630.000 sarjana di Indonesia menganggur. Keinginan berkerja di kota-kota besar dan keengganan mencari rezeki di desa kelahiran membuat pengangguran bertitel makin besar. Sebuah desa di Jawa Tengah memberikan contoh dengan memanggil putera-puteri yang telah lulus dari perguruan tinggi untuk membangun desa. Desa tersebut ialah Desa Kemudo Â
Saya pun menjadi berfikir kenapa begitu banyak lulusan sarjana menganggur. Berdasarkan data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat dengan banyaknya lulusan Perguruan Tinggi yang ingin menjadi karyawan di kota besar. Hal ini bisa ditunjukkan dengan hadirnya bursa kerja yang diadakan di kota-kota besar yang selalu dipenuhi pencari kerja dimana sebagian besar lulusan perguruan tinggi.
Desa Kemudo merupakan salah-satu desa binaan dari program Coorperate Social Respontibility (CSR) Danone 'Sari Husada'. Desa ini menunjukkan hal itu kepada saya ketika field trip Danone Blogger Academy 2018, jumat, 12 november 2018. Kepala Desa Kemudo mampu memanggil anak-anak muda lulusan Perguruan Tinggi untuk membangun desa. Ada lima orang sarjana muda lulusan perguruan tinggi yang mau kembali ke tempat kelahirannya.
Sebelum saya membicarakan tentang anak-anak muda yang mau membangun desa kelahirannya, ada baiknya saya menceritakan BUMDES Kemudo Makmur tempat dimana diri mereka berkerja sekarang. Tidak kenal maka tidak tau, BUMDES Kemudo inilah yang menjadi cikal bakal kenapa anak-anak muda ini akhirnya mengesampingkan keinginan berkerja di kota besar yang penuh dengan hiburan.
Di antaranya merupakan limbah afval seperti pallet kayu jati londo, kayu sengon, karton, kertas, plastik, jerigen kapasitas 25 liter, gostank kapasitas 1.000 liter, dan lain-lain. Bagi PT.Sari Husada terjalinnya kerjasama dengan BUMDES Kemudo merupakan bagian dari program CSR yang disebut dengan Project Kemudo, dimana limbah kering PT Sari Husada disalurkan ke project ini.Â
Berdasarkan UU No 6 tahun 2014, desa saat ini diposisikan sebagai wilayah pengembangan dan memberikan keleluasaan pengelolaan oleh perangkat desa. Untuk itu Project Kemudo hadir dengan melakukan beragan inisiatif mengembangkan Desa Kemudo. BUMDES Kemudo yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun ini digerakan oleh para pemuda yang bergelar sarjana dan ternyata merupakan warga asli desa Kemudo.Â
Bagaikan air di tengah gurun dalam situasi kehidupan masyarakat Kemudo tanpa kerlap-kerlip kota, ada beberapa anak muda yang bergelar sarjana bersemangat kembali ke desa setelah lulus kuliah dan tidak tergoda bekerja di luar desanya. Gagasan untuk memanggil para pemuda lulusan perguruan tinggi ialah Bapak Kepala Desa, Hermawan Kristanto.Â
Bapak Purwoto menambahkan bahwa Bapak Kepala Desa membuka lowongan pekerjaan dengan membuka kesempatan kepada para pemuda Desa Kemudo dari lulusan Perguruan Tinggi untuk kembali lagi ke desa dan mengabdi di kampung halamannya. Terkumpul sepuluh pemuda dimana hampir semua semuanya sarjana.Â
Dilakukan seleksi dan di test kepada sepuluh pemuda tersebut disebuah lembaga pendidikan yang akhirnya terpilihnya tiga orang untuk menduduki posisi pengelola BUMDES Kemudo. Ketiga pemuda tersebut menduduki jabatan sebagai direktur - Purwoto Nur Wahono, sekretaris - Isa Ansori dan bendahara - Riska Kurnia Sari.Â
BUMDES Kemudo tidak hanya cukup memperkerjakan para pengelola (petinggi) saja. Untuk itu membuka lowongan karyawan dengan merekrut sarjana muda yang dibatasi usia nya agar nantinya mereka dan BUMDES Kemudo bisa berkembang.Â
Para sarjana muda yang baru lulus kuliah diharapkan mampu memberikan inovasi dengan keilmuan terkini bagi BUMDES Kemudo. Para sarjana tersebut Oni Fitria MayRina lulusan Amikom Yogyakarta, Laras Manjali lulusan Universitas Gajah Mada, dan Gelar Putri Mahardhanie lulusan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Harapan dari bapak Purwoto dengan bergabungnya para sarjana muda agar dapat memberi contoh kepada sarjana muda lainnya. Mendapatkan penghasilan tidak harus berkerja diluar desa bisa juga di tanah kelahiran. Ilmu yang mereka peroleh di Perguruan Tinggi bila diaplikasikan ke desa akan sangat membantu perkembangan desa tempat dimana mereka lahir dan besar.Â
Dengan tutur bahasa yang santun dengan mengumbar senyum Bapak Purwoto mengungkapkan harapannya bahwa sudah saatnya anak muda jangan takut berkerja di kampung itu tidak menghasilkan sesuatu. Kembalilah ke kampung, usahakan berwirausaha di kampung dan buktikan bahwa sarjana muda yang berasal dari kampung punya kapasitas untuk memajukan desa. Dia memimpikan yang jadi pemimpin kelak ialah anak muda semua.
Pada saat Field Trip Danone Blogger Academy, saya bertemu pula dengan tiga orang sarjana muda yang sedang berkerja di BUMDES Kemudo yaitu Riska (Finance), Oni (admin), dan Gelar (admin). Mereka terlihat begitu bahagia tidak terlihat malu berkerja di desa bahkan tampak penuh semangat membangun desanya melalui BUMDES Kemudo.Â
Riska mewakili kedua teman kerjanya mengungkapkan "kembali ke desa adalah suatu pengabdian untuk membenahi dan memajukan desa. Selain itu, kami bisa menjadi agen perubahan. Karena apa yang kami lakukan bagian dari upaya berkarya dalam membangun desa. Kami mengajak kepada para sarjana muda lain untuk bisa seperti kami" ucap nya.Â
------------------------------
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Web [DISINI] , Blog [DISINI] , Twitter [DISINI] , Instagram [DISINI]
Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H