Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

3 Alasan Kenapa Pesawat Serang Ringan Perlu Diproduksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI)

15 April 2020   22:04 Diperbarui: 15 April 2020   22:51 2595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : CN-235 Maritime Patrol I Sumber Foto : TNI AU

Empat ancaman tersebut memang demikian yang terjadi, baik di negeri kita, begitupun juga di Filipina, Malaysia, negara ASEAN yang lain bahkan Afrika dan negara dunia ketiga lainnya.

Bila melihat ancaman ini, tampaknya lebih strategis jika Indonesia mengembangkan pesawat serang ringan yang memiliki kemampuan ground attack , maritme patrol dan counter--insurgency bermesin turboprop ketimbang jet tempur generasi 4.5 yang bisa jadi hanya Indonesia dan Korea Selatan yang menggunakan. 

Bisakah jet tempur generasi 4.5 KFX/IFX kerjasama Korsel dan Indonesia dijual bersaing dengan jet tempur buatan Paman Sam, Rusia dan konsorsium Eropa !!

Ancaman terorisme, penyelundupan, pemberontakan yang sudah tidak lagi hanya analisa tetapi sudah nyata seperti KKB di Papua, hal itu menjadi ancaman bersama ASEAN. 

Artinya dalam pengembangan pesawat serang ringan akan ada peluang, karena ada ancaman dan ada potensi ekspor. Filipina misalkan, ancamannya cukup lengkap, yakni religious conflicts, extrimism, insurgensi, dan kartel narkoba, semua ada di sana. Musuh negara-negara dunia ketiga tidak seperti konflik di Timur Tengah dimana musuh memiliki senjata anti pesawat terbang yang kemungkinan disokong negara besar pesaing.

Bila kita melihat bagaimana T-50 Golden Eagle memegang peran penting dalam kemenangan militer Filipina terhadap gerombolan Isnilon Hapilon di Marawi. Namun, T-50 Golden Eagle ini bagi Duterte dianggap terlalu mahal dalam biaya operasional karena merupakan jet tempur. 

Pesawat serang ringan memiliki kelebihan biaya operasional tidak sebesar jet tempur. Selain biaya operasi tidak tinggi, pesawat serang ringan pun untuk biaya perawatan murah dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana. 

Dengan kecepatan terbang yang rendah, pesawat tempur ringan sangat cocok digunakan sebagai pesawat serang darat, dukungan dari udara untuk pasukan darat, dan pemantau gerakan musuh. Kelebihan lainnya pesawat tempur ringan lebih banyak membawa amunisi dibandingkan helikopter.

Jika Indonesia mampu mengembangkan pesawat serang ringan bermesin turboprop dengan harga yang lebih murah dari Super Tucano, Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup bagus di ASEAN. Lagipula, Super Tucano masih belum memiliki kompetitor yang sebanding di ASEAN. Patut diketahui Indonesia berpengalaman dalam menjual CN-235 ke negara sahabat ASEAN, Afrika dan negara dunia ketiga.

..

3. Kesiapan Indiustri Pertahanan Udara Sudah Siap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun