Pengembangan Industri Pertahanan Indonesia 10 tahun kedepan juga harus melihat ancaman pertahanan dan keamanan kedepan. Saat ini dan dalam kurun waktu 5  s/d 10 tahun ke depan, kita menghadapi ancaman nyata seperti  krisis perbatasan perairan di utara Natuna, terorisme, radikalisme, dan separatisme.Â
Selain empat ancaman, Indonesia akan menghadapi ancaman nyata lain seperti bencana alam, wabah penyakit, penyelundupan narkoba, dan cyber attack. Ada pula separatis yang masih terjadi di beberapa daerah yang rentan konflik terbuka. Para separatis bisa mendapat senjata karena adanya penyelundupan dan perdagangan gelap.Â
5 atau 10 tahun ke depan, TNI dalam penggunaan teknologi militer masih menggunakan platform yang sama dalam menjalankan tugasnya. Tapi bila dilihat dari perkembangan teknologi militer akan ada perubahan dari sisi teknologi indormasi (TI) dan Teknologi Cyber (TC).
Platform milter untuk masing-masing angkatan untuk Angkatan Darat menggunakan kendaraan-kendaraan tempur (ranpur), Angkatan Laut menggunakan kapal, dan Angkatan Udara pakai pesawat,Â
Amat diyakinkan bahwa kedepan penggunaan teknologi informasi  (TI) dan  teknologi cyber seperti kecerdasan buatan (AI) atau robotic, big data & analitic, dan C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) akan menjadi patner dari persenjataan utama seperti kapal, drone, pesawat dan ranpur militer.
_
Industri Pertahanan Dirgantara untuk Menutup Ruang Udara
Industri-industri  pertahanan Indonesia harus sudah berinovasi ke arah teknologi informasi dan teknologi cyber untuk diintergrasikan dengan sistem alutsista yang dikembangkan saat ini agar memiliki nilai jual seperti drone, meriam, tank, kapal perang, helikopter, pesawat, dll.
Sebagai contoh bagaimana Amerika Serikat masih dapat mengekspor pesawat tempur era 70-an  F-16 karena berinovasi dengan memasukkan teknologi F-35 dalam badan pesawat. Dengan penambahan radar AESA dan consul modern di kokpit dapat memberikan nilai lebih dari pesawat tempur generasi ke 4 ini menjadi generasi 4++.
Bila melihat dari ancaman dan kemandirian industri pertahanan, Indonesia patut meneruskan kerjasama dengan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur generasi 4++, KFX/IFX. Diharapkan kita bisa mendapatkan transfer teknologi pengembangan pesawat tempur buatan sendiri kedepan.Â