Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

LCS Memanas, Indonesia Borong 48 Jet Tempur Rafale

6 Desember 2020   11:01 Diperbarui: 6 Desember 2020   20:21 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Jet tempur Rafale I Sumber Foto : Wikimedia Commons/U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 1st Class Denny Cantrell

Laut China Selatan (LCS) memanas membuat armada laut Paman Sam pun bersiaga disana menjaga netralitas laut yang menjadi jalur transportasi dunia. Penyebabnya Tiongkok mengakui sebagian besar Laut China Selatan merupakan bagian wilayahnya dari sisi historis.

Beberapa negara di Asia Tenggara pun merasa dilanggar kedaulatannya. Bagaimana dengan Indonesia? memang dalam kasus LCS indonesia secara kedaulatan wilayah tidak masuk dalam sengketa. 

Tetapi kita patut ketahui beberapa kasus terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia di Laut Natuna Utara yang juga di akui oleh beberapa negara Asia tidak hanya Tiongkok tapi juga Vietnam.

Apakah karena krisis LCS, Indonesia akhirnya akan memborong Jet Tempur Rafale buatan Prancis? bisa iya bisa juga bukan. Pembelian jet tempur Rafale masih berupa isu yang beradar dibeberapa portal media di Perancis dan Indonesia.

Berdasarkan berita yang tersebar dan menjadi obrolan hangat bahwa Indonesia berniat memborong 48 unit Jet Tempur Rafale buatan Perancis. Bahkan informasi ini telah beredar dibeberapa media (1) (2) (3). Apakah terjadi kebocoran surat diplomatik seperti kejadian niat Indonesia membeli 15 unit jet tempur Typoon Tranche 1 bekas pakai Austria?

Indonesia dikabarkan ingin segera menyelesaikan kesepakatan pembelian 48 unit pesawat tempur Rafale dari Pemerintah Prancis sebelum tutup tahun. Dilansir dari media Prancis latribune.fr, Perancis dan Kemenhan RI berniat menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan. 

Sebelumnya, Menhan RI, Prabowo Subianto, telah melakukan kunjungan ke Prancis sebanyak dua kali di tahun 2020, terakhir pada 21 0ktober 2020. 

Dalam kunjungan itu Indonesia disebut-sebut tertarik membeli beberapa alutsista antara lain 48 jet tempur Rafale, empat kapal selam Scorpene, dan dua kapal korvet GoWind. Total nilai alutsista Perancis tersebut diperkirakan US$ 25-28 miliar.

Indonesia terus berupaya memodernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dalam negeri untuk menggantikan Alutsista yang sudah uzur dan memperkuat kemampuan TNI. Berbagai alutsista berupa jet tempur, kapal selam, hingga kapal perang buatan luar negeri menjadi bidikan oleh Kementerian Pertahanan RI.

Pesawat tempur Rafale dibidik karena memiliki daya gentar bagi kawasan karena spesifikasinya. India negara Asia yang telah mengoperasionalkan burung besi ini.

Bahkan Dessault Rafale masuk dalam jajaran 7 besar pesawat tempur tercanggih yang beroperasi. Walaupun sudah ada Sukhoi SU-57 (Rusia) dan J-20 (Tiongkok) tapi belum masuk operasional skuadron tempur.

Dassault Rafale merupakan pesawat tempur multi peran generasi ke 4.5, bermesin ganda, bersayap delta dan canard (sayap kecil dibawah kokpit) asal Prancis yang dibuat oleh Dassault Aviation. Rafale dirancang sebagai pesawat tempur yang dapat lepas landas di lapangan terbang (panjang landasan 400 meter) maupun di kapal induk.

Jet tempur ini dapat digunakan untuk berbagai misi baik itu pertahanan udara dengan mencegah musuh masuk ke wilayah kita, pesawat pengintai di area wilayah lawan, membidik sasaran dari jarak yang dinamis, dan melakukan serangan udara dengan presisi. Bahkan elang metal ini juga digunakan sebagai pesawat anti-serangan rudal kapal perang.

Dikutip dari laman resminya Dassault Aviation, jet tempur Rafale merupakan satu-satunya pesawat tempur di kawasan Eropa yang menggunakan radar pemindaian elektronik RBE2. 

Radar ini memiliki tingkat pancaran dan daya komputasi yang tinggi. Selain itu RBE2 menawarkan kinerja yang optimal dalam operasi tempur dan sulit untuk untuk ditiru oleh radar pemindaian mekanik. Pesawat ini telah teruji di medan perang, seperti di Afghanistan, Libya, Mali, Irak, dan Suriah.

Radar itu memungkinkan pesawat untuk dapat melakukan pelacakan look-up dan look-down ke semua aspek dari target udara, baik dalam pertempuran jarak dekat maupun jarak jauh dalam segala cuaca dan gangguan tinggi. 

Tersedia juga dalam badan pesawat sistem Front Sensor Optronics (FSO). FSO beroperasi pada panjang gelombang optronik sehingga kebal terhadap pemblokiran radar. 

Kelebihan sistem ini, memungkinkan pesawat dapat melacak target di udara, air, dan daratan dengan laser beresolusi tinggi. Rafale dilengkapi sistem bantuan-pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA, yang dapat melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat.

Dassault Rafale memiliki kemampuan membawa muatan hingga 9 ton, sedangkan berat bersih jet tempur ini 10 ton. Dengan kapasitas nya, jet ini dapat mengangkut beragam jenis senjata, seperti bom kendali yang memiliki hulu ledak hingga 2.000 Ibs, rudal jarak jauh The SCALP, dan rudal anti kapal The AM39 EXOCET.

Rafale disebut-sebut memiliki kecepatan 1,8 Match dan bisa bermanuver hingga 11 G dalam keadaan darurat, dengan laju kecepatan pendaratan hingga 115 knot. 

Rafale jangkauannya mencapai 1.941 miles. Jet tempur ini paket lengkap hanya saja belum memiliki kemampuan Siluman sehingga Rafale hanya sebatas pesawat tempur genarasi 4.5.

Banyak yang berspekulasi kenapa Indonesia beralih membidik jet tempur buatan NATO karena pembelian 11 unit Sukhoi Su-35 yang sudah ditanda-tangani sejak 2018 terancam gagal. 

Seharusnya Sukhoi SU-35 ini masuk ke Indonesia per 2019 lalu menggantikan skuadron jet tempur F-5 Tiger yang sudah dipensiunkan. Namun hingga kini jet tempur buatan Rusia itu belum juga terparkir di Indonesia.

Indonesia sendiri akan menghadapi makin uzurnya 30-an unit Hawk MK.53 / 109 / 209 yang akan berusia 30 tahun di tahun 2025. Tentunya Indonesia akan dikejar waktu untuk menggantikan F-5 Tiger yang sudah pensiun dan keluarga Hawk yang akan pensiun.

Indonesia sendiri oleh pihak USA telah ditawari  F-16 Block 72 Viper dan F.18 Super Hornet yang juga pesawat tempur canggih buatan Amerika Serikat generasi 4.5. 

Berdasarkan isu yang beredar, Indonesia lebih memilih jet tempur Siluman generasi 5 yakni F-35 tapi ditolak. Indonesia dianggap belum memiliki kemampuan mengoperasionalkan pesawat canggih ini. Apakah karena hal ini Indonesia mengincar Rafale?

Ketertarikannya Indonesia pada jet tempur Rafale sudah terendus saat Menhan RI, Prabowo melakukan lawatan ke Prancis pada 11 Januari lalu. Dirinya dilaporkan tertarik membeli 48 unit Jet Tempur Dassault Rafale, tapi ada yang menyebut Indonesia hanya akan membeli 36 unit. 

Harga per unit dari Jet Tempur Rafale ini berada di kisaran USD 115 juta atau setara Rp1,5 triliun per unitnya. Sejumlah negara dikabarkan telah membeli jet tempur ini dan menggunakan jasa jet tempur buatan Prancis ini yakni India, Libya, Inggris, dan Swiss.

----

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun