Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Campaign Produk Tidak Sehat Berbalut Audisi Badminton Membahayakan Generasi

31 Maret 2019   10:11 Diperbarui: 13 April 2019   15:51 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Audisi Badminton Berbahaya bagi generasi kah ?? I Sumber Foto : Lentera Anak Indonesia

Pada bulan februari 2019, saya melihat tayangan youtube sekumpulan anak berbaris menunggu giliran mendapatkan kaos dari sebuah brand produk rokok. Jumlah anak yang terlihat ratusan bahkan mungkin ribuan. Dari tahun video ini di upload terlihat sudah dibuat pada tahun 2018 dan ternyata banyak sekali video mengenai kegiatan ini. 

Anak-anak ini datang dari berbagai daerah untuk mengikuti audisi olahraga populer di Indonesia yaitu Badminton. Brand rokok menempel dibagian depan kaos yang mereka gunakan sebagai syarat audisi badminton. 

Berbahayakah menempelkan brand rokok di tubuh mereka dengan dalil Audisi Badminton menggunakan anak dibawah 18 tahun?

"Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan, yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek." -- Kotler

Pada minggu pertama bulan Maret 2019 saya sempat menonton video yang diunggah oleh fanpage Kantor Berita Radio-KBR (DI SINI). Video ini berjudul 'Setop Anak jadi Media Promosi Rokok'  yangdi unggah pada selasa, 19 februari 2019 pukul 09.00 wib.

Deskripsi : KBR dengan bersama, Reza Indragiri seorang Pakar Psikologi Forensik, Yayasan Lentera Anak dan Nina Mutmainah Armando yang merupakan Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.I Sumber Foto : fanpage KBR
Deskripsi : KBR dengan bersama, Reza Indragiri seorang Pakar Psikologi Forensik, Yayasan Lentera Anak dan Nina Mutmainah Armando yang merupakan Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.I Sumber Foto : fanpage KBR
Dalam program radio Ruang Publik KBR #RuangPublikKBR menelurkan edisi perdana #PutusinAja bersama, Reza Indragiri seorang Pakar Psikologi Forensik, Yayasan Lentera Anak dan Nina Mutmainah Armando yang merupakan Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Dalam siaran radio ini, KBR merilis temuan Yayasan Lentera Anak (YLA)  terhadap kegiatan Audisi Beasiswa Djarum Bulutangkis. Kegiatan ini dinyatakan sebagai sebuah audisi yang sudah berlangsung selama 10 tahun dan merekrut 23 ribuan anak yang dikumpulkan, di audisi, lantas yang menang dapat beasiswa badminton dari Djarum. Dari total 23 ribu anak yang ikut, maka yang dapat beasiswa hanya 200-an orang saja. 

YLA menerbitkan kajian berjudul “Smash! Eksploitasi Anak di Balik Audisi Badminton Djarum.” menemukan kalau anak-anak yang ikut audisi wajib pakai kaos khusus. Warnanya persis seperti bungkus rokok Djarum, juga dengan tulisan Djarum besar-besar di bagian dada. Di sini, anak-anak tampak seperti iklan berjalan. Karena itulah Yayasan Lentera Anak menyebut: ini adalah eksploitasi anak.    

Reza Indragiri berpendapat "Seperti yg sudah diberitakan oleh media mainstream dengan sangat gamblang bahwa audisi ini jelas di sponsori brand rokok ternama. Bila audisi badminton ini dianggap mereka (brand rokok) sebagai bagian Coorperate Social Resposibility maka sah sudah pernyataan organisasi kesehatan dunia WHO beberapa tahun lalu bahwa ini merupakan ironi yang sempurna" kesalnya.

Lanjut Reza kegiatan ini tidak bisa dianggap sebagai program pertanggungjawaban sosial, karena mana bisa sebuah produk yang sudah dinyatakan sebagai salah-satu benda yang paling mematikan di muka bumi disinergikan dengan kegiatan olahrga yang jelas-jelas sehat. Kapanpun ke dua hal tersebut tidak pernah bisa disandingkan.

Ia menambahkan dengan penekanan terhadap sebuah istilah dalam psikologi grooming behaviour. Reza mencontohkan bahwa kelakuan para predator sexual sama dengan audisi ini yaitu mendekati anak dengan senyuman, gembira dan bersahabat sehingga mereka bersemangat lalu kemudian dimangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun