Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia itu Mudah, 'Jangan Takut Berbagi' Apakah Rahasianya ?

3 April 2019   22:12 Diperbarui: 7 April 2019   22:30 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Founder Coin A Chance, Nia berbaju biru dan Hanny berbajuputih I Sumber Foto : dokpri

_

Sekeping Coin Mampu Menyekolahkan Anak Bangsa
Hanny menyampaikan koin yang terkumpul dalam Gerakan Coin A Chance itu ditukar ke bank terlebih dahulu. Namun ada setoples masih berupa kumpulan coin selain uang yang sudah ditukarkan di bank. Toples berisi coin itu sebagai simbolik kepada pihak sekolah bahwa pembiayaan adik asuh Coin A Chance melalui gerakan ini. 

Tahun 2011 menurut Hanny baru 7 (tujuh) orang anak yang dibantu. Saat ini (2019) Sudah lebih dari 75 anak yang telah dibantu biaya sekolahnya. Anak-anak atau adik asuh ini tersebar di 11 (sebelas) Chapter gerakan Coin A Chance.

Deskripsi : Coin Collecting Day di Taman Menteng I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Coin Collecting Day di Taman Menteng I Sumber Foto : dokpri
Bagaimana coin-coin ini bisa berkumpul, Nia menjelaskan bahwa setiap bulan di hari sabtu para voulenter berkumpul disuatu lokasi yang sudah ditentukan. Lokasi pun setiap hari perhitungan coin / Coin Collecting Day berpindah-pindah sesuai kesepakatan. 

Coin-coin ini bisa terkumpul juga melalui chapter-chapter Coin A Chance dibeberapa daerah dan lokasi. Bahkan beberapa chapter timbul dari diri mereka sendiri di daerah dengan menghubungi fanpage FB, Twitter dengan menanyakan apakah boleh di adopsi di daerah kami. 

Nia pun tidak menolak, asalkan tidak keluar dari apa yang sudah Hanny dan Nia jalankan yakni membantu biaya pendidikan adik-adik asuh Coin A Chance. Yang lebih terpenting mereka mampu mempertanggungjawabkan uang dari pengumpulan coin tersebut.

Sekecil apapun jumlah pengumpulan coin itu adalah uang sumbangan dari orang-orang yang berbaik hati. Nia menegaskan mempersilahkan bila para chapter sanggup menjalankan, tujuannya sama itu oke-oke saja  karena semakin banyak tempat makin baik.

Nia mengharuskan para chapter untuk memiliki blog dan akun sosial media karena dari situ Coin A Chance pusat memonitor. Bila ada lokasi yang jauh mereka pun belum tentu bisa datang kesana. Tapi kalau chapter-chapter memiliki Twitter dan Facebook, tim Coin A Chance pusat bisa pantau apakah chapter tersebut tetap aktif atau tidak.

Akun sosial media menjadi kontrol sosial untuk melihat komentar-komentar orang yang berada disana apakah gerakan ini berjalan baik. Tim Coin A Chance bisa melihat respon dari netizen. Ini merupakan salah satu cara Coin A Chance memonitor dan merupakan bentuk tanggung jawab kepada para pendonatur coin.

Menurut saya masyarakat Indonesia saat ini semakin canggih dalam berjejaring. Indonesia ini terdiri kerumunan massa yang sudah menjadi kerumunan besar apabila tidak di kelola dengan baik akan menjadi beban. Tapi apakah cukup peran pemerintah saja?

Indonesia yang begini besar penduduknya dengan munculnya gerakan-gerakan sosial yang luar biasa akan dapat membantu mengatasi semua masalah yang tercecer yang tidak mampu diselesaikan secara formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun