Empat ancaman tersebut memang demikian yang terjadi, baik di negeri kita, begitupun juga di Filipina, Malaysia, negara ASEAN yang lain bahkan Afrika dan negara dunia ketiga lainnya.
Bila melihat ancaman ini, tampaknya lebih strategis jika Indonesia mengembangkan pesawat serang ringan yang memiliki kemampuan ground attack , maritme patrol dan counter--insurgency bermesin turboprop ketimbang jet tempur generasi 4.5 yang bisa jadi hanya Indonesia dan Korea Selatan yang menggunakan.Â
Bisakah jet tempur generasi 4.5 KFX/IFX kerjasama Korsel dan Indonesia dijual bersaing dengan jet tempur buatan Paman Sam, Rusia dan konsorsium Eropa !!
Ancaman terorisme, penyelundupan, pemberontakan yang sudah tidak lagi hanya analisa tetapi sudah nyata seperti KKB di Papua, hal itu menjadi ancaman bersama ASEAN.Â
Artinya dalam pengembangan pesawat serang ringan akan ada peluang, karena ada ancaman dan ada potensi ekspor. Filipina misalkan, ancamannya cukup lengkap, yakni religious conflicts, extrimism, insurgensi, dan kartel narkoba, semua ada di sana. Musuh negara-negara dunia ketiga tidak seperti konflik di Timur Tengah dimana musuh memiliki senjata anti pesawat terbang yang kemungkinan disokong negara besar pesaing.
Bila kita melihat bagaimana T-50 Golden Eagle memegang peran penting dalam kemenangan militer Filipina terhadap gerombolan Isnilon Hapilon di Marawi. Namun, T-50 Golden Eagle ini bagi Duterte dianggap terlalu mahal dalam biaya operasional karena merupakan jet tempur.Â
Pesawat serang ringan memiliki kelebihan biaya operasional tidak sebesar jet tempur. Selain biaya operasi tidak tinggi, pesawat serang ringan pun untuk biaya perawatan murah dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.Â
Dengan kecepatan terbang yang rendah, pesawat tempur ringan sangat cocok digunakan sebagai pesawat serang darat, dukungan dari udara untuk pasukan darat, dan pemantau gerakan musuh. Kelebihan lainnya pesawat tempur ringan lebih banyak membawa amunisi dibandingkan helikopter.
Jika Indonesia mampu mengembangkan pesawat serang ringan bermesin turboprop dengan harga yang lebih murah dari Super Tucano, Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup bagus di ASEAN. Lagipula, Super Tucano masih belum memiliki kompetitor yang sebanding di ASEAN. Patut diketahui Indonesia berpengalaman dalam menjual CN-235 ke negara sahabat ASEAN, Afrika dan negara dunia ketiga.
..
3. Kesiapan Indiustri Pertahanan Udara Sudah Siap