Saat ini gaya komunikasi antar personal dan massa sudah sangat terlihat mengalami perubahan dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu. Bahkan di social media milik badan/lembaga/institusi pemerintah pun sudah mengalami perubahan ke gaya komunikasi netizen. Gaya priyayi di institusi pemerintah sudah mulai lambat laun terkikis. Bagi institusi pemerintah yang mempertahankan gaya komunikasi priyayi ini akan dipertanyakan apakah masih mau bertahan???
Itu merupakan 2 (dua) contoh institusi pemerintah yang menggunakan gaya komunikasi kekinian dan menyadari cara berkomunikasi sudah berubah, gaya bahasa priyayi tidak harus selalu digunakan menghadapi generasi digital. Institusi yang lain yang belum menggunakan gaya komunikasi populer sebaiknya sudah saatnya buka mata dan telinga.
Begitupun dengan gaya komunikasi para Menteri di era kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo sangat terlihat jelas sudah sangat berubah. Pada saat perkenalan pertama para Menteri ke publik, pakaian yang digunakan pun sudah tidak begitu formal. Para Menteri diperkenalkan dengan kemeja putih dengan bawahan gelap tanpa jas bagi pria dan tidak menggunakan kebaya bagi perempuan.
Gaya komunikasi non priyayi ini pun daku lihat dan rasakan langsung di kegiatan Tokoh Bicara Kompasiana pada hari selasa, 30 januari 2018 di ruang Ruby, Gedung Kompas, Jakarta. Yang menjadi tokoh bicara didepan kami para Kompasianers yaitu Menteri Informasi dan Komunikasi, Rudiantara. Awalnya ketika nama pak Menteri disebut oleh MC bahwa telah tiba, sebagian besar yang hadir berdiri termasuk diri daku. Mungkin karena diri daku abdi negara jadi secara otomatis bersikap demikian.
Bagi daku apa yang dilakukan Pak Rudiantara membuat suasana lebih cair di kegiatan tokoh bicara Kompasiana kali ini. Karena sikapnya ini, kami pun dengan bebasnya dapat menceletuk dan sedikit bercanda ditengah Pak Rudiantara sedang menyampaikan gagasan dan idenya bagi perkembangan dunia informasi dan telekomunikasi.
Bisa dibilang dirinya merupakan wujud dari "Menteri Zaman Now" yang ingin tidak ada jarak dengan masyarakat. Pada saat menyampaikan pandangan, ide, gagasan dan program dari Kementerian Komunikasi dan Informatika didepan kami (kompasianers) menggunakan gaya bahasa populer dan netizen.
Dirinya merupakan profesional di industri telekomunikasi, perjalanan karier nya bermula pada saat usia 25 tahun saat bergabung ke Indosat. Catatan kariernya terbilang cepat di Indosat, dalam hitungan beberapa tahun dia menjadi General Manager Business Development di Indosat. Setelah 10 tahun di Indosat, ia pindah ke Telkomsel. Di Telkomsel juga ia pun sukses dengan menempati posisi direktur.Â
Selain Telkomsel, dia juga sempat mengelola provider lain yakni XL bahkan perusahaan BUMN seperti Telkom mendapatkan tuah dari kemampuannya. Karir cemerlang dia dapatkan di BUMN dan industri telekomunikasi swasta karena sistem karir "Zaman Now". Sistem karir ini ternyata dapat menunjang young on top.
Mungkin karir tersebut akan sulit didapatkan bila dirinya berkarir di institusi pemerintah yang menggunakan sistem karir berjenjang, persyaratan profesi tertentu untuk jabatan di Unit Pelayan Teknis tertentu dan wajib memiliki syarat golongan utnuk menduduki jabatan. Memang orang-orang yang cara berfikirnya out off the box sebaiknya berkarir di BUMN atau swasta lalu kemudian menjadi Menteri yang merupakan jabatan politik.
Karir Rudiantara tidak hanya di dunia telekomuniasi, dia sempat berkiprah sebagai CEO Bukitasam Transpacific Railways, CEO Transpacific Railways Infrastructure, Wakil Direktur Semen Gresik, dan Wakil Direktur Utama PT PLN (Persero). Kemampuan manajerial dan wawasannya tidak hanya mampu membenahi perusahaan telekomunikasi saja, yang berujung pria kelahiran Bogor ini dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika RI.Â
Lelucon lain ketika Pak Rudiantara mencontohkan ketika manajemen salah satu brand besar yakni Apple menjawab tantangan pemerintah Indonesia menyangkut 30 % Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) "Rud, Lu gile pasar gue secuil, terus lu suruh 30 % TKDN. Â Gue harus pabrikasi di Indonesia mendingan kagak masuk,"Â candanya. Ia pun tidak sekedar canda dari kata tersebut, Pak Rudiantara melanjutkan dengan penjelasan bahwa dengan peraturan 30 % TKDN Â jangan sampai menghalangi masyarakat kita menyentuh, dan mendapatkan manfaat teknologi terbaru.
Menurut Pak Rudiantara, aturan 30 % TKDN bisa dalam bentuk hardweare, softweare, aplikasi yang cocok bagi Indonesia, atau komitmen investasi. Aturan yang dibuat fleksibel ini akhirnya membuat pemerintah bisa bernegosiasi dengan Apple untuk bisa masuk ke Indonesia. Tujuan pemerintah ialah manfaat bagi masyarakat Indonesia. Â
Hal ini berujung Apple pada tahun ini akan membangun R&D dikawasan Green Office Park, Bumi Serpong Damai (BSD) sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Apple berkomitmen akan merekrut orang-orang Indonesia untuk mebuat aplikasi berbasis ios untuk Indonesia. Indonesia menjadi negara ke tiga di luar Amerika selain Brazil dan India. Keberadaan R&D Apple akan memberi nilai tambah bagi masyarakat Indonesia karena yang mengembangkan ada putera Indonesia nantinya.
Coletahan ala anak gaul lain ketika Pak Rudiantara membahas kebijakan Palapa Ring "Punya ponsel keren tapi lu nggak punya jaringan, akhirnya dipake buat potret doang. itu yang dihadapi masyarakat di perbatasan-perbatasan kita," sambil senyum kecil dan para kompasianers menyusul ikut tertawa.
Pemerintah memiliki target pada tahun 2019 untuk kota/kabupaten di seluruh Indonesia sudah tercover jaringan 4G. Kenapa saat ini belum ter-cover semua karena membangun infrastrukturnya mahal, saat ini kecepatan internet di Jakarta 7 mbps sedangkan didaerah hanya 300 kbps ini menunjukkan secara nasional kecepatan internet belum merata.Â
Kenapa ini bisa terjadi karena provider fokusnya ke kota besar, pemerintah membuat kebijakan keberpihakan yaitu Palapa Ring yang menyambungkan rangkaian jalur internet yang tidak diambil oleh provider. Candaan lain menggunakan gaya bahasa warung kopi ketika Pak Rudiantara bercerita dimana ia bertanya kepada provider kenapa tidak mau membangun di titik-titik death zone jaringan internet dan kemudian dijawab oleh provider "kagak ada bisnisnya bagaimane balik modal"
Bahkan kata Pak Rudiantara bertanya kepada provider "bro, eeehh kapan bangun ke natuna ? ... "
Ceritanya dijawab provider "Â disono kagak ada orang. bagaimana gue balik modal...".
Pak Rudiantara mendesak berdasarkan ceritanya "eehh lu gile yaks, Â itu Presiden Jokowi udah kesono 3 (tiga) kali"
Gaya bahasa yang digunakan kepada kami, daku yakin agar pendengar tetap fokus kepada dirinya yang menyampaikan pesan. Tetapi gaya komunikasi yang dilakukan membuat para kompasianers "ON" sampai akhir acara.
-----ooo000ooo-----
Cara berkomunikasi masyarakat berubah sesuai perjalanan waktu. Di era kerajaan dan kolonial, ketika kita bertemu pejabat kita harus duduk di tanah dengan kepala menunduk sambil menyembah. Saat ini merupakan era generasi digital dimana komunikasi dua arah dan berdiskusi dengan pejabat merupakan kewajaran.
salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Web I  Blog I  Twitter I  Instagram Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H