Indonesia yang memiliki cadangan minyak sebesar 3,7 milliar barrel jelas bukan lagi negara kaya akan minyak jika dibandingkan dengan Venezuela yang memiliki cadangan minyak lebih dari 200 miliar barrel. Namun jika dibandingkan dengan Yaman, Inggris, Malaysia, Italy dan Brunei cadangan minyak Indonesia lebih banyak.
Sementara, sebanyak 2,294 miliar barel dikategorikan mungkin memiliki potensi punya cadangan minyak. Sedangkan 2,063 miliar barel dikategorikan harapan.
Sedangkan untuk gas bumi, lifting rata-rata mencapai 5.866 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD) atau 87,9% dari target APBN yang mencapai 6.670 MMSCFD.Â
Sehingga Secara kumulatif, lifting migas mencapai 1,749 juta barel setara minyak per hari (bsmph) atau sekitar 90,4% dari target APBN sebanyak 1,946 juta bsmph.
Patut diketahui bahwa potensi pendapatan negara dari sektor migas akibat pandemi Covid-19 mengalami koreksi pada tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dunia serta berbagai sektor lainnya.Â
Hal ini membuat Pemerintah merevisi target penerimaan negara dari sub sektor migas dengan menurunkan target sebesar Rp92 triliun yang semula Rp192,04 triliun menjadi Rp100,16 triliun.Â
Dikutip halaman Ditjen Migas 30 April 2020, realisasi penerimaan migas mencapai Rp42,87 triliun di mana Rp33,75 triliun merupakan penerimaan PNBP. Jika kondisi pandemi Covid-19 masih berlanjut maka berdampak penerimaan migas pada tahun 2020 diperkirakan hanya sebesar Rp86,33 triliun.
Penemuan tersebut terdiri dari satu temuan cadangan minyak oleh Texcal Mahato setelah menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi PB-2 Blok Mahato sebesar 61,8 juta barel minyak.Â
Selanjutnya, ada penemuan yang diperoleh dari Medco E&P dari pengeboran sumur Bronang-2 sebesar 79 miliar kaki kubik gas (BCFG). Penemuan Lapangan Bronang menjadi penunjang pengembangan Lapangan Faroel sehingga produksinya bisa mencapai hingga 10.000 barel minyak per hari (BOPD).