Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Merintis Karir sebagai "Social Media Specialist" walaupun Dianggap Receh

26 Januari 2019   21:58 Diperbarui: 28 Januari 2019   16:16 2689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Twitter Analytic I Sumber Foto : Social Media Examiner

Jujur baru sekitar dua tahun terakhir daku sendiri baru mendengar profesi ini. Bahkan teman-teman daku di RSKO Jakarta ketika daku bilang sekarang social media memiliki sebuah pekerjaan yaitu Social Media Spesialist, mereka menunjukkan gestur tidak percaya. 

Oke kita kembali ke pengertian Social Media Specialist, bila daku baca-baca dan melihat youtube gampangnya seorang Social Media Specialist bertanggung jawab memegang kendali atas seluruh isi jejaring sosial sebuah perusahaan. Namun pekerjaan mereka tidak sebatas sekedar meng-upload foto atau menulis sebaris dua baris tweet saja. 

Setiap langkah (tweet, status, comment, dan konten) yang diambil seorang Social Media Specialist di dunia maya sudah terkalkulasi secara strategis. Dari penempatan konten berbeda untuk media yang berbeda (sesuai audiens), penggunaan kata kunci yang tepat, hingga perencanaan waktu publikasi sangat dibutuhkan untuk menjamin isi posting meraih audiens sebesar-besarnya dan memberi efek yang diinginkan.

Profesi ini terbilang sangat identik dengan kaum milenial bahkan Social Media Specialist telah berkembang dengan berbagai variasi jabatannya: Social Media Manager, Admin Social Media, Social Media Officer, dan lainnya. Beberapa tahun silam sekitar 5 tahun kebelakang, pekerjaan ini bisa dibilang tidak terdengar.

Deskripsi : Makin populer sebuah brand, maka makin serius memperkerjakan seorang social media spesialist I Sumber foto : linkedin
Deskripsi : Makin populer sebuah brand, maka makin serius memperkerjakan seorang social media spesialist I Sumber foto : linkedin
Bila kita melihat linkedin, jumlah orang yang berprofesi sebagai Social Media Spesialist semakin banyak di perusahaan-perusahaan besar. Berdasarkan data linkedin, Tokopedia (34 orang), Gojek (29 orang), Shopee (22 orang), Grab (19 orang), Buka Lapak (16 orang), Detik.co (16 orang), CNN Indonesia (11 orang), Kompas Gramedia (10 orang), dan Astra (10 orang).

Bahkan sekarang perguruan-perguruan tinggi telah melahirkan social media spesialist. Dari Universitas Indonesia (347 orang), Universitas Padjajaran (186 orang), London School Of Public Relation (168 orang), Universitas Mercubuana (88 orang), Universitas Multimedia Nusantara (78 orang), dan Universitas Brawijaya (61 orang).

Itu baru data linkedin belum Badan Pusat Statistik atau Menkoinfo. Dari data itu menunjukkan bahwa bila sebuah korporasi/brand/perusahaan mau dikenal dan populer ya memang harus menghadirkan social media spesialist yang pekerjaannya khusus mengelola social media. Jangan menganggap sepele perkerjaan seorang social media spesialist lalu pekerjanya disuruh-suruh mengurusi pekerjaan lain sehingga social media-nya tidak teroptimasi dan terurus lalu disalahkan.

Kenapa Social Media Spesialist Bisa Begitu Penting?

Berdasarkan laporan berjudul "Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen.

Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses social media, dengan penetrasi 45 persen. Dalam sepekan, aktivitas online di media sosial melalui smartphone mencapai 37 persen.

Bagi sebuah korporasi/brand/perusahaan sebuah citra yang baik dan popularitas sejak zaman kuda gigit besi dianggap sebagai salah satu parameter kesuksesan. Sebagai contoh sebuah Rumah Sakit sangat berupaya mendapatkan akreditasi bintang 5 (lima) lalu menyampaikan kemana-mana. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan citra yang baik dan diharapkan memberikan kepercayaan sehingga meningkatkan jumlah pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun