Buat daku Imperfect salah-satu film buatan anak negeri yang patut mendapat apresiasi karena memberi pesan moral. Daku sendiri sampai menonton 2 kali.
Apa mungkin karena daku semasa kecil sebagai korban bullying dan body shaming? Yaks daku memiliki keunikan mata yang jereng dan saat masih duduk di bangku sekolah memiliki tubuh yang pendek dengan kulit sawo matang (hitam kata orang bilang).
Imperfect merupakan film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa dan diangkat dari novel karya Meira Anastasia. Berangkat dari masalah dalam kehidupan sehari-hari, film ini menjadi salah satu film yang sangat dinantikan oleh penonton. Film ini memberi tahu kita bahwa ternyata tidak sempurna adalah bagian lain dari sempurna itu sendiri.Â
Berikut 5 alasan kenapa kamu harus nonton film Imperfect:
1. Pesan Moral Bahwa Unik (Berbeda) Itu Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
Ternyata keunikan pada tubuh masing-masing individu itu nyata. Ini yang ditampilkan pada film Imperfect di mana berbagai bentuk tubuh, beragam wajah dari berbagai kultur bangsa, dan keunikan masing-masing individu diperlihatkan.
Film ini mengingatkan kita atas pesan Illahi "Manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal". Coba bayangkan bila semua dagu orang Indonesia berbentuk V seperti artis K-Pop dan memiliki wajah, kulit, bentuk yang sama, bisa-bisa kita sulit mengenali tetangga kita sendiri (bisa ketuker-tuker).
Ternyata masih banyak orang hidup dengan standar orang lain, begitulah Ernest menggambarkan isu-isu pada film ini.
2. Isu Generasi Millenial Diangkat dalam Film
Bullying/mencomooh/mengata-ngatai, body shaming (memperolok tubuh orang lain), hingga insecurity (merasa tidak aman) merupakan hal yang pernah kamu dengar dan rasakan. Dalam film digambarkan saat Rara (Jessica Mila) kerap dapat omongan tidak enak di kantor, rumah, dan lingkungan sekitarnya gara-gara bentuk tubuhnya.
"Kita enggak perlu sempurna untuk dapat bahagia."
3. Menampar Pribadi Panjat Sosial, Walaupun Cantik Tetap Insecure (Tidak Aman)
Film Imperfect mengambil berbagai sudut pandang tentang imperfect (tidak sempurna). Sesempurna apa pun seseorang, tetap saja ia punya rasa insecure (merasa tidak aman).Â
"Cantik itu belum tentu bahagia."
Isu dalam film ini  sudah sering dibawakan banyak film seperti angka timbangan, berat badan, ketidakpercayaan diri, si cantik dan si buruk rupa. Namun film ini mampu menyuguhkan dengan scene yang bisa diterima dan seperti nyata dialami anak-anak milenial.
Dalam kehidupan nyata banyak selebritis yang enggak pede dengan bentuk tubuhnya sehingga menjalani operasi plastik ke Thailand dan Korea.Â
Film ini cukup menampar pecinta panjat sosial, isu-isu milenial dikuatkan dengan budaya media sosial, dan fenomena panjat sosial yang sudah sangat dekat dengan masyarakat.Â
Terdapat sosok Boy William sebagai King George dalam film ini yang mempresentasikan influencer-influencer "sok asyik" yang mengorbankan individu lain demi mendapatkan konten dan follower.
"Timbangan itu menunjukkan angka bukan nilai."
4. Hai Milenial, Tidak Perlu Baper Diejek dan Dibeda-bedakan oleh Keluarga, Kerabat, dan Teman
Banyak kejadian tanpa sadar dari orangtua dan keluarga dekat melakukan bullying kepada anak yang memiliki keunikan. Kejadian tanpa sadar tersebut ditampilkan dalam beberapa adegan.
Apakah Ernest memberi pesan tersirat kepada kaum milenial dan post-milenial bahwa apa yang dilakukan oleh orangtua adalah wujud kedekatan? Jadi kalian jangan mudah baper, carilah jalan untuk penerimaan diri, kecuali penghinaan diri.
Saat kita masih tinggal dengan orangtua pastinya kita mengalami dan merasakan pembedaan dengan saudara kita oleh orangtua. Film ini juga menunjukkan bahwa pembedaan ini bukan karena ingin dibeda-bedakan, tapi lebih kepada kebutuhan dari masing-masing anak yang berbeda.Â
Untuk itu ajak anak-anak usia ABG untuk menonton film ini.
5. Drama, Namun Kuat di Komedi Milenial
Ernest Prakasa berhasil membuat film drama yang keren abis, itu adalah Imperfect. Film ini adalah drama yang diangkat dari kisah Istrinya sendiri yang kemudian dibukukan.Â
Kisah drama mengalir dalam film Imperfect tapi apa yang disajikan justru elemen komedinya sangat kuat. Siapa pun tahu, dalam setiap filmnya, Ernest memang selalu menempatkan komedi lewat para komika-komika yang diajaknya bergabung.Â
Hal yang sama tersaji dan terulang lagi di film Imperfect. Alih-alih menguatkan dramanya, namun plot-plot komedi film ini sangat-sangat kuat dan membekas. Celotehan khas anak-anak milenial dimunculkan.Â
Film ini menceritakan bagaimana  isu seputar insecure dan body shaming dengan gaya ringan, penuh celotehan dan canda-tawa. Beberapa scene yang mungkin diceritakan Ernest melalui lawakan-lawakan yang pas dengan kondisi saat iniÂ
"Mencintai ketidaksempurnaan itu enggak apa-apa."
___________________________
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Web [DISINI] , Blog [DISINI] , Twitter [DISINI] , Instagram [DISINI] Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H