seminggu dua kali, baik oleh penduduk pulau, wisatawan dan pelajar. Penanaman mangrove ini menjadi bagian dari eco wisata Pulau Pramuka.
Fenomena penumpukan sampah plastik tidak hanya didarat dan bibir pantai saja, juga di laut. Permukaan dan dasar laut pun tidak luput dari sampah. Sudah menjadi cerita klasik masalah sampah di laut yang masih jarang mendapatkan perhatian dan solusinya.
Pertanyaan pak Lupus, sampah darat lebih mudah dibenahi, tapi bagaimana sampah dasar laut ?
"Saya melihat titik spot menumpuknya sampah di laut dekat pemukiman penduduk. Mungkin mereka anggap lautan tempat sampah paling besar" ujarnya
Bila dia perhatikan sampah permukaan banyak berupa sampah rumah tangga, plastik dan styrofoam, sedangkan sampah dasar laut berupa plastik, karung, karet, dan ban mobil.
Ia mengawatirkan bila lautan rusak kemana lagi para nelayan mencari nafkah ? anak cucu nelayan akan kehilangan kesempatan melihat keindahan laut seperti apa.
Berdasarkan keterangan Lupus, OTP baru berjalan satu tahun (2018-2019). Sebelum terbentuk komunitas apa yang dilakukan Lupus dan kawan-kawan sudah lama. Awal mulanya hanya lima orang, saat ini sudah ada 20 orang yang telah bergabung.
Anggota eco rangers sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Mereka tergerak karena melihat kesalahan masa lalu. Sebelum 1996 mereka menangkap ikan menggunakan sianida, sehingga tempat hidup ikan rusak.
Meski dahulu mereka menjadi perusak, namun kini mereka memperbaiki kerusakan yg pernah mereka lakukan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan Pulau Pramuka
-.
Bermakna, mungkin itu kata yang tepat tersemat bagi Ibu Mahariah dan Pak Lupus, serta warga masyarakat yang peduli kebersihan lingkungan dan Semangat Majukan Indonesia di Pulau Pramuka.
Kampung Berseri Astra, Kampung Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta bagaikan mengirim pesan bagi pemirsa video youtube ; Kita Satu Indonesia, Pulau Pramuka menjadi rumah bukan hanya bagi manusia melainkan juga bagi kehidupan di darat juga di laut.
Pulauku Nol Sampah merupakan konsep dasar yang dapat diadopsi untuk mensejahterakan negeri di semenanjung nusantara.
Walau awalnya Mahariah menuai cibiran dikira gerakan yang dilakukan nya untuk mencari proyek. Berkat kerja keras dan tidak mengenal kata menyerah, dirinya dipercaya oleh Astra sebagai Tokoh Penggerak Kampung Berseri Astra, Pulau Pramuka.Â
Berkat kontribusinya terhadap lingkungan di Pulau Pramuka, Mahariah pun menerima penghargaan Kalpataru 2017 dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. #SemangatMajukanIndonesia
Astra berharap dengan kerja keras dan ketulusan hati, suatu hari nanti Ibu Mahariah dan Pulau Pramuka dapat mewujudkan tagline yang diserukan Pulauku Nol Sampah #KitaSatuIndonesia .
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H