"Jangan sampai akibat kekhawatiran kita minus pemahanan yang memadai, kemudian kita berdosa karena tidak menunaikan atas hak jenazah dengan melakukan penolakan pemakaman. Ini berarti dosa dua kali," kata Asrorun Ni'am Sholeh, Sekretaris Komisi Fatwa MUI dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (4/4).
Pagi menjelang siang yang cerah saat berada di kamar rumah, daku membaca forward whats apps group RSKO Jakarta dengan link berita dari portal regional kompas.com yang berjudul "Ditolak Warga, Lokasi Pemakaman Perawat positif Corona Dipindah" (DI SINI).
Agar tidak termakan isu hoaks, daku pun mencari di search engine "Google" ternyata link berita itu benar ada nya. Bahkan ada yang menforward video dimana orang tua dari keluarga Perawat yang meninggal tersebut memohon kepada warga untuk bisa memakamkan anak nya.
Daku pun terkaget, karena saat daku kecil dulu pernah diingatkan oleh Guru Mengaji bahwa kewajiban bagi lingkungan tempat dimana orang yang meninggal untuk mengurusi jenasahnya. Yang berdosa tidak hanya satu orang saja tetapi satu kampung bila menolak mengurusi jenasah, Â pesan guru mengaji ku saat tinggal di Pondok-Pinang.
Daku bukanlah seorang alim ulama dan tidak memiliki keilmuan agama Islam yang baik, untuk itu daku pun mencari referensi mengenai kewajiban menunaikan hak jenasah.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Fatwa, Sholahuddin Al-Aiyub menyampaikan melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (8/4/2020) "Dalam Islam, penguburan jenazah hukumnya fardlu kifayah. Artinya, umat Islam yang ada di daerah tersebut adalah yang paling berkewajiban melaksanakan hak-hak jenazah. Ia juga mengatakan bahwa dalam Islam tidak dibolehkan menunda-nunda penguburan jenazah"
Portal berita lainnya yakni metropolitan.id yang merupakan anak usaha Radar Bogor Group holding Jawa Post Group pernah merilis sebuah berita yang berjudul "Tolak Jenazah, Satu Kampung Nanggung Dosa" (DI SINI) yang cocok dengan yang disampaikan oleh guru mengaji ku dahulu.
Dalam berita tersebut, Ketua MUI Kabupaten Bogor KH Ahmad Mukri Aji, warga yang meninggal dunia karena virus corona dikategorikan meninggal dalam keadaan syahid fil akhiroh. Sehingga tidak ada alasan untuk disoal karena harus mendapat perlakuan sama. Mulai dari dimandikan, dikafani, disalatkan hingga dimakamkan.Â
"Kalau satu kampung menolaknya, semuanya warga satu kampung akan berdosa. Semuanya sudah dijamin aman sesuai prosedur penanganan jenazah Covid-19. Jadi pasti aman dan tidak ada alasan untuk menolak. Jadi saya minta masyarakat agar tetap tenang dan jangan mudah terpancing hal yang belum tentu kebenarannya," pintanya.
Masyarakat yang resah dan khawatir penguburan Jenasah bila kita melihat pemberitaan ialah masyarakat di daerah. Untuk itu pentingnya untuk mengedukasi masyarakat mengenai Covid-19 secara tepat oleh Pemerintah Daerah. Sudah saatnya Kominfo menyaring berita-berita hoaks di Whats Apps Group yang meresahkan masyarakat.
Apa yang dilakukan Pemerintah dan beberapa portal berita dalam teknik komunikasi acapkali terlihat menggunakan bentuk propaganda informasi. Janganlah portal berita menggunakan momentum Covid-19 dijadikan bad news is good news.Â
Memang bila Masyarakat tidak ditakut-takuti maka kewaspadaan nya kurang, tetapi bila cara komunikasi nya kurang tepat yang terjadi ketakutan berlebihan dan dapat berujung masalah sosial..... Apakah Covid-19 seperti Ebola !!!
Waspada Boleh Panik Jangan
Mungkin para Alim Ulama bisa lebih aktif terlibat di Whats Apps Group (WAG) menyampaikan bahwa yang menolak mengurusi jenasah dapat berdampak satu kampung berdosa.Â
Kalau perlu Pak Lurah, Pak RW dan Pak RT ikutan WAG warga namun tidak dengan nomor pribadi biar bisa mengitip dan nyemprit bagi provokator. Para leader ini dapat share informasi mengenai penanganan jenasah Covid-19 oleh tenaga kesehatan sehingga aman untuk dimakamkan. Adanya penolakan penguburan jenazah Covid-19 disebabkan karena salah paham serta ketidaktahuan masyarakat.
Dari sisi protokol medis penanganan jenazah Covid-19 yang dilakuakan oleh tenaga kesehatan sudah memperhatikan keselamatan tempat pemakaman. Jenazah Covid-19 dikafani dan dilapisi kantong jenazah berbahan plastik yang tidak tembus.Â
Jenazah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam peti yang juga telah sesuai protokol medis. Artinya pada saat dikebumikan, tetesan itu bisa diantisipasi tidak terjadi. Protokolnya bukan hanya menjaga orang yang menguburkan, tetapi juga keselamatan orang yang ada di daerah sekitar jadi aman.
MUI pun telah mengeluarkan beberapa fatwa terkait Covid-19, di antaranya Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Bagi Muslim yang Terinfeksi Covid-19.Â
Jadi hindari Virus nya bukan Jenasah, apakah kalian yang menolak pemakaman jenasah siap bila anggota keluarga Kalian ternyata ada yang meninggal karena Covid-19 !!
----------
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H