Pengalaman daku ketika berada di RS.Dharmais menunggu almarhum kakak yang berada di ruang ICU bertemu dengan salah seorang mantan konselor adiksi yang pernah voulenter / sukarelawan di RSKO Jakarta. Mantan konselor tersebut pun daku beritau bahwa ada penerimaan konselor tetapi status kontrak di RSKO, ia menyampaikan "Kerja menjadi konselor di RSKO Jakarta gaji kecil bahkan dibawah security abis itu nggak ada kejelasan apakah kita bakal jadi PNS atau nggak. Gue kan harus menghidupi keluarga".Â
Saat ini jumlah Konselor adiksi sebanyak 10 orang. Satu orang sudah berstatus PNS dan sembilan lainnya masih berstatus honorer. Salah seorang konselor tersebut dapat menjadi pns ketika tahun 2004 / 2005 para pegawai honorer RSKO ( medis, paramedis, umum ) mendapat kesempatan memperoleh status PNS dengan melengkapi persyaratan administrasi. Sedangkan saat ini konselor yang lainnya berharap pemerintah melaksanakan kembali pengangkatan honorer di UPT pemerintah menjadi PNS seperti tahun 2004 / 2005.
Sebetulnya jumlah SDM konselor adiksi di RSKO jakarta terbilang kurang. Dengan 1 orang Program Manager, 3 orang Deputi ( kepala tim setiap bangsal / rumah rehabilitasi ) dan hanya 6 orang konselor pelaksana harus menjalankan 3 shift di 3 unit / bangsal ( Primary Unit, Special Program + female Unit, Re'Entry Unit ). Bahkan para deputi ( kepala tim ) saat ini harus turun air / ikut dalam kerja shift dan itupun mereka masih banyak kelebihan jam kerja.
Bisa jadi penambahan SDM ini terkendala cara pandang pelamar atas pendapatan bersih yang diterima, kejelasan status honorer ke PNS, dan proses menjadi konselor adiksi di RSKO Jakarta. Untuk menjadi konselor tidaklah mudah itu yang daku perhatikan sebagai tenaga penyuluh kesmas plus fasility support disana. Pada tahun2x sebelumnya bagi calon konselor adiksi yang akan menjadi honorer harus sudah memiliki catatan pernah di rehabilitasi complete program, memiliki sertifikat On Job Trainning 3 bulan sebagai Konselor yang berbiaya 15 s/d 20 juta (biaya sendiri), dan dalam beberapa bulan menjadi voulenter / sukarelawan / berkerja tanpa gaji ( bisa 6 bulan s/d setahun ).Â
Tetapi dalam setahun belakangan karena sulitnya mendapatkan / supply konselor adiksi yang berkualitas berasal dari pasien rehabilitasi complete program RSKO yang mau menjadi konselor, penerimaan tidak harus melalui voulenter tetapi memiliki catatan pernah berkerja di Rehabilitasi Narkoba yang lain tetapi melalui screnning kepegawaian yang ketat. Tahun ini unit rehabilitasi narkoba mengalami pengurangan 2 orang konselor adiksi yang melalui jalur voulenter ke honorer sehingga hanya tersisa 10 orang dari 12 orang sebelumnya. Dedikasi mereka bagi Rumah Rehabilitasi Narkoba ( Halmahera House ) RSKO Jakarta bisa daku bilang "angkat topi".Â
Prinsip dalam dunia rehabilitasi "Man Helping Man To Help Him Self" mungkin yang membuat meeka masih berkerja / bertahan dan memulihkan dirinya sendiri bagi yang saat ini sedang jadi pelamar honorer konselor. Tanpa ku pungkiri mungkin ada alasan lain yang mendorong mereka tetap berada di rumah rehabilitasi karena dari sebagian besar mereka untuk mencukupi kehidupannya mereka memiliki pendapatan lain. Status sebagai PNS dari seluruhnya yg berjumlah 9 orang konselor merupakan tetap sebagai impian. Semoga ada jalur khusus sama seperti para desabilitas dan cumlaude serta putra Papua.
------ooo000ooo-------
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri MastiyantoÂ
Blog  |  Web  |  Instagram |   Twitter  |  email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H