Akhir bursa transfer Januari 2020 AC Milan berhasil merekrut wonderkid Anderlecht, Alexis Saelemaekers. Pemain serba bisa yang berposisi asli sebagai winger kanan berusia 20 tahun, diketahui akan direkrut sebagai pengganti Suso yang bertolak ke Sevilla.Â
Milan akan memboyongnya ke San Siro sebagai pemain pinjaman dengan bayaran satu juta euro. Bila memenuhi ekspatasi, Milan juga memiliki klausul pembelian wajib senilai 7 juta euro di akhir masa pinjaman.Â
Sebelum kedatangan Saelemaekers sejatinya AC Milan pernah memiliki beberapa sosok wonderkid yang menterang di awal-awal musim saat merumput di San Siro. Tapi kemudian karena cedera, permainan yang angin-anginan, dan kalah bersaing dengan bintang baru yang direkrut membuat sinar mereka meredup dan kemudian dijual ke tim lain.Â
Ada 5 sosok wonderkid yang pernah berseragam merah hitam dan bersinar dan kemudian terbuang, ini dia sosok-sosoknya;
1. Alexander Pato
Pato membela AC Milan pada 2007 hingga 2013. Dia mencetak 57 gol pada empat musim pertama. Sang bebek ini menjadi harapan besar bagi publik San Siro ketika Andry Shevchenco hengkang ke Chelsea.Â
Namun, pemilik nama lengkap Alexandre Rodrigues da Silva itu hanya menghasilkan enam gol pada dua musim berikutnya. Performanya terganggu akibat cedera yang kambuhan.
Penyerang berambut ikal ini ternyata tidak mampu menggeser sang Raja offset Flippo Inzaghi menjadi target man. Walaupun tidak memiliki skill mempuni, Inzaghi memiliki insting gol melebihi Pato.
Pato harus berbagi peran ketika dengan hadirnya bintang Brasil, Robinho yang masuk ke squad Milan pada jendela transfer 2010. Pada musim sebelumnya 2009/2010, sinar Pato begitu bersinar sebagai wonderkid. Tapi, kehadiran mantan pemain Real Madrid bernomor 10 ini mengganggu jumlah waktu bermain Pato.Â
Apalagi di musim 2011-2013, Milan dipenuhi pemain berkelas diposisi Pato beroperasi seperti Kevin Prince Boateng yang kemudian menjadi pemilik no.10 Milan. Acapkali Kevin Prince Boateng ditarik agak kedepan sebagai tandem penyerang murni.
Kehadiran wonderkid lain pada musim 2011, El Shaarawy mengganggu Pato yang memiliki gaya bermain begitu  mirip. Sang Firaun (El Shaarawy) ini juga mengandalkan kecepatan dan dribbling. Mereka berdua sama-sama berposisi sebagai forward (tandem penyerang murni) dan wonderkid. Ada pepatah tidak ada dua matahari yang bersinar maka matahari yang lain harus dikorbankan.