Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencoba 3 Jenis Sambal Khas Nusantara di Menu Hokben

25 Februari 2018   06:50 Diperbarui: 25 Februari 2018   08:29 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Sambal Hijau ala Hokben yang terasa lebih manis dibanding sambal hijau restoran Padang I Sumber Foto : Andri M

Orang Indonesia dikenal dengan penyuka kuliner dengan cita rasa pedas. Terasa kurang lengkap bila makanan utama kalau nggak ada pendamping makanan khas Indonesia ini. Hayoo apa itu guy's ? Yaks, jawabannya kecap ....eeehhh ngaco kecap mah manis, yang benar sambal !

Sambal ini bagaikan kancing pada pakaian yag kita pakai sehari-hari bagi orang Indonesia. Emang sih nggak semua orang Indonesia suka sambal, tapi klo orang Indonesia nggak doyan sambal bagaikan anak yang diadopsi dari luar negeri ..he..he... bisa dijitak nih daku. Bayangin aja klo ada artis luar negeri yang ke Indonesia kemudian ditanya sama tipi-tipi, bagaimana manakah rasa masakan Indonesia ??? .... jawabnya artis luar negeri itu dengan lugas "spicy", klo diartikan pedas.

Sebagai pelengkap masakan utama nusantara sepertinya sambal tidak bisa dipisahkan, ya bisa dibilang sebagai side dish. Makanan utama yang kayaknya biasa saja bahkan mungkin tidak mengundang selera, langsung berubah rasa kalau didampingin sama sambal. Mau itu dicocol, disiram, disendok bahkan diguyur langsung bikin kuliner jadi .... wwuuuaaaahhhhhh.

Rasa pedas dari sambal ini terkadang menciptakan sensasi di lidah yang bikin nagih, bukan? .. Nah, sensasinya dari orang yang mangap-mangap kayak ikan mas koki, keringetan bagaikan lari marathon 5 km, ada juga yang kayak orang kehausan- minum air se'ember' sampe asal nenggek nggak liat-liat itu air itu masih panas. Itulah weunak nya sambal yang nggak hanya bikin lidah bergoyang dangdut.

Nah, hari kamis kemarin (22/2/2018) daku dapat traktiran dari cewek bersenyum manis berpipi chubby 'Devi' buat nyobain 3 (tiga) jenis sambal khas nusantara yang begitu ngehits. Neng 'Devi' ngajakin nyicipin di Hokben cabang Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Awalnya daku rada mikir sampai keluar gambar tanda tanya (?) diatas kepala !!... Sambal khas nusantara dikawinin sama makanan Jepang !! .... ya udah deh ngikut aja mumpung gratisan...ha..ha... "Maaf yaks photo Devi nggak di Upload ntar kasian dia banyak yg mepet....xi...xi...."

Awalnya daku taunya 'Hokben' itu singkatan dari 'Hoka Hoka Bento' ternyata sejak 15 Oktober 2013 telah menjadi nama dagang resmi. Selain itu baru tau juga ternyata Hokben merupakan brand asli Indonesia. Lah kayak Eiger, Buccheri, Edward Forrer, The Executive, Polygon, Tomskin dan Lea jeans yang dikira merk brand luar negeri. Hokben didirikan di Jakarta pada tanggal 18 April 1985, di bawah PT. Eka Bogainti. Restoran pertama terletak di Kebon Kacang, Jakarta. 1985.

Traktiran Buat Nyobain Sambal

Gara-gara di traktir cewe dengan senyum manis jadi ngulik profil ini resto. Namanya juga wisata kuliner kita harus tau sejarah tempat yang kita bidik..'dah kayak sniper aja'. Kalau gue lihat dari website resminya Hokben tertulis misi "Menciptakan Solusi bagi Pelanggan dengan Menyediakan Makanan Bergaya Jepang dan Layanan yang Terbaik Melalui Orang-orang yang Ahli di Bidangnya.".

Deskripsi : Para pengunjung resto Hokben harus ikut mengantri mau siapapun itu, kecuali VVIP kali yaks I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Para pengunjung resto Hokben harus ikut mengantri mau siapapun itu, kecuali VVIP kali yaks I Sumber Foto : Andri M
Nah dari tagline tersebut daku baru paham bahwa memang Hokben bukanlah resto kuliner Jepang, tetapi resto yang bergaya Jepang. Mungkin yang dimaksud bergaya japang dari tampilan kuliner, penyajian, penamaan kuliner, bentuk resto, cara menangani pelanggan dan budaya mengantri. Yang terakhir dicatet yaks 'NGANTRI', jangan selonong boy minta dilayanan pertama kayak pelanggan VVIP aja.

Akhirnya daku baru paham kenapa sebagian besar menu yang disajikan 'matang' tidak seperti resto jepang lainnya cendrung menyajikan kuliner dari daging segar. Pantas Hokben bisa sepopuler saat ini karena mereka melihat pangsa pasar di Indonesia dimana sangat jarang sekali penyuka makanan dengan olahan daging segar.

Hadirnya 3 (tiga) jenis sambal khas nusantara di menu Hokben bisa jadi menurut daku melihat kegemaran masyarakat Indonesia yang menyukai sambal. Ketiga jenis sambal tersebut yaitu ; sambal hijau, sambal bawang, dan sambal matah. Hokben yang menyajikan sebagian besar menu kuliner secara matang dengan berbahan dasar daging baik itu hewan darat maupun air sepertinya cocok dengan sambal khas Indonesia.

Nyoss Sambelnya

Buat daku yang juga ikut komunitas foodblogger berusaha akrab dengan namanya saus yang tersedia di resto, baik itu Saus Dingin (Cold Sauce), Saus Panas (Warm Sauce), Saus Dasar (Mother Sauce), Saus Bechamel, Veloute Sauce, Tomato Sauce, holandaise sauce, vinaigrette sauce, mayonnaise sauce. maupun Saus Espagnole. Daku pun akrab dengan kecap walaupun dalam penggunaannya sangat terbatas ketika menghadapi hidangan.

Deskripsi : Nyari menu yang cocok buat di lahap I Sumber Foto : Devi A
Deskripsi : Nyari menu yang cocok buat di lahap I Sumber Foto : Devi A
Meskipun berusaha akrab dengan saus tetapi pendamping main courseteteplah sambal yang jadi favoritnya. Indonesia banget ini lidah pokok'e. Sewaktu melipir ke Hokben cabang Hotel Kartika Chandra, Jakarta, yang pertama dilakukan nyari banner untuk milih main course yang cocok buat 3 (tiga) sambal ala Indonesia.

Ternyata didepan pintu masuk tersedia standing banner yang memberikan pilihan menu paket yaitu ; Hoka Suka 1 (Yakitori grilled, kering kentang, acar, nasi dan sambal), Hoka Suka 2 (ebi furai, kering kentang, acar, nasi dan sambal), dan Hoka Suka 3 (Chicken Katsu, kering kentang,acar, nasi dan sambal). Akhirnya pilihan jatuh ke Hoka Suka 1 dengan pilihan sambal matah seharga Rp.49.000. Daku pun memesan diluar paket untuk 3 jenis sambal khas nusantara (sambal matah, sambal bawang dan sambal hijau) untuk dibawa pulang, masing-masing seharga Rp.5.000.

Deskripsi : Hoka Suka 1 menu yang daku pilih I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Hoka Suka 1 menu yang daku pilih I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Nyicipin Yokitori grilled ala Hokben I Sumber Foto : Mia
Deskripsi : Nyicipin Yokitori grilled ala Hokben I Sumber Foto : Mia
Daku pun memesan mengikuti aturan yaitu Ngantri. Ternyata Hoka Suka 1 sedang banyak yang pesan, akhirnya daku pun menunggu. Tidak lama pesanan daku tiba. Yang pertama kali daku lakukan adalah mencicipi sambalnya, kenapa begitu !!!! .... biar lidah ini tidak keracunan rasa dari main course terlebih dahulu. Klo bahasa jawa di 'dulit' atau bahasa bekennya di'jilat'.

Langsung...nyosss...maknyus...., sambal matah ini memiliki keunikan cita rasa. Lidah ini bagaikan diberi harmonisasi gabungan antara rasa pedas, asin dan asam. Salah-satu yang daku perhatikan sambal matah Hokben terlihat berminyak dan secara tekstur lebih halus dibandingkan dengan sambel matah khas Bali yang lebih kasar.

Deskripsi : Sambal Matah ala Hokben bertekstur lebih lembut I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Sambal Matah ala Hokben bertekstur lebih lembut I Sumber Foto : Andri M
Secara rasa sambal matah Hokben tidak jauh berbeda dengan sambal matah khas Bali walaupun potongan kasar bawang merah, batang serai dan cabai rawit lebih halus. Bila sambal matah di Bali disiram dengan minyak kelapa panas, bila daku perhatikan dari jemari ini seperti di tumis dengan minyak goreng.

Berdasarkan keterangan supervisor yang mengawasi pelayanan saat daku tanya menyangkut cara pembuat sambal ini, ia hanya menjawab bahwa sambal yang terbungkus plastik ini disetorkan dari pusat ke resto. Pembuatannya tidak di tempat, pantas saja dibungkus plastik seperti plastik bumbu mie instan. Mungkin agar dibawa pulang tidak tumpah.

Pada saat sambal matah ini dikawinkan dengan yakitori grilled terjadi percampuran rasa yang membuat lidah mengirimkan sinyal ke dofamin otak menyatakan 'nikmat'. Sate khas dari Jepang yang umumnya menggunakan daging ayam ini (yakitori grilled)terasa begitu empuk dan matang dari luar sampai kedalam.

Bila daku perhatikan Yakitori grilled ala Hokben ini yang tidak berbumbu dan tidak bersaus melainkan terlihat dikecapi pada permukaan luar daging secukupnya tidak dibanjiri. Pada umumnya di Jepang untuk kuliner  Yakitori yang sudah dibakar dicelupkan ke dalam saus tare yang terbuat dari kecap asin, mirin, arak, dan gula sehingga Yakitori mempunyai rasa manis-manis asin. 

Nah untuk Yakitori grilled ala Hokben pastinya tidak menggunakan arak karena Hokben telah tersertifikasi Halal. Karenanya yakitori ala Hokben lebih terasa gurih. Itu kenapa daku memilih dikawinkan dengan sambal matah karena sambal jenis ini selain pedas ada cita rasa asin dan asam begitu cocok untuk yakitori grilled.

Deskripsi : 3 paket sambal nusantara ala Hokben I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : 3 paket sambal nusantara ala Hokben I Sumber Foto : Andri M
Tidak hanya di resto Hokben, ke 3 (tiga) sambal ini daku bawa pulang. Makin nikmat ketika 3 (tiga) jenis sambal nusantara ini mendapatkan sentuhan nasi yang pulan. Apalagi ketemu pada saat dirumah tersedia sup iga, tempe dan pete. Cucok klo kata kid zaman now dari udik. Bila di Bali sana temennya sambal matah yaitu bebek goreng / betutu, tahu dan tempe, nah dirumah ibu goreng tempe dan pete...pass sudah...

Deskripsi : Sambal Bawang ala Hokben yang daku bawa pulang ke rumah I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Sambal Bawang ala Hokben yang daku bawa pulang ke rumah I Sumber Foto : Andri M
Untuk sambal bawang dan sambal hijau daku pun mencicipi terlebih dahulu kemudian ibu. Kami men'dulit' ke dua sambal tersebut sebelum dikawinkan dengan sup dan pete. Untuk sambal bawang terasa pedas manis, menurut daku cabai yang digunakan cabai rawit merah dengan ada campuran gula yang ditumis. Cita rasa bawang putih begitu terasa kuat dan rasa asin dari garam sebagai penguat rasa.

Deskripsi : Sambal Hijau ala Hokben yang terasa lebih manis dibanding sambal hijau restoran Padang I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Sambal Hijau ala Hokben yang terasa lebih manis dibanding sambal hijau restoran Padang I Sumber Foto : Andri M
Sedangkan Sambal hijau sepertinya dibuat dari cabai hijau besar dan cabai rawit hijau yang dihaluskan. Sambal ini terlihat ditumis untuk menghilangkan aroma langu cabai hijau. Bila daku perhatikan dari tekstur dan rasa mirip dengan sambal hijau restoran padang tetapi ketika dijilat ada aroma yang berbeda yang dikirimkan dari lidah ke hidung. Sambal hijau ala Hokben terasa lebih manis dari sambal hijau restoran padang. Kombinasi yang daku bilang memberikan kenikmatan.

Ketiga sambal ini tidak daku campur kedalam mangkuk sup iga, tetapi dikomsumsi di piring berbeda dengan jari jemari bersama nasi, pete, tempe dan daging iga yang dipisahkan dari sup. Percampuran main course dan sambal membuat lidah bergoyang, keringat mengucur dari kulit kepala dan ada kebahagiaan ketika makannya bareng-bareng.

--------------------ooo0000ooo-----------------------------

Sambal bagi orang Indonesia sudah bagaikan jati diri. Ini ditunjukkan bila orang asing mencicipi masakan Indonesia akan menyampaikan 'spicy'. Ada ratusan jenis sambal di Indonesia. Hadirnya 3 (tiga) jenis sambal di resto Hokben buat daku meng'Indonesia'kan brand Indonesia yang menggeluti dunia kuliner ala Jepang..... Poko'e Wuenake Pol - Lamak bana - Becik rasane - Oishii.... Patut Dicoba Guy's, rugi klo kagak ndulit itu sambal.....

Salam hangat Blogger Udik - Andri Mastiyanto

Web : http://belidisini.jstore.co

Blog : http://www.kompasiana.com/rakyatjelata

Twitter : http://www.twitter.com/AndrieGan

Instagram : http://www.instagram.com/andrie_gan

email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun