Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Industri Pertahanan Indonesia 10 Tahun ke Depan, Seperti Apa?

25 Desember 2019   08:23 Diperbarui: 28 Desember 2019   17:39 3275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Drone MALE buatan Indonesia I Sumber Foto : IG Dirgantara Indonesia

Sebagai anak negeri apa impian/imajinasi kita menyangkut industri pertahanan Indonesia 10 tahun kedepan (2020 s/d 2029) ? bila pertanyaan ini ditujukan kepada seluruh anak bangsa jawabannya akan sangat beragam.

Bila kita bicara industri pertahanan 10 tahun kedepan maka kita harus mengetahui keinginan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam mengembangkan industri pertahanan Indonesia. Jokowi dalam beberapa kesempatan menyampaikan yang ada visi misi Presiden para Menteri mengikuti.

Deskripsi : Presiden RI, Joko Widodo memimpin rapat terbatas pengadaan alutsista, jumat (22/11/2019) I Sumber Foto : jpp.go.id
Deskripsi : Presiden RI, Joko Widodo memimpin rapat terbatas pengadaan alutsista, jumat (22/11/2019) I Sumber Foto : jpp.go.id
Presiden RI saat memimpin rapat terbatas mengenai pengadaan alutsista di Kantor Presiden Jakarta, Jumat (22/11/2019), meminta Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, dalam pengadaan alutsista orientasinya adalah betul-betul strategic partnership untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa sehingga kita memiliki kemampuan untuk memproduksi alusista yang dikerjasamakan (BUMN dan Swasta).

Tambah Presiden RI, Indonesia harus menjadi negara yang kuat dan disegani di kawasan Asia Timur. Untuk mencapainya diperlukan alat pertahanan untuk mengantisipasi perang di masa mendatang.

Jokowi ingin pengadaan alutsista dengan teknologi yang modern, sehingga tidak ketinggalan zaman. Dia menilai pengadaan alutsista juga harus mempertimbangkan corak peperangan di masa depan.

Mantan Gubenur DKI Jakarta dan walikota Solo ini menginginkan menyetop impor alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari luar negeri. Menhan RI diharapkan dapat memanfaatkan anggaran kementerian untuk memacu pengembangan industri strategis di bidang pertahanan dari hulu sampai dengan hilir dan berorientasi ekspor.

Baca juga : Pasar Luar Negeri tertarik Alutsista RI, Industri Pertahanan Mulai Bangkit

Kebijakan industri pertahanan RI tidak lepas Komite Kebijakan Industri Pertahanan Indonesia (KKIP). Bila kita membaca di situs resmi (kkip.go.id), mengacu pada Undang-undang Nomor 16 tahun 2012 dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya secara konsisten maka cita-cita untuk memiliki Industri Pertahanan yang maju, kuat, mandiri dan berdaya saing akan dapat terwujud, yang pada akhirnya akan bermuara pada terwujudnya kemandirian pemenuhan kebutuhan Alpalhankam yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh TNI, Polri dan Kemeterian/Lembaga lainnya. 

_________________

10 tahun Kedepan, ini dia Industri Pertahanan Indonesia

Industri Pertahanan Indonesia 10 tahun kedepan pastinya tidak lepas dari kebutuhan alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada 2024, target minimum essential force (MEF) Alutsista Indonesia sebesar 100%. Hingga tahun ini, perkembangan pemenuhan MEF sudah mencapai 74%.

Pengembangan Industri Pertahanan Indonesia 10 tahun kedepan juga harus melihat ancaman pertahanan dan keamanan kedepan. Saat ini dan dalam kurun waktu 5  s/d 10 tahun ke depan, kita menghadapi ancaman nyata seperti  krisis perbatasan perairan di utara Natuna, terorisme, radikalisme, dan separatisme. 

Selain empat ancaman, Indonesia akan menghadapi ancaman nyata lain seperti bencana alam, wabah penyakit, penyelundupan narkoba, dan cyber attack. Ada pula separatis yang masih terjadi di beberapa daerah yang rentan konflik terbuka. Para separatis bisa mendapat senjata karena adanya penyelundupan dan perdagangan gelap. 

Deskripsi : Tank Harimau bisa menjadi komoditi ekspor I Sumber Foto : Pindad
Deskripsi : Tank Harimau bisa menjadi komoditi ekspor I Sumber Foto : Pindad
Bila melihat dari visi misi Presiden, Kemenhan RI, Komite Kebijakan Industri Pertahanan Indonesia (KKIP) memiliki satu tujuan yang jelas yaitu kemandirian industri pertahanan sesuai dengan perang masa depan dan berorientasi ekspor. 

5 atau 10 tahun ke depan, TNI dalam penggunaan teknologi militer masih menggunakan platform yang sama dalam menjalankan tugasnya. Tapi bila dilihat dari perkembangan teknologi militer akan ada perubahan dari sisi teknologi indormasi (TI) dan Teknologi Cyber (TC).

Platform milter untuk masing-masing angkatan untuk Angkatan Darat menggunakan kendaraan-kendaraan tempur (ranpur), Angkatan Laut menggunakan kapal, dan Angkatan Udara pakai pesawat, 

Amat diyakinkan bahwa kedepan penggunaan teknologi informasi  (TI) dan  teknologi cyber seperti kecerdasan buatan (AI) atau robotic, big data & analitic, dan C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) akan menjadi patner dari persenjataan utama seperti kapal, drone, pesawat dan ranpur militer.

_

Industri Pertahanan Dirgantara untuk Menutup Ruang Udara

Industri-industri  pertahanan Indonesia harus sudah berinovasi ke arah teknologi informasi dan teknologi cyber untuk diintergrasikan dengan sistem alutsista yang dikembangkan saat ini agar memiliki nilai jual seperti drone, meriam, tank, kapal perang, helikopter, pesawat, dll.

Sebagai contoh bagaimana Amerika Serikat masih dapat mengekspor pesawat tempur era 70-an  F-16 karena berinovasi dengan memasukkan teknologi F-35 dalam badan pesawat. Dengan penambahan radar AESA dan consul modern di kokpit dapat memberikan nilai lebih dari pesawat tempur generasi ke 4 ini menjadi generasi 4++.

Bila melihat dari ancaman dan kemandirian industri pertahanan, Indonesia patut meneruskan kerjasama dengan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur generasi 4++, KFX/IFX. Diharapkan kita bisa mendapatkan transfer teknologi pengembangan pesawat tempur buatan sendiri kedepan. 

Bila kita mengejar pesawat tempur generasi ke 5 akan sulit. Rusia dan China sendiri mengejar ketertinggalan membuat pesawat tempur siluman perlu puluhan tahun dari Amerika Serikat. 

Untuk memenuhi MEF tidak hanya kebutuhan kualitas tapi juga kuantitas alutsista untuk menutupi ruang udara Indonesia yang luas. Yang perlu dikejar ialah bagaimana mendapatkan alih teknologi dalam pembuatan drone bersenjata dan radar militer.

Mengejar teknologi pesawat tempur dalam 10 tahun kedepan terbilang sulit tercapai, yang ada didepan mata ialah pengembangan teknologi drone militer. Indonesia sejak 2015 telah mengembangkan drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang mampu menjalankan misi ISR penuh (inteligence, surveilance, reconnaisance). Pesawat tanpa awak ini rencananya diproduksi tahun 2022. 

Program MALE adalah program berdasarkan Permen Ristek DIKTI no 38 Tahun 2019, BPPT merupakan Koordinator Program MALE yang memimpin sebagai koordinator Program dan Anggaran kegiatan tersebut dalam program Konsorsium PRN 2020-2024, beranggotakan 7 K/L dibawah koordinasi BPPT. 

Di samping BPPT, sumber penganggaran kegiatan program ini juga berasal dari Kementerian/Lembaga (K/L) lainnya seperti Kementerian Pertahanan dan LAPAN.

Deskripsi : Drone MALE buatan Indonesia I Sumber Foto : IG Dirgantara Indonesia
Deskripsi : Drone MALE buatan Indonesia I Sumber Foto : IG Dirgantara Indonesia
Konsorsium MALE melibatkan K/L Kementerian Pertahanan, TNI-AU, BPPT, LAPAN, ITB, PTDI, dan PT Len (Persero) sehingga pihak-pihak yang terkait/terlibat dalam pembuatan Drone MALE adalah Konsorsium MALE, bukan hanya PTDI.

Drone ini mampu beroperasi selama 24 jam dengan ketinggian 15.000 kaki dan jangkauan jelajah 5000 km. Spesifikasi drone ini serupa dengan milik drone CH-4 (China), Anka (Turki) dan Patroller (Safran-Perancis). Bila Pesawat tanpa awak ini diproduksi massal dengan spesifikasi militer dapat digunakan sebagai patroli udara untuk menutupi ruang udara dari sisi keamanan dan pertahanan.

Bila dalam 10 tahun kedepan Indonesia mengembangkan kapal induk helikopter maka jangan lupakan pengadaan helikopter angkut berat. Kebutuhan dasar TNI AU dan TNI AD sesuai dengan minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI tahap kedua masih cukup banyak. Untuk heli serbu butuh 40, baru bisa dukung 9. Untuk heli angkut berat, kebutuhannya 100, baru bisa dukung 8.

PT.Dirgantara Indonesia (PT.DI) telah mampu merakit helikopter angkut berat berkerjasama dengan Airbus. Kementerian Pertahanan pada bulan april 2019 telah menandatangani serangkaian kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan atau alutsista untuk kebutuhan TNI di kompleks PT Pindad. 

Salah satunya pembelian helikopter Super Puma NAS-332C1. Transfer teknologi helikopter angkut amat penting agar Indonesia tidak hanya menjadi perakit tapi 100 % produk dalam negeri.

_

Menjaga Pertahanan dan Keamanan Sudah Saatnya Pengembangan Radar Militer

Berdasarkan riset yang dilakukan Kemenristek Dikti, Indonesia memerlukan 1.000 unit radar yang digunakan untuk memantau pergerakan kapal di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di daerah perbatasan. 

Pada saat ini Radar yang sudah beroperasi di Indonesia yaitu Radar Hanud (berjumlah 19 Unit dengan komposisi: 6 unit Radar Thomson TRS 2230 D Radar Generasi Ketiga, 4 unit Radar Plessey AWS II, 3 unit Radar Siemens-Plessey dan 6 unit Radar Master T buatan Thales-Perancis), Radar pesawat tempur dan Radar kapal perang. 

Radar Hanud, Radar pesawat tempur dan Radar kapal perang sebagian besar merupakan Radar buatan luar negeri. Saat ini industri dalam negeri belum mampu membuat Radar jenis tersebut. 

Deskripsi : Len S200 Air Surveillance Radar, radar pengembangan PT.LEN I Sumber Foto : Kumparan
Deskripsi : Len S200 Air Surveillance Radar, radar pengembangan PT.LEN I Sumber Foto : Kumparan
Namun, beberapa jenis Radar pantai seperti Radar ISRA dan Radar INDRA telah dikembangkan oleh institusi Litbang dan industri swasta nasional. PT Len Industri (Persero) sebenarnya sudah memiliki produk sendiri radar 2D (Len S200 Air Surveillance Radar), namun untuk yang 3D kita masih dalam tahap pengembangan.

Untuk itu Indonesia pada selasa (19/11/2019) telah bekerjasama dengan Leonardo dalam pengadaan Radar Pertahanan Medium Range di Bangkok di ajang Defence & Security 2019 yang diharapkan dalam satu dekade kedepan Indonesia sudah dapat mengembangkan radar militer.

Ketersediaan radar di Indonesia masih terbilang sedikit dibanding dengan luasnya wilayah Indonesia, masih banyak daerah di Indonesia yang tidak terpantau oleh radar yang sudah ada, khususnya didaerah terpencil serta daerah dengan lokasi pegunungan. Masih tidak terpantaunya beberapa wilayah Indonesia bisa menjadi celah pertahanan dan keamanan.

_

Indonesia Negara Kepulauan dan Rawan Bencana Jangan Lupakan Industri Pertahanan Maritim 

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ancaman yang ada sebaik industri pertahanan maritim harus menjadi pilar. Indonesia telah merintis dan mengembangkan dan memproduksi sendiri kapal selam berkerjasama dengan Korea, kapal perusak kawal rudal, kapal rumah sakit, kapal angkut personel & ranpur, tank boat dan kapal induk helikopter.

Sebagai negara rawan bencana alam, sudah saatnya Indonesia fokus mengembangkan kapal induk helikopter dan helikopter militer angkut berat. Untuk mempunyai kapal induk pesawat tempur, rasanya bagai pungguk merindukan bulan, 

Namun bila yang jadi rujukan adalah kapal induk helikopter, tentu ini sangat realistis, dan secara teknologi sudah memungkinkan dibangun oleh industri strategis dalam negeri. 

Deskripsi : Kapal Induk Helikopter yang dikembangkan oleh PT.PAL I Sumber Foto : PT.PAL
Deskripsi : Kapal Induk Helikopter yang dikembangkan oleh PT.PAL I Sumber Foto : PT.PAL
Sekitaran tahun 2013,  PT PAL sudah resmi memperlihatkan desain mockup serta spesifikasi helicopter carrier. PT.PAL telah sukses membangun kapal bertonase besar, seperti LPD (Landing Platform Dock) dan kapal pengangkut barang (kargo) Star 50, yang dapat menjadi platform kapal induk helikopter. 

Hadirnya kapal induk helikopter merupakan suatu kebutuhan strategis, kehadirannya tak sekedar membuat efek deteren di kawasan, lebih dari itu peran kapal induk helikopter penting untuk mendukung operasi kemanusiaan bila suatu waktu diperlukan. Bila Indonesia mampu membuat kapal induk helikopter sepertinya akan laku dipasaran.

Deskripsi : Tank Boat Antasena yang dikembangkan oleh PT.Ludin berkerjasama dengan Belgia I Sumber Foto : indomiliter.com
Deskripsi : Tank Boat Antasena yang dikembangkan oleh PT.Ludin berkerjasama dengan Belgia I Sumber Foto : indomiliter.com
Indonesia telah kebanjiran peminat negara lain untuk Tank Boat Antasena yang dikembangkan oleh PT Lundin sejak 2017. Tank boat tersebut cocok dengan kharakteristik Indonesia karena merupakan kapal tempur yang bisa dioperasikan tidak hanya di laut, tapi juga di perairan kecil, seperti kawasan pantai, rawa, dan sungai. Kapal dengan spesifikasi tersebut belum pernah diproduksi sebelumnya oleh industri kapal dunia.

_

Kendaraan Tempur (Ranpur) dan Tank Medium Bisa menjadi Primadona Ekspor Alutsista

Untuk kebutuhan ekspor kendaraan tempur dan tank bisa menjadi primadona dalam 10 tahun mendatang. Indonesia melalui PT.Pindad saat ini sudah mampu membuat ranpur (Anoa, Komodo, dll) dan Tank Medium berjuluk Harimau. Bahkan ranpur buatan PT.Pindad telah teruji dan digunakan dalam misi perdamaian PBB.

Deskripsi : Ranpur dan Tank yang diproduksi PT.Pindad I Sumber Foto : Pindad
Deskripsi : Ranpur dan Tank yang diproduksi PT.Pindad I Sumber Foto : Pindad
Indonesia telah berhasil mengembangkan Tank Medium Harimau yang berbobot ringan. Tank medium ini sudah dilihat langsung kemampuannya oleh delegasi militer Filipina pada 27 september 2019 . Bila nantinya Filipina membeli produk ini, akan menjadi pembuka jalan pasar di Asia dan Afrika.

Senapan Serbu (SS)-2 , amunisi kaliber 5,56 milimeter & 9 milimeter menjadi andalan Pindad dalam urusan ekspor. Selain itu sejumlah senjata seperti pistol MAG4 dan G2 juga menjadi andalan Pindad. BUMN ini juga sedang mengembangkan produk keamanan siber dimana saat ini perang cyber sudah sangat nyata wujudnya.

Sepertinya produk yang buatan Pt.Pindad masih akan menjadi pemimpin industri pertahanan Indonesia 10 tahun mendatang. Pindad harus melakukan inovasi untuk menghasilkan varian baru atau melakukan evaluasi dan koreksi untuk menghasilkan produk denga kualitas terbaik.

___________________________________

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web [DISINI] , Blog [DISINI] , Twitter [DISINI] , Instagram [DISINI] Email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun