Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Irit dan Laju Prima Berkat BBM Pertamax Series

28 Oktober 2017   13:06 Diperbarui: 28 Oktober 2017   13:08 2779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi: SPBU yang berada di daerah Cibubur menunjukkan ketersedian Pertamax RON 92 dan Pertamax Plus RON 95 | Sumber foto: Andri M

Kalau daku ngobrol-ngobrol santai sama temen atau ngedengerin orang lagi ngomongin BBM yang mereka pakai, menurut daku itu pembahasan yang menarik. Pasti ada saja ngomongin duit dan nggak bisa tutup mata bahwa duit itu sangat berpengaruh. Tapi, BBM yang daku maksud bukan layanan pengirim pesan/massanger,melainkan mengenai Bahan Bakar Minyak (BBM).

Oke guys, daku taulah kalau namanya cowok, husband (pria beristri), bahkan anak kuliahan kalau ngomongin duit rada-rada males bahasnya. Ada yang tiap hari duitnya dijatah bini walaupun dia yang dapetin duit, anak kuliahan mikirin akhir bulan apakah nantinya ia bernasib makan pakai nasi sama kuah doang aja di warteg, dan ada pula cowok yang punya duit di dompet hanya bertahan nggak sampai akhir bulan ...... Miris...he..he....

Itulah dia problema para pria yang memiliki duit tiap bulan 1 koma 5 (tanggal satu dapet duit, tanggal lima koma) pastinya akan berpikir panjang untuk nguarin duit dari dompet. Berhematlah yang harus mereka lakukan. Tetapi untuk menghemat acapkali ada aja yang tidak menggunakan logika hanya memakai opini dan yang dilihat didepan mata lebih murah tetapi tidak menghitung secara akumulasi.

Begitu juga psikologi para pengguna kendaraan bermotor baik roda dua atau empat dalam pembelian BBM yang dijual oleh Pertamina. Produk Pertamina termurah saat ini yaitu Premium yang memiliki harga Rp 6.550 per liter. Sedangkan produk Pertamina lainnya Pertalite Rp 7.500 per liter, Pertamax Rp 8.250 per liter, Pertamax Turbo dari Rp 9.300 per liter dan Pertamax Racing dari Rp 44.500 per liter (ini harga di Jabodetabek yaaa...)

Kalau berdasarkan angka memang Premium lebih murah dibandingkan dengan produk petamina lainnya tetapi apakah kalau kalian hitung pengeluaran sebulan apakah akan sama !!!!

Sekitar seminggu yang lalu daku pernah nongkrong bareng di pojokan mushola, disindir sama temen-temen sekerja di RSKO Jakarta. "Lu ye Blogger Udik daku-daku'an yang ditulis kalau nggak travelling nulis produk teknologi, lifestyle, kesehatan yang pasti kayaknya Blogcomp. Sekali-kali bahas isu yang berkembang di masyarakatkayak Korupsi, First Travel atau BBM dwonk!" Waduh tertantang nih daku, kata yang tertanam dalam otak.

Daku sebagai blogger juga tidak bisa asal nulis dari hasil mendengar dan percaya kata orang tanpa data yang valid. Ngetest sendiri tanpa cara yang benar bisa jadi salah hasil juga. Karena tanpa tes dengan cara yang kurang benar tidak akan memberikan hasil data yang bisa dipertanggung-jawabkan pula.

Hasil pengujian komsumsi BBM
Gara-gara hal itu daku cobalah browsing ke media mainstream yang pernah menguji dan melakukan ujicoba komsumsi BBM produk Pertamina dari sisi penggunaan. Pastinya tes komsumsi BBM yang mereka lakukan lebih yahud daripada daku ngetes sendiri yang belum tentu benar.

Pada bulan Juli 2016 sebuah artikel yang diterbitkan oleh tribunnews.com (beritanya di sini) melakukan ujicoba komsumsi BBM. Media mainstream ini menguji konsumsi BBM menggunakan Toyota Avanza keluaran 2011 bertransmisi otomatis. Pengetesan menggunakan tangki khusus yang di isi bahan bakar sebanyak 2 liter mengunakan Premium, Pertalite dan Pertamax.

Kecepatan kendaraan ini dipatok konstan pada 100 kpj disesuaikan dengan perjalanan jarak-jauh Jakarta - Yogyakarta (550 Km). Prosedur pengetesannya, setelah tangki khusus tersebut diisi bahan bakar, Avanza di gas sampai mogok dengan kecepatan konstan yang sudah ditentukan. Ternyata dari hasil pengujian didapatkan konsumsi BBM untuk Premium 11 Km/liter, Pertalite 13 km/liter sedangkan Pertamax 14 Km/liter.

Nah, daku juga mendapatkan media mainstream lain yang melakukan pengujian komsumsi BBM, kebetulan yang mengkhususkan membahas otomotif yaitu Otomania yang merupakan bagian dari Kompas Gramedia Group. Nah, Otomania menguji komsumsi BBM dengan kendaraan roda 4 yang berbeda yakni Datsun Go+. ( Beritanya di sini)

Mobil keluaran Asia Timur ini dalam ujicoba nya setiap mobil dibekali 3 liter bensin menggunakan Pertalite, Pertamax Ron 92, Pertamax Ron 95, dan Pertamax Turbo Ron 98. Metode yang digunakan eco driving dengan kondisi AC menyala.

Datsun Go+ dibawa sejauh mungkin dengan bekal BBM yang sudah di-inject kedalam tangki bensin. Hasilnya, Pertamax Turbo dengan RON 98 menjadi bahan bakar paling irit. Adapun komsumsi BBM untuk Pertalite jarak 58,2 Km komsumsi BBM 19,4 kpl, Pertamax Ron 92 jarak 59,6 Km komsumsi BBM 19,87 kpl, Pertamax Ron 95 jarak 62,2 Km komsumsi BBM 20,97 kpl dan Pertamax Turbo jarak 64,4 Km komsumsi BBM 21,47 kpl.

Sebagai perusahaan yang memproduksi BBM, PT.Pertamina juga pernah melakukan uji komsumsi BBM.  Uji coba untuk kendaraan roda dua dilakukan pada motor jenis Honda Beat 110 cc Full Injection (FI), Honda Vario 125 ccFI, dan Yamaha Vixion 150 ccFI. Sedangkan roda empat pada jenis Toyota Camry, Toyota Avanza, dan Mercedes. Secara performa, Pertalite lebih baik dibanding Premium namun masih dibawah Pertamax. Artikelnya daku baca di sini.

Dari hasil ujicoba dari Tribunnews, Otomania dan web resmi Pertamina menunjukkan bahwa semakin tinggi RON maka komsumsi BBM makin irit. Ini bila dilihat, kubaca dan meyimpulkan.

Apa itu RON?
Banyak pengguna kendaraan yang belum tau arti tulisan dari RON yang terletak dibelakang nama produk PT Pertamina yaitu Pertamax yang kita lihat di SPBU-SPBU. RON singkatan dari research octane number. Angka tersebut diperoleh dari simulasi kinerja bahan bakar saat mesin dioperasikan dalam kondisi standar.

Adapun oktan sendiri adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam blok mesin, campuran bensin dan udara berbentuk gas. Campuran tersebut dapat terbakar sendiri secara spontan sebelum terkena percikan api dari busi. Jadi, semakin tinggi angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan.

Berarti BBM jenis Premium lebih mudah terbakar spontan dibandingkan dengan Pertalite dan Pertamax karena Premium memiliki RON dengan angka yang lebih kecil. Sehingga Pertamax yang memiliki RON yang lebih tinggi dapat lebih irit komsumsi BBM dibandingkan Premium.

Sistem octane ratingdapat digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu jenis bensin bisa mencegah terjadinya knocking pada mesin. Knocking terjadi karena bensin lebih cepat terbakar secara spontan, sehingga tenaga untuk menggerakkan mesin dan beban kendaraan menjadi lebih kecil dari yang dibutuhkan mengakibatkan performa kendaraan tidak maksimal.

Produk-produk kendaraan era ini sejatinya didesign untuk mengomsumsi BBM dengan oktan diatas RON 90. Karenanya BBM Premium yang memiliki RON 88 tidak dianjurkan menggunakan bahan bakar jenis ini. Bisa jadi dalam pengaturan settingan mesin kendaraan oleh pabrikan diturunkan untuk beberapa kendaraan yang digunakan oleh sejuta umat.

Jadi, untuk pengendara yang secara rutin menggunakan Pertamax ada baiknya mengecek ke bengkel atau dealer menyangkut settingan mesin kendaraan. Agar performa mesin dapat lebih baik pada saat digunakan dalam berkendara.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan data Pertamina periode Januari-Juli 2016 dari total penjualan gasoline, porsi BBM berkualitas rendah jenis Premium masih mencapai 79,6 persen, dilanjut BBM berkualitas tinggi jenis Pertamax series sebesar 11,4 persen,dan Pertalite yang hanya 9 persen.

Deskripsi: Perubahan pola komsumsi bahan bakar pengguna kendaraan 2016 - 2017 | Sumber foto: PT Pertamina
Deskripsi: Perubahan pola komsumsi bahan bakar pengguna kendaraan 2016 - 2017 | Sumber foto: PT Pertamina
Ada perubahan signifikan dalam periode yang sama, selama Januari-Juli 2017, dari penjualan gasoline18,8 juta kiloliter, porsi Premium merosot menjadi hanya 41,6 persen, sedangkan BBM berkualitas tinggi jenis Pertalite melonjak drastis menjadi 40,6 persen, dan Pertamax series juga meningkat menjadi 17,8 persen.

Berarti ada peralihan 38 persen pengguna Premium ke Pertalite dan Pertamax Series. Perubahan pola komsumsi bahan bakar para pengendara ini pasti ada alasannya. Irit buat kantong untuk Pertalite dan Performa yang lebih baik yang diberikan Pertamax Series dibandingkan dengan Premium mungkin menjadi alasannya.

Pemakaian bensin oktan di atas 90 mampu menambah tenaga dan akselerasi. Ada tetapinya, hanya berlaku pada mobil-mobil yang memiliki spesifikasi bahan bakar oktan tinggi.

Deskripsi: Data yang menunjukkan bahwa kendaraan keluaran terbaru telah disetting menggunakan kebutuhan RON minimal 90 - 92 | Sumber foto: PT Pertamina
Deskripsi: Data yang menunjukkan bahwa kendaraan keluaran terbaru telah disetting menggunakan kebutuhan RON minimal 90 - 92 | Sumber foto: PT Pertamina
Rata-rata mobil keluaran terbaru sudah mensyaratkan pemakaian bensin beroktan tinggi. Bagi pemilik kendaraan mungkin banyak yang tidak tau bahwa pemilik dianjurkan untuk selalu mematuhi persyaratan oktan yang diberikan pabrik. Apabila melanggar dapat berisiko membatalkan garansi.

Bagi pemilik kendaraan roda 4 atau roda 2 angka oktan rekomendasi pabrik ini biasanya dicantumkan dalam buku manual maupun di dekat tutup tangki bensin.

-------------

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas
Andri Mastiyanto

Blog|Instagram |Twitter |email

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun