Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Minke 'Monyet', Blogger "Zaman Old" yang Berani Melawan Ketidakadilan

23 Agustus 2019   23:16 Diperbarui: 23 Agustus 2019   23:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daku belum pernah membaca Buku "Bumi Manusia" namun ini yang membuat ku dapat menikmati film ini tanpa harus menyamakan dengan buku nya. Itu pun sama yang daku lakukan saat menonton Film Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dilan, Kambing Jantan, dan beberapa film lainnya. Walaupun berujung membeli buku/novel dari film yang daku tonton. 

Bagi daku Film Bumi Manusia bisa terasa berat bagi sebagian generasi, apalagi generasi millenial dan post millenial. Mereka harus mampu mencerna isu-isu zaman old di era Hindia Belanda yang relevan dengan situasi saat ini. Hanung Bramantyo terlihat menggunakan trik dalam membuat film ini agar dapat dinikmati oleh generasi era saat ini.

Isu pribumi yang dipersamakan dengan hewan (monyet), sehingga tak boleh masuk ke rumah makan khusus bangsa Eropa. Adapula bagaimana sebuah bangsa yang jadi babu di tanah sendiri, Eropa dijadikan kiblat kemajuan namun hukumnya timpang, pria pribumi tidak etis menikahi perempuan eropa / keturunan eropa (indo), para perempuan pribumi diperistri bangsa eropa tanpa payung hukum yang jelas (gundik), hingga pandangan negatif kepada para gundik.

Banyaknya isu yang nggak banget di era ini, dikemas dengan lebih kekinian namun untuk budaya timur  dan muslim terbilang kebablasan. Bagaimana seorang perempuan dicium oleh seorang pria didepan ibu nya, sex bebas, tidur sekamar satu rumah belum berstatus menikah, hal ini bisa daku bilang bukan pelajaran yang baik bila ini menyasar para penonton ABG.

Pembuat film ini berusaha menaruh ruh film Dilan dalam rayuan Minke (Iqbaal). Bisa dibilang Dilan di era Hindia Belanda, muncul dalam sosok Minke. Film Bumi Manusia patut diapresiasi, meski dengan sejumlah catatan. Salman Aristo sebagai penulis naskah pun cukup lengkap menghadirkan alur cerita serta karakter-karakter. 

Cerita Romansa dalam film drama diperkuat saat momen pertemuan Annelies (Mawar Eva de Jongh) dan Minke (Iqbaal Ramadhan). Yang membuat film ini bisa meraih Piala Citra bagaimana kharakter Nyai Ontosoroh yang diperankan secara baik oleh Ine Febriyanti. Ia merupakanGundik / Nyai di era Hindia Belanda melawan diskriminasi terhadap pribumi, hingga perlawanan nya di pengadilan kulit putih. 

--------------------

Bagi pecinta film Indonesia sebaiknya menonton film ini. Buat daku layak diberi rating 8,5. Walaupun daku sangat tidak srek dengan beberapa adegan.

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun