Daku ingat sekali satu setengah tahun yang lalu mengantre mendapatkan nomer layanan kesehatan dari pukul 5 pagi dengan menempatkan sepasang sandal. Waktu itu kakak dirawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais dimana dirinya akan melaksanakan tindakan operasi kepala. Momen itu akan selalu daku kenang dimana menjalankan mekanisme rujukan konvensional.
Lifestyle masyarakat di era milenial mengarah pada produk digital. Saat ini apa-apa serba digital baik dari cara berkomunikasi, memesan transportasi, layanan publik, identitas diri, dll. Apa yang bisa dibuatkan layanan digital maka lahirlah produknya. Itupun yang dirasakan oleh BPJS Kesehatan sebagai Badan Pemerintah yang memberikan layanan publik. Untuk itu BPJS Kesehatan mendekatkan diri pada layanan digital (online) termasuk rujukan dari dokter.
Lahirnya generasi milenial dan melesatnya tehnologi informasi merubah gaya hidup /Â lifestyle, layanan jasa & barang, dan beberapa aspek kehidupan tidak lepas dari dunia maya / online. Apabila ada sebuah usaha ataupun institusi pemerintah yang tidak mengikuti perkembangan tehnologi ini akan tersapu oleh jaman.
Lebih dari empat tahun program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan berjalan. Selama 4 tahun itu total pendapatan yang berasal dari iuran JKN-KIS mencapai 235,06 triliun rupiah. Untuk tingkat kepuasan peserta JKN-KIS tahun 2017 masuk dalam kategori tinggi, yakni sebesar 79,5%. Walaupun diharapkan pemerintah pusat Indeks kepuasan peserta 85% (target 2019).
Beralihnya gaya hidup dengan cara manual memasuki era digital maka kepuasan peserta pun akan mengarah pada bagaimana BPJS Kesehatan mendekatkan diri pada teknologi digital. BPJS Kesehatan sepertinya melihat perbahan jaman ini dengan meluncurkan aplikasi mobile bernama 'Mobile JKN' dan pada saat arus mudik meluncurkan Aplikasi Mudik BPJS Kesehatan.
Lahirlah produk digital baru dari BPJS Kesehatan yang sangat dekat dengan lifestyle manusia modern saat ini dalam mendapatkan layanan kesehatan yaitu rujukan online. Bisa jadi rujukan merupakan tantangan bagi BPJS Kesehatan dalam memberikan kepuasan pelanggan. Faktor layanan rujukan manual (konvensional) merupakan sesuatu hal yang dianggap merepotkan dan melelahkan bagi para peserta BPJS Kesehatan. Sandal menjadi alat bantu antrean untuk mendapatkan nomer urut menerima layanan kesehatan.
Ibu Maya melanjutkan keterangannya bahwa rujukan online sebetulnya sudah dipikirkan dan dikembangkan sejak lama. Dalam implementasinya BPJS Kesehatan melihat infrastruktur masing-masing fasilitas kesehatan karena penyediaan infrastruktur merupakan tanggung jawab fasilitas kesehatan itu sendiri.Â
Sebetulnya secara prosedur rujukan online sama dengan rujukan manual, hanya saja sudah menggunakan teknologi yang lebih maju yaitu media online. Rujukan online akan memberikan kemudahan dan tidak ribet bagi peserta BPJS kesehatan. Dengan hadirnya Rujukan Online akan mengurangi jumlah kertas (paperless) dalam proses administratif.
Bila kita perhatikan saat ini peserta JKN-KIS yang berobat ke fasilitas kesehatan harus melalui empat proses antrean. Pertama-pemeriksaan di faskes tingkat primer, kedua,-melakukan antrean saat dirujuk dari FKTP ke RS, lalu ke poliklinik RS, dan terakhir antrean untuk mendapatkan obat. Sambil bercanda Ibu Maya menyampaikan pada proses kedua inilah banyak peserta BPJS Kesehatan yang mengantre dari pagi hari menggunkan sandal.
Dwi Martiningsih, Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Primer BPJS Kesehatan yang mendampingi Ibu Maya mejelaskan bahwa antrean kedua itu sangat murni administratif. Dengan rujukan sistem online, petugas di faskes tidak perlu memasukkan data-data pasien lagi, tapi hanya memasukkan nomor rujukan pasien dari faskes tingkat pertama.